NEWSCOM.ID, JAKARTA – Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) terus berkomitmen untuk menghadirkan tema-tema diskusi menarik mengenai akhlak bangsa, dikaitkan dengan peringatan hari-hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, Tahun Baru Hijriah, Idul Adha, Bulan Ramadhan dan Idul Fithri.
Komitmen kuat PD PAB MUI ini terlaksana melalui rangkaian kegiatan Silaturahmi dan Seminar Virtual Akhlak Bangsa yang dipandu oleh Wakil Sekretaris PD PAB MUI, Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., selaku ketua panitia pelaksana. Misalnya dalam Tema: “Makna Idul Adha, Meneladani Akhlak Nabi Ibrahim A’laihis Salam (AS),” pada Kamis (26/06/25) malam, Pukul 19.30 – 22.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Narasumber dalam seminar ini ialah Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pimpinan MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwwah, KH. Dr. Arif Fahruddin, M.Ag. Adapun penanggapnya adalah Pengurus PD PAB MUI, KH. Dr. Muhammad Rahman, Lc., M.Ag., yang juga dosen di Universitas Bakrie, serta Alumni kegiatan Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial, Dr. Badruddin, S.Pd.I., M.Pd., yang juga dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ).
Sedangkan moderatornya yakni Wakil Sekretaris PD PAB MUI, Muhammad Ibrahim Hamdani, yang juga Direktur Bidang Media, Komunikasi dan Informasi Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI). Ia menggantikan Pengurus PD PAB MUI, KH. Dr. Muhammad Zen, yang juga dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Beliau ternyata berhalangan menjadi moderator dalam seminar ini.
Tema menarik lainnya yang dibahas dalam “Silaturahmi dan Seminar Virtual Akhlak Bangsa” ialah “Spesial Peringatan Isra’ Mi’raj” yang telah berlangsung pada Senin (3/2/25) malam, Pukul 20.00 – 22.00 WIB. Adapun narasumbernya ialah Pengurus PD PAB MUI, KH. Dr. Muhammad Zen, M.Ag.
Sedangkan penanggapnya adalah para alumni Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial, yakni Nayla Hasna Khairunnisa, yang juga pelajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Terpadu Mentari Ilmu, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, serta Siti Nur Jannah. Lalu moderatornya ialah Annisa Pratiwi yang juga alumni Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial.
Tema menarik lainnya dalam rangkaian kegiatan ini ialah “Pancasila dan Akhlak Bangsa,” yang telah berlangsung pada Sabtu (5/10/25) malam, Pukul 20.00 – 22.00 WIB. Terdapat dua narasumber dalam seminar ini, yakni Jung Muhammad Nur Natsir, M.Ag., dan Siti Dewi Yanti, S.Sos. Keduanya merupakan alumni Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial.
Bahkan kini, Jung Muhammad Nur Natsir, M.Ag., mengemban amanat selaku Ketua Umum Santri Mendunia, sedangkan Siti Dewi Yanti, S.Sos., mengemban amanat selaku pengurus Direktorat Santri Mendunia Dalam Negeri. Sedangkan penanggapnya ialah Irma Iqlima, S.Sos., yang juga alumni program International Future Leaders (IFL) Batch 2.
Adapun moderator dalam seminar ini ialah Ilham Taufik, S.Pd., yang juga alumni Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial. Saat ini, ia mengemban amanat selaku Ketua Santri Mendunia Bidang Pengkaderan.
Lebih lanjut, tema menarik lainnya dalam kegiatan Silaturahmi dan Seminar Virtual Akhlak bangsa ialah “Meneladani Akhlak Rasulullah SAW (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam),” yang telah berlangsung pada Jumat (13/10/23), Pukul 15.30 WIB – Selesai.
Awalnya, terdapat dua narasumber dalam seminar ini, yakni Direktur Bidang Pemuda dan Olah Raga PP PRIMA DMI, Hotmartua Simanjuntak, dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Angkatan Muda Islam Indonesia (AMII), Muhammad Fajar Priaditama, S.Pd., M.Pd. Keduanya juga merupakan alumni Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial.
Namun dalam sesi seminar ini, Muhammad Fajar Priaditama yang juga Direktur Bidang Hubungan Antar Lembaga PP PRIMA DMI itu, ternyata berhalangan hadir karena satu dan lain hal. Adapun penanggap dalam seminar ini ialah Neng Nurhasanah, S.Psi., dari Santri Mendunia. Sedangkan moderatornya ialah Abdul Wahid Mumtazan yang juga Direktur Bidang Pembinaan dan Pendampingan Rohani Islam (Rohis) Sekolah PP PRIMA DMI. Baik penanggap maupun moderator dalam seminar ini adalah para alumni Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial.
Sementara itu, seperti dikutip dari media MUI Digital pada Jumat (21/2/25), Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pimpinan MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Dr. Arif Fahruddin, M.Ag., mengingatkan agar generasi muda Muslim Indonesia tidak mudah berputus asa.
Menurutnya, para alumni Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial tidak boleh mudah berputus asa, apalagi kabur ke luar negeri hanya karena putus harapan dan kecewa dengan situasi Indonesia saat ini.
“Misalnya tagar #KaburAjaDulu, itu kan seolah-olah ada nuansa putus asa, putus harapan di dalam negeri sendiri. Itu menurut paham sebagian silahkan, kami menghimbau jangan putus asa. Semuanya masih ada di Indonesia ini, mungkin belum dimaksimalisasi,” tutur KH. Arif Fahruddin pada Jumat (21/2/25) sore.
Narasi tagar #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu, lanjutnya, bernuansa keputusasaan dari sebagian rakyat Indonesia. “Tentu hal ini harus disikapi dengan bijak oleh pemerintah,” ungkap Kyai Arif, sapaan akrabnya.
Meskipun ada nuansa keputusasaan, KH. Arif Fahruddin menyatakan bahwa persoalan tagar #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu merupakan bagian dari hak warga negara untuk berdemokrasi yang dijamin oleh undang-undang, baik melalui media sosial maupun demonstrasi. “Tetapi hak itu tidak boleh keluar dari koridor akhlak,” tegasnya.
“Jadi kami berharap agar penyampaian aspirasi melalui media sosial dan demonstrasi tidak boleh keluar dari koridor akhlak yang mulia. Demonstrasi pun ada akhlaknya. Kita silahkan demo dan dijamin untuk demo,” jelasnya.
Lebih lanjut, Wasekjen Dewan Pimpinan MUI Pusat itu pun menjelaskan tujuan diselenggarakannya Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial oleh PD PAB MUI.
“Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial menjadi program keberlanjutan PD PAB MUI untuk membentuk generasi muda yang memiliki karakter Keislaman yang kuat dan berakhlak mulia, serta siap menghadapi tantangan global,” jelasnya.
Konsekuensi logis dari Training penguatan akhlak bangsa, ucapnya, maka penyampaian aspirasi, baik di media sosial maupun dengan cara demonstrasi, tidak boleh keluar dari dimensi akhlaqul karimah.
“Bahkan di media sosial pun ucapan-ucapan, konten-kontennya atau narasinya tidak boleh terlepas dari dimensi berakhlak mulia. Dari pemangku kebijakan, dalam hal ini pemerintah, bisa dipandang sebagai sebuah suara rakyat, sangat-sangat (perlu) direspons dengan bijak,” ujarnya.
KH. Arif Fahruddin pun berharap agar masyarakat dapat menyampaikan aspirasi secara bijak sehingga pemerintah dapat menanggapinya secara bijaksana.
“Insya Allah, kalau dua-duanya (pemerintah dan masyarakat) ini dengan cara yang bijaksana, yang bawah tidak anarkis, pemerintah juga tidak alergi dan represif, maka Insya Allah, akan menjadi media komunikasi yang positif saja, yang punya aspirasi dipersilahkan, pemerintah ya merespons dengan bijak,” ucapnya.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.
Wakil Sekretaris PD PAB MUI