NEWSCOM.ID, KABUPATEN SUKABUMI – Hasil Panen Raya Korporasi Petani Budi Daya Padi pada lahan seluas 1.000 Hektare di Desa Ujung Genteng dan Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Jabar), telah menunjukkan peningkatan hasil yang menggembirakan.
Dalam rilisnya kepada NEWSCOM.ID, Ahad (7/3), Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indoensia (INTANI) mengonfirmasi hal itu. Rata-rata hasil panen meningkat sekitar 30 persen, dari sebelumnya 4-5 ton per hektare menjadi 6-7,5 ton per hektare.
“Alhamdulillah, terdapat peningkatan hasil panen sekitar 30 persen dalam Panen Raya ini, dari sebelumnya 4-5 ton per hektare menjadi 6-7,5 ton per hektare. Kami senang petani dapat meningkatkan produksi padi dan pendapatannya,” tutur Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) INTANI, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si.
Tepatnya saat memberikan kata sambuan pada Ahad (7/3) pagi, dalam acara Panen Raya yang mengangkat tema: Kolaborasi Membangun Kesejahteraan Petani dan Ketahanan Pangan. Panen raya ini merupakan hasil dari proses integrasi terhadap ekosistem Korporasi Petani, dari sektor hulu hingga ke sektor hilir.
Korporasi Petani Budi Daya Padi digagas dan dilahirkan oleh Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI), TaniFund atau PT. Tani Fund Madani Indonesia, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) BRISMA, TaniHub atau PT. Tani Hub Indonesia, dan Pesantren Pemberdayaan al-Muhtadin, serta mitra-mitra strategis lainnya.
“Korporasi Petani Budi Daya Padi dibangun secara terintegrasi, dari hulu hingga ke hilir. Intani menggandeng TaniFund untuk pembiayaan petani, PT. Pupuk Indonesia Pangan (PIP) untuk benih unggul dan pupuk, dan PT. Mitra Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Nusantara untuk Off-Taker,” ujar Guntur Subagja.
Sedangkan Gapoktan dan Pesantren Pemberdayaan al-Muhtadin, ungkapnya, berfungsi sebagai hub ekosistem di lapangan. Intani juga mendukung konsep Korporasi Petani yang dicanangkan oleh Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo. “Konsep ini bertujuan untuk menyejahterakan petani,” imbuhnya.
Asisten Staf Khusus (Safsus) Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Bidang Ekonomi dan Keuangan itu pun menjelaskan ekosistem petani dari proses produksi hingga ke pemasaran.
“Kami membangun ekosistem korporasi petani mulai dari input produksi, budidaya (on-farming), pasca panen (off-farming) dan pasarnya. Korporasi Petani Budi Daya Padi memiliki ekosistem terintegrasi serta menjadi solusi tepat bagi petani,” papar Wakil Ketua Umum Ikatan Alumni (Iluni) Program Pascasarjana (PPS.) Universitas Indonesia (UI) itu.
Korporasi petani, ungkapnya, tidak hanya mengatasi masalah permodalan dan memberikan berbagai kemudahan kepada petani, tetapi juga pendampingan, teknologi budi daya, hingga off-taker produk petani.
Menurut Ketua Center of Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI itu, Korporasi Petani di Desa Cikangkung dan Ujung Genteng ini menjadikan Pesantren Pemberdyaan al-Muhtadin sebagai hub atau pusat koordinasi dalam ekosistem di lapangan.
“Hal ini sesuai dengan arahan Wapres RI, Prof. Dr. (H.C.) Drs. KH. Ma’ruf Amin, untuk menjadikan pesantren sebagai pusat koordinasi dalam memudahkan komunikasi, edukasi (pendidikan), pengelolaan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan di lapangan,” ucap Guntur Subagja.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani