
NEWSCOM.ID, KOTA SERANG – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI), Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., mengajak generasi muda, khususnya milenial, untuk gemar bertani. “Pertanian sangat penting untuk menopang produksi pangan nasional,” tuturnya pada Selasa (8/6).
Seperti dikutip dari laman https://jakarta.times.co.id/ Ketua Umum DPP INTANI, Guntur Subagja, menyatakan hal itu pada Selasa (8/6) pagi. Tepatnya saat menjadi narasumber dalam seminar bertema: “Membina Petani dan Nelayan Untuk Ketahanan Pangan dan Bernilai Ekspor Halal.”
Seminar ini berlangsung di Ruang Serbaguna Sistem Pertanian Terpadu (Sitandu) Banten, Kota Serang, Provinsi Banten, secara daring dan luring. Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan “Halal Bi Halal Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) INTANI Banten,” yang berlangsung pada Selasa (8/6), Pukul 09.00 – 12.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Kegiatan ini disiarkan secara langsung (live streaming) oleh akun Instagram intani.id (https://www.instagram.com/intani.id/) dengan durasi 2 jam 24 menit 10 detik di laman https://www.instagram.com/p/CP2N4LaFVSN/.
“Pertumbuhan pangan masih memiliki potensi besar di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa PDB (Produk Domestik Bruto) pertanian tumbuh 2,59 persen pada triwulan ke IV tahun 2020,” tutur Asisten Staf Khusus Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Bidang Ekonomi dan Keuangan itu.
Bahkan pada tahun 2020, lanjutnya, sektor pertanian berhasil tumbuh 1,75 persen di tengah kontraksi ekonomi tahun 2020 yang mencapai -2,07 persen. “Apalagi Nilai Tukar Petani (NTP) per bulan Januari 2021 tercatat mencapai 103,26 persen atau naik 0,01 persen dibandingkan bulan sebelumnya (Desember 2020),” papar Guntur.
Menurutnya, sektor pertanian pun terus menunjukkan tren pertumbuhan positif di tengah kontraksi ekonomi akibat pandemi Coronavirus Desease 2019 (COVID-19). Bahkan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Januari 2021 mengalami kenaikan 0,01 persen menjadi 104,1.
“Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian juga naik 2,32 persen dibanding tahun sebelumnya (2019), dimana sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 38,2 juta jiwa,” jelas Guntur Subagja yang juga Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI).
Guntur Subagja pun memaparkan hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI tentang pertanian di Indonesia. “Bappenas memprediksi bahwa dalam 42 tahun mendatang, Indonesia tak lagi mempunyai petani bila tren rendanya minat generasi muda untuk bertani terus berlanjut,” ungkapnya.
“Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pembangunan Daerah Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas, Mia Amalia, S.T., M.Si., Ph.D., mengatakan bawah mungkin pada 2063, tidak ada lagi yang berprofesi sebagai petani seperti yang kita kenal,” jelas Guntur Subagja yang juga Sekretaris Lembaga Wakaf MUI Pusat itu.
Saat ini, lanjut Guntur Subagja, jumlah rumah tangga yang melakukan usaha pertanian cenderung fluktuatif. Merosotnya jumlah petani di Indonesia terjadi karena generasi muda masih menganggap pertanian kurang menguntungkan.
“Sementara jumlah petani pada kelompok usia 45-54 tahun hanya naik 7 persen, kelompok usia produktif di bawah 45 tahun justru mengalami penurunan,” ucapnya.
Editor: Muhammad Ibrahim Hamdani