NEWSCOM.ID, JAKARTA – Sektor pertanian mampu menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia hingga 29 persen meskipun di masa pandemi Coronavirus Desease 2019 (COVID-19). Bahkan pengembangan sektor pertanian akan mendongkrak pariwisata berbasis agrobisnis, industri kesehatan berbasis herbal, dan industri kecantikan.
Seperti diutip dari laman https://www.wartaekonomi.co.id/, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI), Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., menyatakan hal itu pada pada Selasa (5/10).
Tepatnya saat ia menjadi narasumber dalam Seminar Web (Webinar) Pertanian pada Selasa (5/10), Pukul 08.30 – 12.00 Waktu Indonesia Barat (WIB). Seminar daring ini mengangkat tema: “Agriculture for Sustainable Growth atau Pertanian untuk Pertumbuhan Berkelanjutan.“
“Dalam kondisi terganggunya logistik ekspor dan impor selama pandemi COVID-19, kita harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dan pertanian secara mandiri. Sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar, mencapai 29 persen,” tutur GUntur Subagja pada Rabu (5/10).
Asisten Staf Khusus Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Bidang EKonomi dan Keuangan itu pun yakin bahwa pengembangan sektor pertanian tidak hanya menghasilkan produk makanan, tetapi juga industri kesehatan berbasis herbal, industri pariwisata berbasis agrobisnis dan industri kecantikan.
“Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia belum mampu menjadi eksportir makanan halal (halal food) global (dunia). Ironisnya, kita adalah importir makanan halal kedua terbesar setelah Kerajaan Arab Saudi,” ungkap Guntur Subagja.
Menurutnya, rantai pasok pertanian yang terintegrasi dapat mendorong perkembangan produk halal Indonesia menjadi kekuatan ekonomi nasional.
“Ekosistem halal food harus dibangun terintegrasi, from farm to table (dari pertanian hingga ke meja makan). Pandemi COVID-19 merupakan momentum kebangkitan sektor pertanian,” imbuh Guntur Subagja.
Saat sektor ekonomi lainnya terpuruk, bahkan mengakibatkan kontraksi ekonomi nasional pada 2020, ungkapnya, sektor pertanian justru mengalami peningkatan signifikan.
Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) ini pun mengutip hasil publikasi Dinard Standard yang mengungkap lima besar negara eksportir makanan halal.
“Kelima negara eksportir makanan halal terbesar di dunia ialah Republik Federatif Brazil, Amerika Serikat, Republik India, Federasi Rusia, dan Republik Argentina,” ujarnya.
Pernyataan senada diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia (BI), H. Muhammad Anwar Bashori, M.E. Ia juga menyampaikan pidato pembukaan (opening speech) dalam acara ini.
“BI mendorong sektor pertanian karena merupakan bagian penitng dari ekosistem makanan halal. Apalagi sektor pertanian sejak dulu sudah menerapkan prinsip syariah seperti mertelu, maro, bagi hasil, dan lainnya,” jelas Muhammad Anwar Bashori pada Selasa (5/10).
Sedangkan narasumber lainnya, yakni Managing Director Foods PT. Sreeya Sewu Indonesia, Tbk, Dicky Saelan, menggarisbawahi prinsip halal yang harus menjadi nilai jual produk-produk Indonesia.
“Halal harus menjadi nilai jual produk-produk Indonesia. Apalagi pasar produk halal global sangat besar. Untuk mengembangkan produk-produk halal secara terintegrasi, kita perlu membangun blockchain rantai pasok halal dari hulu hingga hilir,” jelas Dicky Saelan.
Turut hadir dan menyampaikan pidato inspiratif Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ittifaq, KH. Fuad Affandi Rifai. Ponpes agrobisnis ini berlokasi di Kampung Ciburial, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar). Ponpes Al-Ittifaq menjadi salah satu pendukung utama webinar ini.
Hadir juga Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementan RI, Dr. Ir. Prihasto Setyanto, M.Sc., selaku narasumber utama (keynote speaker) dalam acara ini. Ia mewakili Menteri Pertanian (Mentan) RI, Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.Si., M.H., yang berhalangan hadir dalam seminar daring ini.
Hadir pula Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan RI, Dr. Ir. Haris Syahbuddin, D.E.A., selaku narasumber dalam acara ini.
Dua narasumber lainnya ialah Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM), Drs. Supomo Ak. M.M., dan Ketua Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) al-Ittifaq, H. Agus Setia Irawan.
Adapun moderator acara ialah Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) INTANI Jabar, Helma Agustiawan, S.M.B. Sedangkan pembacaan doa dipimpin oleh KH. Dandan Mudawarul Falah selaku Pimpinan Ponpes Al-Ittifaq.
Lalu pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dilakukan oleh Ustaz Hendriyanto selaku qari. Kemudian yang bertugas menjadi pembawa acara (host) dalam webinar ini ialah Mpi Putri.
Webinar pertanian ini juga disiarkan secara langsung oleh akun Youtube ISEF Indonesia di laman https://youtu.be/ulaEoY7EklE dengan durasi 3 jam 46 menit. ISEF merupakan kependekan dari Indonesia Sharia Economic Festival.
Editor: Muhammad Ibrahim Hamdani