NEWSCOM.ID – Kejelian alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kehutanan, Ardiansyah bersama teman-temannya dalam memilih komoditi serai wangi menjadi keputusan yang sangat tepat hingga membawa kesuksesan hingga saat ini.
“Tahun 2017 kita lulus, lalu terpikir masa sebagai alumni IPB tidak terjun ke pertanian. Dari situ kita mulai riset komoditi pertanian apa yang cocok, akhirnya kita pilih serai wangi. Karena budidayanya tidak terlalu sulit dan dari segi nilai ekonomi cukup tinggi,” terang Ardiansyah saat mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 89, Rabu (05/10).
Ardiansyah (28) menuturkan bagaimana mereka memulai budidaya ini dari lahan seluas 2 hektar fokus mempelajari proses budidayanya. “Dalam budidaya serai wangi kami mempelajari bagaimana memilih bibit, proses penanaman, perawatan, pasca panen hingga target pasar,” terangnya.
Sebagai COO PT. Musim Panen Harmonis, Ardiansyah mengatakan setahun kemudian mereka baru mulai ekspansi budidaya di lahan seluas 20 hektar. “Karena kami sudah tahu proses dari hulu sampai hilir jadi mulai ekspansi lahan, lalu tahun 2020 coba kembangkan model bisnis baru lagi dengan bermitra dengan petani. Kita mulai di daerah Jawa Barat, karena di sana ketersediaan lahan cukup luas hingga kini ada mitra petani kita di Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan lainnya”.
Ketua umum Intani, Guntur Subagja dalam pengantarnya juga menyampaikan hal senada soal pentingnya mengoptimalkan lahan-lahan kosong di berbagai daerah. “Ada sekitar 4,9 juta hektar lahan perhutanan sosial yang sudah didistribusikan ke masyarakat untuk di kelola, namun memang belum optimal pemanfaatannya karena masyarakat kurang informasi dan terkendala modal”.
Guntur sangat mengapresiasi model bisnis yang dilakukan Ardiansyah dan tim, selain memberdayakan petani juga bisa mengoptimalkan lahan kosong di berbagai daerah. “Budidaya serai wangi memang menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk pengoptimalan lahan ini. Selain itu serai wangi ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena bisa panen setiap 3 bulan selama 5 tahun”.
Selaras dengan yang disampaikan Guntur, Ardiansyah menyampaikan pentingnya dalam memilih bibit sebelum memulai budiaya serai wangi. “Pemilihan bibit ini sangat penting, karena salah dalam memilih bibit bisa berakibat fatal. Bahkan ada yang sekarang jadi mitra kami, mereka cerita dulu rugi hingga 60% karena salah pilih bibit,” ujarnya.
Ardiansyah memaparkan ada dua jenis bibit yaitu mahapengiri dan lenabatu, secara garis besar keduanya memiliki segmen pasar yang berbeda. “Mahapengiri lebih diminati skala industri karena memiliki kadar sitronella lebih tinggi sedangkan lenabatu lebih diminati skala umkm karena aromanya lebih kuat”.
Untuk penanaman disarankan jarak tanam 1×1 meter, dengan lahan satu hektar bisa mencapai 10.000 tanaman. “Perawatan terpenting saat 3-4 bulan masa tanam dengan penyiangan gulma, pemupukan dan pembubunan. Pemanenan sudah bisa dimulai di usia 6-8 bulan ditandai dengan aroma yang kuat ketika daunnya disibak. Panen hanya berupa daun, dan dilakukan di pagi hari. Jika dipanen dengan batang akan menyebabkan pertumbuhannya lambat sehingga panen berikutnya lebih lama,” ujarnya.
Satu hektar lahan bisa menghasilkan 6-10 ton daun dengan harga lima ratus rupiah per kg yang bisa di ekstrak menjadi 50-70 kg minyak serai wangi. “Untuk harga minyaknya 150 sampai 250 ribu per kg bahkan ada yang mencapai 500 ribu, jadi tergantung kualitasnya”.
Selain itu Ardiansyah bersama tim berusaha menjadika usaha mereka zero waste dengan membuat produk nilai tambah dari limbah daun serai wangi. “Jadi kami buat berbagai macam produk mulai dari kabrol, biskuit pakan ternak dan pupuk kompos. Untuk pembuatannya sendiri tidak hanya kami tetapi juga mitra petani di berbagai daerah yang sudah kami latih dan dampingi,” terangnya.
“Inilah salah satu kiat sehingga bisa mempertahankan harumnya cuan dari serai wangi, karena ditengah fluktuatif harga Ardiansyah dan tim sangat teliti di setiap aspek mulai dari proses awal hingga akhir,” terang Ila Failani, selaku host.
Dedy “Miing” Gumelar yang turut hadir dalam webinar ikut menyampaikan pesannya bahwa Ardiansyah sudah berhasil menjadi petani yang sangat manageable dengan perencanaan yang sangat baik mulai dari hulu sampai hilir. “Mereka ini hebat tidak sekedar mengajak petani bermitra dengan mengimingi dari segi keuntungan materi yang besar saja, tetapi mengedukasi petani dari segala aspek, detail setiap prosesnya. Luar biasa sudah seharusnya lebih banyak anak muda yang seperti ini”.
Sebagai penutup Ardiansyah juga mengutip pesan dari CEO PT. Musim Panen Harmonis, yang mengatakan sukses dalam bisnis pertanian yang dibutuhkan bukan modal tetapi model. “Bagaimana kita mengemas petanian ini dalam bentuk yang menarik dan terintegrasi. Dengan model bisnis yang baik dan menarik, otomatis modal akan mengikuti,” pungkasnya.
Webinar inspirasi bisnis Intani series ditayangkan setiap Rabu, pukul 09.00-11.00 via daring dan streaming di TANITV*