10 Siasat Agar Tidak Bangkrut

0
1090

NEWSCOM.ID — Bangkrut.  Sesuatu yang “memalukan” bagi seorang pengusaha, tapi ketika situasi sulit, tak ada jalan keluar. Maka, perusahaan mengalami kegagalan lebih memilih tutup perusahaan di akhir tahun.

Giliran awal tahun menjadi sebuah intro baru, instrospeksi.

Berikut, penyebab kegagalan yang dialami perusahaan.

  1. Failure to deliver real value.

Akar yang kuat dari perusahaan adalah nilai-nilai yang dimilikinya. Perusahaan yang berhasil dikarenakan berhasil memperlihatkan dengan jelas nilai-nilai yang tinggi, berguna dan bermanfaat.

Temukan cara di mana kita dapat memberikan nilai-nilai yang lebih tinggi dari yang dijanjikan (over-deliver), dalam keadaan apapun. Pusatkan upaya kita terhadap proposisi nilai-nilai yang dicari dan diharapkan oleh pelanggan kita.

Perusahaan kita harus dikenal sebagai perusahaan yang memberikan nilai-nilai tinggi, lebih dari pesaing dan lebih dari yang diharapkan pelanggan dan konsumen.

2. Failure to connect with the target audience.

Gagal menghubungkan diri dengan pelanggan atau pembeli yang berpotensi dan jikapun telah berhubungan tidak dapat membaca kebutuhan dari pelanggan. Siapa saja mereka dan apa yang mereka butuhkan, bagaimana perusahaan kita dapat menolong atau membantu mereka dan melaluinya, bagaimana kita melakukan transaksi dan memperoleh keuntungan bisnis.

Bukan saja menemukan jalan keluar atas masalah yang dihadapi oleh pelanggan saat ini namun juga potensi masalah ke depan. Keberhasilan bisnis adalah ketika kita berhasil mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan dan menawarkan solusinya.

3. Failure to create an effective sales funnel.

Perusahaan tidak mengetahui dan gagal membangun sarana penyaluran produk atau jasa layanan yang diperlukan oleh pelanggan atau konsumen. Mereka tidak mengetahui bagaimana mendapatkan produk kita, sementara perusahaan pesaing dengan mudah diperoleh.

Sekalipun dewasa ini pemesanan dapat dengan mudah dilakukan melalui online, namun pada tingkat akhir tetap saja barang yang diserahkan berupa fisik dan ketika tidak sesuai dengan pesanan, pasti akan terjadi dialog dan untuk itu diperlukan kemudahan kemana menghubungi perusahaan dan tidak dipersulit.

4. Lack of authenticity and transparency.

Bisnis yang tidak menunjukkan keautentikan dan keterbukaan akan kehilangan pelanggan. Keterbukaan meningkatkan kepercayaan dan bisnis adalah kepercayaan. Tanpa itu tidak mungkin perusahaan dapat berkembang. Kepercayaan nomor satu, produk nomor dua. Kepercayaan adalah sarana keberhasilan.

5. Unable to compete against market leaders.

Tidak memiliki dan dapat menonjolkan keunikan dan keunggulan khususnya terhadap market leader. Harga bersaing tidak selalu menjamin keberhasilan jika mutu berada di bawah produk yang ditawarkan pemimpin pasar. Ada pepatah mengatakan mutu tak terlupakan sementara harga dilupakan. Orang mengingat mutu, bukan harga.

6. Inability to control expenses.

Mengeluarkan uang mudah, yang sulit adalah mencari uang. Dan itu lah yang sering terjadi, sementara perusahaan berjuang keras dalam berkompetisi apalagi dengan pesaing yang agresif dan memiliki berbagai keunggulan, sebagian orang begitu mu dah mengeluarkan uang, melakukan pembelanjaan dengan pemikiran nanti akan kembali dari keuntungan yang diperoleh.

Perusahaan harus mengatur keseimbangan dan justru menempatkan orang-orang yang ke tat da lam mengontrol sehingga tidak terjadi pemborosan apalagi ma nipulasi.

7. Lack of strategic and effective leadership.

Tidak atau kurang memiliki pengalaman, akibatnya meraba-raba. Tidak memiliki strategi yang jitu untuk mengakomodasi keinginan, misi dan visi dari para pemilik dan pendiri perusahaan, sehingga antara angan-angan dan kenyataan terdapat jurang yang jauh.

Salah satu solusi adalah dengan menghubungi dan menyewa para ahli, konsultan dan mentor untuk memberikan bimbingan.

8. Failure to build an employee tribe.

Gagal membentuk budaya dan perasaan kebanggaan sesama karyawan. Mereka tidak merasa bagian dari perusahaan dan keluarga besar, aki batnya tidak ada loyalitas dan memberikan apa yang ada pada dirinya sekedarnya, bukan yang terbaik.

Ketika kesempatan tiba langsung hengkang keperusahaan lain, alih-alih ke perusahaan pesaing dengan membawa ini formasi dan rahasia perusahaan. Timbul persaingan yang tidak sehat dan saling menjegal. Perusahaan menjadi korban.

9. Failure to create the proper business systems.

Tidak memiliki sistem, prosedur dan peraturan, aturan main yang memadai, yang sinkron dan paralel, sehingga proses sering tersendat dan membuat pembeli kecewa dengan pelayanan yang serba lamban.

Belum lagi arus dan proses informasi yang tidak lancar. Semua menjadi penghambat dalam kelancaran kerja. Masing-masing pihak merasa lebih penting dan berkuasa.

10. Failure to optimize conversions.

Keinginan untuk melakukan bisnis, sekalipun ada faktor untung-untungan dan good luck, namun secara perhitungan di atas kertas harus menunjukkan positif, dengan rasional yang masuk akal dan tidak berharap dari situasi yang berpihak kepada perusahaan.

Justru faktor-faktor penghambat dan pemotong diperhitungkan dan apa bila semua telah diperhitungkan dengan skenario terburuk masih menunjukkan tanda-tanda positif berarti bisnis yang akan dijalani memberikan harapan.

#Eliezer H Hardjo

(Rilis/antaranews.id)

LEAVE A REPLY