Webinar Seri #2: “Kajian Syawal 1442 Hijriah Akhlak Bangsa”

0
931
Sumber: Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD - PAB) MUI Pusat

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD-PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah menyelenggarakan Web Seminar (Webinar) Seri #2 pada Ahad (6/6) malam, Pukul 20.30-22.30 Waktu Indonesia Barat (WIB) melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting.

Webinar ini membahas tema: “Kajian Syawal 1442 Hijriah Akhlak Bangsa” dan menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pimpinan MUI Pusat, KH. Arif Fahrudin, M.Ag., selaku narasumber utama (keynote speaker) dan pembicara pertama dalam acara ini.

Kemudian acara dibuka secara resmi oleh Ketua PD-PAB MUI Pusat, Dr. KH. Masyhuril Khamis, S.H., M.M., yang juga Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al-Washliyah. Beliau memberikan kata pengantar dan membuka acara ini secara resmi.

Lalu dua narasumber lainnya dalam webinar ini ialah Wakil Ketua PD-PAB MUI Pusat, Dra. Hj. Siti Marhamah, M.A., dan Wakil Ketua PD-PAB MUI Pusat, Buya KH. Risman Muchtar, S.Sos.I., M.Si.

Sedangkan pemantik atau pemicu diskusi webinar ialah Sekretaris PD-PAB MUI Pusat, KH. Nurul Badruttamam, S.Ag., M.A. Adapun pembawa acara merangkap moderator dalam seminar daring ini ialah Wakil Sekretaris PD-PAB MUI Pusat, Selvy Yuspitasari, M.Ag.

Webinar ini membahas seputar perbaikan akhlak bangsa sebagai sebuah pengabdian dan tugas seumur hidup bagi setiap Muslim, termasuk memperbaiki akhlak diri sendiri. Perbaikan akhlak bisa dimulai dari lingkungan terkecil, yakni diri sendiri, lalu meluas ke keluarga inti, lingkungan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), hingga negara.

Inti dari perbaikan akhlak ialah memperbaiki niat, sikap dan tingkah laku kita secara bertahap dan konsekuen, dari hal-hal yang tidak baik menjadi baik, lalu menjadi lebih baik lagi secara terus-menerus dan berkelanjutan.

Mungkin gambar 2 orang dan teks yang menyatakan 'Zoom Meeting Alur Penguatan Akhlak Bangsa PERMASALAHAN DAN NEGARA Disorientasi BANGSA BERKARAKTER ma-a RAN: POLHUKAM, Tangguh, kompetitif, arif fahrudin kesadaran Pembangunan Akhlak Bangsa BANGSA KEMENAG groyong, disintegrasi STRATEGI: kemandirian bangsa. uham mad MAKMUR ?Pendidikan epada LINGKUNGAN STRATEGIS 5.Kerjasama NO RismanMuchtar a Regional, Nasional PANCASILA Bhineka Tunggal Ika Marhamah Masyhuril 21:09 06/06/2021'
Sumber: Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD-PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat

“Tujuan utama dari penguatan akhlak bangsa yang sedang kita lakukan saat ini ialah mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” tutur KH. Arif Fahruddin, M.Ag. pada Ahad (6/6) malam, dalam paparannya.

Karena itu, lanjutnya, diperlukan bangsa yang berkarakter tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, toleran, bergotong-royong, patriotik, dinamis, berbudaya dan berorientasi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

“Semua karakter ini tentu harus berdasarkan Pancasila yang dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT), Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan Undaag-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005 – 2025,” jelas KH. Arif Fahruddin, M.Ag.

Selain itu, KH. Arif Fahruddin, M.Ag., pun memaparkan enam permasalahan bangsa dan negara, antara lain: Pertama: Disorientasi dan belum ada penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila, Kedua: Keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila. Ketiga: Bergesernya nilai etika dala kehidupan berbangsa dan bernegara.

Masalah keempat, lanjutnya, ialah memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa. “Kelima, yakni ancaman disintegrasi bangsa, dan keenam: melemahnya kemandirian bangsa,” ucap KH. Arif Fahruddin.

Menurutnya, terdapat lima strategi pokok yang bisa dilakukan oleh PD-PAB MUI Pusat untuk memperbaiki akhlak bangsa, yakni melakukan dan memperkuat sosialisasi atau penyadaran kepada umat, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama dengan para pemangku kepentingan.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

LEAVE A REPLY