Kereta Literasi Teruslah Berlari

0
371
Sumber: Inggar Saputra, M.Si.

Oleh : Inggar Saputra, M.SI.
Aktivis Literasi RPI

Bangsa Jepang adalah bangsa yang selalu membuat iri penulis Indonesia. Bagaimana tidak, keseharian orang Jepang senang membaca. Dimana saja membaca, sekalipun di atas kereta mereka masih suka membaca. Baca apa saja tanpa memilih apa itu buku, media massa cetak atau online.

Fenomena gila membaca di atas kereta api menjadi keseharian masyarakat Jepang yang jarang ditemui di Indonesia. Sebagian besar orang Indonesia akibat terlalu lelah bekerja memilih tidur di atas kereta. Sebagian justru asyik bermain media sosial tanpa mengenal waktu. Seolah lupa, waktu terus berjalan dan disayangkan jika dihabiskan untuk kenikmatan hidup yang tidak produktif.

Dengan label masyarakat gila membaca, jangan heran kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat di Jepang. Sejarah mencatat, kemajuan budaya Jepang ikut mendorong kemampuan masyarakat Jepang bersaing dengan kehidupan masyarakat global. Mengutip data OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) terhadap 166.000 orang partisipan dari total 24 negara di dunia, orang dewasa di Jepang memiliki kemampuan yang dalam untuk mengolah informasi dan mencari teks-teks padat dibandingkan di negara lain. Masih riset yang sama, orang Jepang berusia 25-34 tahun memiliki kemampuan menulis jauh diatas orang-orang lulusan perguruan tinggi di Italia dan Spanyol dari kelompok usia yang sama.

Membaca sudah menjadi kultur yang membudaya di Jepang, disebabkan keyakinan bahan bacaan mampu memperluas dunia pengetahuan. Efek membaca juga menggairahkan seseorang menulis apa yang sudah dibacanya. Jadi kemampuan membaca akan berkorelasi positif kepada semangat menularkan pengetahuan kepada orang lain. Keterkaitan ini membuat ilmu pengetahuan bergerak dinamis dan banyak buku pengetahuan terbaru yang layak dinikmati dengan membacanya.

Kembali ke Indonesia, energi membaca orang Jepang di atas kereta api layak ditiru dan dikembangkan lebih jauh. Hemat penulis, kita perlu membiasakan setiap pergi membawa buku bacaan fisik atau elektronik untuk dibaca kemudian ditambah referensi bacaan di internet. Ketika pulang menaiki kereta, kita dapat membiasakan diri menulis di atas laptop jika naik kereta jarak jauh dan memanfaatkan handphone saat naik KRL commuter line. Tentu dengan tetap memperhatikan kondisi keramaian dan keselamatan yang ada, misalnya tidak sibuk membaca dan menulis saat kereta padat.

Percayalah, membaca dan menulis bukan kultur yang lahir dalam sehari jadi dalam kehidupan manusia. Tugas kita hanya perlu membiasakan diri dan jika perlu memaksa diri agar mau menceburkan diri untuk ikut menulis. Tanpa mengenal tempat, ruang dan waktu. Sekalipun di atas kereta, sempatkan membaca dan menulis sebagaimana anda membaca tulisan ini yang dilahirkan saat penulis menikmati kesepian pulang menuju Cikarang.

Jakarta – Cikarang, Senin, 17 Juli 2023

LEAVE A REPLY