NEWSCOM.ID, BANDUNG BARAT – Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat (Jabar) fokus untuk mendorong generasi milenial terjun ke bidang pertanian, peternakan dan perikanan, baik di sektor hulu maupun hilir.
Kepala DKPP Provinsi Jabar, Ir. H. Jafar Ismail, M.M., menyatakan hal itu pada Sabtu (11/9), saat memberikan kata sambutan dan meresmikan pembukaan pelatihan 1000 Langkah Petani untuk Indonesia.
Acara ini berlangsung secara luring di Balai Pelatihan Peternakan (BPP) – Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat, Jalan Raya Tangkuban Perahu KM. 22, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jabar.
“Petani milenial perlu kita dorong, usaha peternakan dan pertanian ini satu hal yang positif. Pertanian dan peternakan itu kebutuhan primer. Kebutuhan makan, konsumsi perut, itu tidak bisa ditunda walaupun ada pandemi Coronavirus Desease 2019 (COVID-19). Semua orang butuh makan setiap hari,” tutur Kepala DKPP Provinsi Jabar pada Sabtu (11/9).
Menurutnya, saat pandemi COVID-19 ini, kebutuhan orang untuk membeli baju baru atau kendaraan baru saat Lebaran bisa ditunda. Tapi kebutuhan makan setiap hari, konsumsi perut, itu tidak bisa ditunda. “Karena itu, adanya peternak milenial patut kita syukuri,” ungkap Ir. H. Ja’far Ismail, M.M.
“Terdapat tiga sektor ekonomi yang dapat bertahan selama masa pandemi COVID-19, bahkan terus tumbuh positif, yakni sektor telekomunikasi, sektor internet, serta sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Karena itu, kita perlu memperkaya wawasan di bidang pertanian,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kepala DKPP Provinsi Jabar itu pun menjelaskan seputar kebutuhan daging sapi di Jabar yang barus bisa terpenuhi 10 persen dari dalam negeri seperti Bali, Jawa Timur (Jatim), Nusa Tenggara Barat (NTB) dan dari Jabar sendiri. “Sedangkan 90 persen kebutuhan sapi di Jabar dipenuhi dari impor sapi asal Australia dan negara lain,” imbuhnya.
Ir. H. Ja’far Ismail pun menyarankan agar para petani dan peternak dapat berkolaborasi dengan pengusaha besar untuk mengembangkan usahanya. “Kalau petani mandiri agak sulit, jadi harus kolaborasi dengan petani besar,” imbuhnya.
Kegiatan ini diselengarakan oleh DKPP Provinsi Jabar bekerja sama dengan Tani Foundation, Perkumplan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI), dan Raja Tani Nusantara, serta didukung oleh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), PT. Unilever Indonesia, Tbk, PT. Kita Bisa Indonesia, dan Syngenta Group.
Dalam acara ini, turut hadir dan memberikan kata sambutan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) INTANI, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., yang juga Asisten Staf Khusus Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Bidang Ekonomi dan Keuangan.
Kegiatan ini juga mengusung semboyan tiga jenis kesehatan bagi petani dan nelayan, yakni Sehat Usaha, Sehat Berkegiatan, dan Sehat Nutrisi.
Acara ini diikuti oleh 19 peserta yang berasal dari Jabar, termasuk dua orang petani milenial yang telah sukses dalam mengembangkan usahanya, yakni Petani Polikultur berusia 35 tahun, Handriana, S.Pd.I., dan Petani Buncis Kenya berusia 36 tahun, Wawan Setiawan, yang mampu ekspor produk ke Singapura.
Handriana telah sukses mengembangkan lahan pertanian polikultur seluas 3.000 meter persegi di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan Wawan Setiawan telah membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk menanam Buncis Kenya berkualitas ekspor.
Bahkan sejak 2018, petani asal Kampung Sukamaju, Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat ini mampu menembus pasar ekspor Buncis Kenya hingga ke Singapura dengan frekuensi ekspor 2 ton setiap pekan.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdan