Hubungan Bilateral dan Kemitraan Strategis Indonesia – Uni Emirat Arab

0
784
Sumber: Tawaf TV / Khazanah Timur Tengah

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Episode ke-35 dalam program Khazanah Timur Tengah di  Tawaf TV ini mengangkat tema: “Pandemi Coronavirus Desease 2019 (COVID-19) dan Kemitraan Strategis Uni Emirat Arab (UEA) – Indonesia”.

Acara ini diselenggarakan atas kerja sama dengan Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI) dengan proses taping atau shooting pada Kamis (5/5) siang di Studio Tawaf TV, Gedung Centennial Tower lantai 22, Jalan Gatot Soebroto Nomor 27, Kavling 24 – 25, RT 2, RW 2.

Tepatnya di Kelurahan Karet Semanggi, Kecamatan Setiabudi, Kota Administrasi Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.

Episode ke-35 ini tayang pada Senin (17/5) hingga Ahad (23/5) setiap hari, pada Pukul 07.00 – 07.30 Waktu Indonesia Barat (WIB), Pukul 10.30 – 11.00 WIB, Pukul 17.00 – 17.30 WIb, Pukul 22.30 – 23.00 WIB, dan Pukul 02.30 – 03.00 WIB.

Kegiatan ini menghadirkan seorang narasumber, yakni Presiden Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Rumah Produktif Indonesia (RPI), Dr. (Candidate) Yanuardi Syukur, S.Sos., M.Si., yang juga Sekretaris Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI).

Beliau juga seorang peneliti dan penulis buku yang sangat produktif, yakni 40 karya tulis dalam bentuk buku populer ilmiah, serta menjadi salah satu penulis dari 12 buku antologi.

Acara ini dipandu oleh Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., selaku pembawa acara (host) dan moderator. Saat ini, ia mengemban amanat sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kemitraan Internasional PP PRIMA DMI.

Ia juga mengemban amanat selaku Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD-PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, serta menjadi Peneliti dan Bendahara di CSPS – SKSG UI.

Secara umum, episode ke-35 ini membahas seputar hubungan bilateral dan kemitraan strategis antara Republik Indonesia (RI) dengan UEA di masa pra dan saat pandemi COVID-19 berlangsung.

Kemitraan strategis kedua negara mencapai titik kulminasinya pada Senin (12/4). Hal ini ditandai dengan peresmian perubahan nama dari Jalan Tol Layang Jakarta – Cikampek II (Elevated) menjadi Jalan Tol Layang MBZ (Syeikh Mohamed bin Zayed). Bahkan peresmian itu dihadiri langsung oleh Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo.

Tol Layang terpanjang di Indonesia ini mencapai 36,4 Kilometer. Sedangkan nama Syeikh MBZ yang disandangnya ialah Pangeran Mahkota Abu Dhabi yang juga Deputi Komandan Tertinggi Pasukan Angkatan Darat UEA.

Bahkan Syeikh Mohamed bin Zayed bin Sultan al-Nahyan mendapat kepercayaan dari Presiden Joko Widodo untuk menjadi Ketua Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru RI. Ibu kota ini berlokasi di sebagian wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Selain itu, Syeikh MBZ juga berperan penting dalam rencana investasi senilai US$ 10 miliar atau senilai Rp 144 triliun di Indonesia. Rencananya, dana ini akan ditempatkan pada dana kelola Indonesia Investment Authority (INA). Informasi ini dilansir dari laman https://www.kompas.com/ pada Senin (12/4).

Pengunaan nama Jalan Tol Layang MBZ ini merupakan tindakan balasan dari pemerintah RI atas penggunaan nama Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, menjadi nama salah satu jalan di Abu Dhabi, yakni الرئيس شارع ويدودو جوكو atau President Joko Widodo Street.

Jalan ini berlokasi di salah satu ruas jalan utama yang membelah ADNEC (Abu Dhabi National Exhibition Center) dan sejumlah kantor perwakilan diplomatik (Embassy Area).

Adapun Peresmian President Joko Widodo Street dipimpin oleh Chairman Abu Dhabi Executive Office, Sheikh Khalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan, pada Senin, 19 Oktober 2020, pukul 16.45 waktu setempat.

Kegiatan ini dihadiri oleh Duta Besar RI untuk UEA, His Excelency (H.E.) Mr. Husin Bagis, serta sejumlah pejabat Kementerian Luar Negeri UEA dan Abu Dhabi Municipality. Informasi ini dilansir dari laman https://nasional.kompas.com/ pada Selasa (20/10/20).

Kerja sama dan kemitraan strategis antara Indonesia dengan UEA juga berlangsung dalam bidang keagamaan Islam. Misalnya, Pemerintah UEA telah memulai proses pembangunan Masjid Raya Syeikh Zayed di Solo dengan estimasi dana sekitar US$ 20 juta atau Rp 300 miliar yang seluruhnya ditanggung oleh pemerintah UEA.

Peletakan batu pertama masjid ini dimulai pada Sabtu (6/3) dan berlokasi di Kampung Gilingan, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Dalam prosesi ini, turut hadir dan meletakkan batu pertama Menteri Energi dan Industri UEA, H.E. Suhail Mohammed Al Mazrouei, Ketua Otoritas Umum Bidang Urusan Islam dan Wakaf UEA, Mohammed bin Matar Al Kaabi, Menteri Agama (Menag) RI, H. Yaqut Cholil Qoumas, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI, H. Erick Thohir, B.A., M.B.A.

Hadir pula Wakil Gubernur Jawa Tengah, Gus H. Taj Yasin Maimoen, dan Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabumig Raka, B.A. Informasi ini dilansir dari laman https://kemenag.go.id/ pada Sabtu (6/3).

Menanggapi hal ini, Dr. (Candidate) Yanuardi Syukur, S.Sos., M.Si., menyatakan bahwa Indonesia dan UEA telah menjalin hubungan bilateral dan kerja sama strategis dalam berbagai bidang seperti sosial, politik, ekonomi, investasi, agama, dan budaya.

“Hubungan bilateral dan kemitraan strategis antara Indonesia dan UEA terjadi karena kedua negara saling membutuhkan satu sama lain, berdasarkan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan,” tutur Dr. (Candidate) Yanuardi Syukur.

Sebagai negara petrodolar, lanjutnya, UEA perlu menginvestasikan dana di tempat yang aman dan menguntungkan seperti di Indonesia. “Apalagi investasi itu untuk ibu kota negara baru yang dalam jangka panjang akan sangat menguntungkan,” imbuhnya.

“Sebaliknya, Indonesia membutuhkan investasi dalam jumlah besar untuk membangun ibu kota negara baru di Kalimantan Timur (Kaltim), khususnya infrastruktur dasar dan penunjang,” papar Dr. (Candidate) Yanuardi Syukur.

Menurutnya, sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia dan UEA memiliki karakteristik yang sama, yakni menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Konferensi Asia Afrika (KAA), Gerakan Non-Blok (Non Alignment Movement), dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Dengan faktor-faktor ini, kita dapat memahami mengapa pemerintah UEA membangun Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo, Jawa Tengah. Kerja sama di bidang agama dan budaya ini harus terus diperkuat kedua negara, baik UEA dan Indonesia,” jelasnya.

Acara ini juga didukung sejumlah pihak seperti Pondok Pesantren (Ponpes) Cendekia Amanah, khususnya Pengasuh Ponpes Cendekia Amanah, KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc., M.A., Ph.D., serta Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) yang telah memberikan apresiasi berupa buku-buku ilmiah kepada narasumber.

Selaku moderator, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah mendukung terlaksananya acara ini, khususnya kepada Ketua Umum PP PRIMA DMI, Ahmad Arafat Aminullah, S.T., Pemimpin Redaksi (Pemred) Tawaf TV, H. Buyung Wijayakusuma, dan para pengurus PP DMI.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

Alumnus Program Studi (Prodi) Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam (KTTI) – Sekolah Kajian Stratejik dan Galobal (SKSG) Universitas Indonesia (UI).

Host Program Khazanah Timur Tengah di Tawaf TV.

Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa MUI Pusat

Bendahara / Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – SKSG UI

Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kemitraan Internasional PP PRIMA DMI.

Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind) Institute.

Redaktur NEWSCOM.ID.

LEAVE A REPLY