NEWSCOM.ID, GROBOGAN – Video pada akun Youtube Indonesia Review di laman https://youtu.be/yi2iRerJqqo merupakan siaran langsung (live streaming) dari Web Seminar (Webinar) Inspirasi Bisnis Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) pada Rabu (30/6), Pukul 09.00-11.00 Waktu Indonesia Barat.
Video berdurasi 2 jam 15 menit 44 detik ini merupakan seminar daring dengan tema: “Soy Story, Perjalanan Menuju Kemandirian Kedelai” yang diselenggarakan oleh INTANI Fresh bekerja sama dengan Yesindo Erabaru Sinergi (YES) Indonesia Foundation.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) INTANI, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., yang juga Asisten Staf Khusus (Astafsus) Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Bidang EKonomi dan Keuangan.
Adapun narasumber dalam webinar ini ialah pengamat pertanian tropis asal Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Andi Widjaja, S.Si., M.Sc., yang juga Direktur Budi Mixed Farming (BMF).
Beliau sangat memahami proses penanaman dan budi daya varietas unggul Kedelai Grobogan. Varietas ini ditemukan oleh almarhum ayahandanya, drh. Tjandramukti, yang merupakan seorang ilmuwan pertanian tropis dan penemu sistem pertanian campuran (mixed farming) di Kabupaten Grobogan.
Sedangkan pembawa acara (host) merangkap moderator dalam acara ini ialah Ketua III DPP INTANI Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Program, Ir. H. Sigit Iko Sugondo, yang juga Ketua YES Indonesia Foundation.
Webinar ini juga didukung oleh berbagai media massa daring seperti Newscom.id (https://newscom.id/), Indonesia News Network (http://inn.co.id/home/), Koran Nasional (http://korannasional.com/), Indonesia Review ((http://indonesiareview.id/) dan TANI TV (https://tani.tv/), serta Indonesia Daily.Id (http://indonesiadaily.id/).
Selain itu, para peserta yang hadir di webinar Inspirasi Bisnis INTANI ini juga mendapatkan sertifikat elektronik (e–certificate) dari INTANI. Syaratnya, mereka harus mengisi formulir elektronik (e-form) yang disediakan oleh panitia secara baik dan benar.
Secara umum, webinar ini membahas seputar problematika kedelai di Indonesia dari sudut pandang kebutuhan nasional masyarakat Indonesia. Sebagian besar kebutuhan ini tidak terpenuhi dari dalam negeri. Akibatnya, jumlah impor kedelai Indonesia menjadi sangat tinggi dari sejumlah negara, khususnya Amerika Serikat (AS).
Kedelai menjadi salah satu kebutuhan pokok bangsa Indonesia, terutama produk olahan pangan dalam bentuk tahu dan tempe. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi makanan yang dianggap sederhana ini setiap hari. Padahal kedelai untuk bahan bakunya banyak diimpor dari luar negeri.
Masalahnya, produksi kedelai di dalam negeri hanya mampu menyediakan tiga persen dari total kebutuhan nasional. Sedangkan 97 persen kebutuhan kedelai di dalam negeri diimpor dari negara lain, sebagian besar dari AS dan sebagian lainnya dari Brazil.
Bahkan Kementerian Pertanian (Kementan) RI memperkirakan bahwa Indonesia akan impor kedelai sebesar 2,6 juta ton untuk kebutuhan konsumsi tahu dan tempe pada tahun 2021. Sebelumnya pada tahun 2019, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), total impor kedelai Indonesia mencapai 7,1 juta ton untuk kebutuhan konsumsi dan industri.
Impor kedelai pada 2019 terdiri dari sekitar 2,67 juta ton kedelai segar untuk tahu dan tempe, sekitar 4,3 juta ton untuk bungkil residu, 19.000 ton untuk kecap, 23.000 ton untuk susu kedelai, 6.000 ton untuk tepung kedelai, 28.000 ton untuk fraksi minyak, dan 6.000 ton untuk fraksi minyak kacang kedelai yang tidak dimodifikasi.
Informasi ini disampaikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan, Dr. Ir. Agung Hendriardi, M.Eng., pada Rabu (21/1), seperti dikutip dari laman https://nasional.kontan.co.id/.
Dalam webinar ini, Adi Widjaja juga menjelaskan tentang varietas kedelai unggul asal Indonesia, yakni Kedelai Grobogan dari Kabupaten Grobogan, Jateng, dan Kedelai Arjasari dari Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar).
Menurutnya, varietas Kedelai Grobogan dan Kedelai Arjasari memiliki kandungan protein yang tinggi dan sangat tepat untuk menjadi bahan baku produksi tahu. Bahkan kandungan proteinnya lebih tiggi dari kedelai asal Negeri Paman Sam, AS.
Namun kedelai asli Indonesia ini memiliki tekstur yang kurang baik untuk produk olahan tempe, dibandingkan dengan kedelai impor asal AS. Varietas kedelai Indonesia juga memiliki kualitas yang kurang baik untuk dijadikan minyak nabati, dibandingkan dengan kedelai impor asal AS.
Dalam konteks inilah perang dagang berlaku antara varietas kedelai asal Indonesia dengan varietas kedelai asal AS. Keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan maisng-masing.
Berikut ini ialah video pada akun Youtube Indonesia Review di laman https://youtu.be/yi2iRerJqqo. Selamat menyaksikan, semoga bermanfaat, terima kasih.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani