NEWSCOM.ID – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengusulkan pemberian gelar pahlawan nasional di bidang penyiaran kepada pendiri Solosche Radio Vereniging (SRV), Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara VII.
Menurut Ketua KPI Pusat Agung Suprio, pemberian gelar pahlawan nasional di bidang penyiaran sangat layak disematkan pada KGPAA Mangkunegara VII mengingat dedikasinya melahirkan Solosche Radio Vereniging sebagai radio pertama yang dimiliki Bangsa Indonesia.
Ia mengatakan siaran SRV juga digunakan oleh Mangkunegara VII sebagai alat perjuangan menuju kemerdekaan bangsa dan media melestarikan budaya Indonesia. “Melalui SRV inilah Mangkunegara VII juga menunjukkan eksistensi budaya nusantara kepada dunia,” katanya.
Pihaknya berharap pemerintah dapat memberikan dukungan atas usulan dari KPI serta berbagai pemangku kepentingan penyiaran ini. Sebagai bagian dari napak tilas sejarah penyiaran di Indonesia, pada Minggu (28/3) dilakukan kegiatan sepeda santai dalam rangka “Napak Tilas Sejarah Penyiaran Indonesia” yang menjadi rangkaian kegiatan peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) ke-88.
Pada kegiatan itu, rombongan juga berkesempatan mengunjungi Pura Mangkunegaran yang menyimpan banyak sejarah tentang SRV dan perjalanan awal dunia penyiaran di Indonesia.
Dalam Bangsal Keputren Pura Mangkunegaran, peserta sepeda santai diterima oleh Gustri Raden Ayu Retno Rosati Hudiono atau yang lebih akrab dengan sebutan Gusti Ros.
Pada kesempatan itu, Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan Nuning Rodiyah mengatakan pentingnya mengenalkan situs-situs penyiaran Indonesia kepada khalayak luas. “Tujuannya adalah agar menjadi inspirasi sekaligus referensi baik di bidang akademik ataupun para pengambil kebijakan,” katanya.
Ia mengatakan salah satunya Perpustakaan Reksa Pustaka sebagai ruang referensi yang otentik terkait sejarah penyiaran Indonesia selayaknya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah.
Ia juga berharap lembaga penyiaran dapat memberikan kontribusi strategis dalam membantu pengembangan dan pengelolaan koleksi di Reksa Pustaka. “Agar manuskrip penyiaran yang tersimpan dapat segera didigitalisasi sehingga dapat diakses masyarakat dengan lebih mudah,” pungkasnya. (ud/ed).