Ekspedisi Indonesia Baru, 424 Hari Keliling Kepulauan Indonesia

0
556
Sumber: Tim Ekspedisi Indonesia Baru

NEWSCOM.ID, MAGELANG – Setelah 424 hari menjelajahi kepulauan Indonesia, Tim Ekspedisi Indonesia Baru akhirnya tiba di Tol Kahyangan, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, pada hari ini, Senin (28/8/23).

Sebelumnya, Tim Ekspedisi Indonesia Baru telah memulai perjalanan dengan sepeda motor sejak Jumat, 1 Juli 2022, tepatnya di Desa Sigempol, Kawasan Pegunungan Dieng, Provinsi Jawa Tengah.

“Alhamdulillah, Puji Tuhan, kami bisa menyelesaikan perjalanan ini dengan selamat,” ucap Dandhy Laksono, salah satu personel Tim Ekspedisi Indonesia Baru.

Selama ekspedisi, tim telah menempuh jarak sekitar 11.000 KM, melintasi 26 provinsi dan 120 kota, serta melakukan 16 penyeberangan antar pulau, yakni Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Sulawesi, Papua, Maluku Utara, Kalimantan dan Sumatera.

Tim Ekspedisi Indonesia Baru telah mengunjungi titik terberat perjalanan di Pulau Weh, Provinsi Aceh, dan titik paling timur di Jayapura, Provinsi Papua. Ekspedisi ini bertujuan untuk merekam imajinasi dan harapan warga tentang Indonesia, meneliti dan mencatat keragaman hayati, serta merangkai simpul-simpul komunitas sepanjang perjalanan.

Lalu tim juga berhasil membawa pulang rekaman video perjalanan berukuran 12 terabita dan 12.000 frame (bingkai) foto bertema Keindonesiaan. Bahkan selama perjalanan, tim telah memproduksi lima judul film dan sebuah serial dokumenter berisi beragam topik.

Misalnya, mulai dari topik pertanian hingga maritim dan kelautan; dari topik masyarakat adat hingga keragaman hayati yang tercermin dalam kuliner, tenun dan obat-obatan tradisional; dari topik pariwisata hingga problem tambang nikel dan geotermal; dan dari topik perkebunan sawit hingga konflik agraria. Ada pula topik masalah Ibu Kota Baru Nusantara (IKN) hingga hak atas rumah.

Selain itu, melalui konsep Bioskop Warga, film-film dokumenter perjalanan Tim Ekspedisi Indonesia Baru telah diputar di 200 lokasi atau komunitas yang tersebar di Indonesia, mulai dari layar tancap, pedesaan, warung-warung kopi perkotaan, masjid, gereja hingga ke kampus-kampus.

Lebih lanjut, Serial Dokumenter “Dragon for Sale,” tidak hanya diputar di Indonesia, tetapi juga tayang di delapan kampus di Amerika Serikat (AS). Serial dokumenter ini berisi lima film tentang kontroversi pariwisata di Pulau Komodo. Ada pula Serial Dokumenter “10 Bali Baru” yang juga tayang di delapan kampus di AS itu.

Sementara itu, rencana penayangan Serial Dokumenter “Dragon for Sale” di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), sempat dibatalkan polisi, meskipun akhirnya tetap tayang.

Tim Ekspedisi Indonesia Baru melibatkan personel lintas generasi seperti Farid Gaban dari Generasi Baby Boomer, Dandhy Laksono dari Generasi X, Yusuf Priambodo dari Generasi Y dan Benaya Harobu dari Generasi Z.

Menariknya, di usia lebih dari 60 tahun, Farid Gaban masih sanggup mendaki Gunung Rinjani yang memiliki tinggi 3.726 meter dari permukaan laut. Bahkan ia sanggup menyelam di Ternate dan di Teluk Saleh, Sumbawa.

“Kami juga mengunjungi 10 Taman Nasional yang mewakili keragaman ekosistem di Indonesia, meski dengan banyak catatan,” ungkapnya.

Menurut Farid Gaban dan Dandhy Laksono, perjalanan bersama Tim Ekspedisi Indonesia Baru merupakan perjalanan keliling Indonesia yang kedua. Sebelumnya pada 2009, Farid mengikuti Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa bersama jurnalis Ahmad Yunus.

Sedangkan Dhandy Laksono mengikuti Ekspedisi Indonesia Biru pada 2015 bersama fotografer Suparta Arz, enam tahun sesudah Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa. Kedua ekspedisi itu dilakukan dengan sepeda motor selama kurang lebih setahun.

Tim Ekspedisi Indonesia Baru dikelola dengan sistem koperasi yang beranggotakan anak-anak muda, jurnalis, aktivis lingkungan dan kreator konten.

“Ini pengalaman pertama saya keliling Indonnesia dan kami telah melalui hal-ha; yang luar biasa sepanjang perjalanan,” ucap Yusuf Priambodo yang turut bergabung dengan ekspedisi lewat proses seleksi.

Sementara itu, anggota termuda dalam ekspedisi ialah jurnalis muda asal Sumba, NTT, yakni Benaya Harobu. Ia rela meninggalkan pekerjaannya untuk bergabung dalam ekspedisi ini. “Saya tidak menyesal. Apa yang saya alami jauh melampaui pengelaman kerja di mana pun,” ujarnya.

Setelah Ekspedisi Indonesia Baru berakhir, kini Koperasi Ekspedisi Indonesia Baru akan mulai mengolah dokumentasi hasil perjalanan. Harapannya, hasil dokumentasi ini dapat bermanfaat dan dikonsumsi oleh publik dengan sebaik-baiknya.

“Semoga apa yang kami upayakan menjadi sumbangan bagi perubahan di Indoensia menjadi lebih baik. Karena itulah esensi dari Ekspedisi Indonesia Baru,” pungkas Rumiyati, pimpinan Koperasi Ekspedisi Indoensia Baru yang berbasis di Wonosobo, Jawa Tengah.

Sumber: Siaran Pers Tim Ekspedisi Indonesia Baru / Rumiyati (Narahubung)

Redaktur: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI).

LEAVE A REPLY