NEWSCOM.ID, LEBAK – Permintaan masyarakat terhadap kain tenun Baduy yang diproduksi secara tradisional oleh pengrajin masyarakat Badui semakin meningkat. Secara umum, kain tenun Badui dijadikan sebagai busana perempuan. Para pengrajin kain tenun itu tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak.
“Setiap hari bisa memenuhi permintaan konsumen secara online mencapai 15 sampai 20 potong,” tutur Amir (40 tahun), pedagang khas (tradisional) produksi Baduy di Kampung Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, pada Ahad (8/3).
Menurutnya, mayoritas permintaan kain tenun Baduy berasal dari warga domestik. Kain tenun itu dijadikan bahan busana, lalu oleh mereka dijual kembali melalui daring ke butik.
“Banyak pesanan kain tenun Badui itu dari pengrajin pakaian. Bahkan, busana Baduy bisa dijual di kisaran Rp 750 ribu hingga Rp 5 juta. Sedangkan konsumen membeli kain tenun itu mulai Rp 300 ribu hingga Rp 1,2 juta/ potong dengan ukuran 3 meter dan lebar 1,5 meter,” papar Amir pada Ahad (8/3).
Menurutnya, kain Badui memiliki kelebihan cukup unik dan berbeda dengan kain-kain lainnya di Tanah Air karena warnanya sangat alami dengan menggunakan pepohonan.
“Kami sangat terbantu adanya peningkatan pembeli itu sehingga mampu menggulirkan ekonomi masyarakat Badui,” ujarnya.
Pengrajin kain tenun Baduy lainnya, Rasti (40), menyatakan bahwa konsumen kain Badui bukan hanya wisatawan, tetapi juga pengrajin busana dari Jakarta dan Bandung.
“Mereka (konsumen) menilai kain tenun Badui memiliki seni dan cocok untuk busana perempuan karena memiliki keanekaragaman warna dan corak. Produksi kain tenun Baduy itu dirajut secara manual dengan bahan baku benang yang didatangkan dari Majalaya, Bandung, Jawa Barat,” jelas Rasti.
Kerajinan kain tenun itu, lanjutnya, dikerjakan oleh kaum perempuan. Selama sepekan, mereka bisa memproduksi sekitar 15 potong kain tenun.
“Kami sudah bisa menjual ke pelanggan dan ditampung oleh mereka dengan pendapatan bisa mencapai Rp7 juta/ pekan,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Dinas (Kadis) Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, H. Dedi Rahmat, S.Sos., menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak terus berupaya meningkatkan produksi kain tenun Baduy.
“Caranya dengan membina para perajin kain tenun Baduy agar memiliki mutu sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga Badui,” ucapnya.
Saat ini, lanjutnya, produksi kain tenun Baduy sangat bagus dan lemas daripada sebelumnya, bahkan saat ini menggunakan pewarna alami dari akar pepohonan.
“Pewarna alami itu memiliki nilai jual tinggi hingga Rp 1,5 juta/potong,” kata Dedi Rahmat.
Menurutnya, saat ini pengrajin kain tenun Baduy mencapai 600 orang. Mereka masih menggunakan alat sederhana dan tidak ada sentuhan teknologi modern dalam proses produksi.
“Keunggulan tenun Badui ialah corak warna dan motif yang berbeda, antara lain poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, dan smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka),” jelas Kadis Perindustrian dan Perdagangan itu.
Selain itu, lanjutnya, ada juga motif adu mancung dan motif aros yang terdiri atas aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.
“Kami terus mendorong, ke depan terus ditingkatkan kualitas kain Badui yang menggunakan bahan benang sutra dan pewarna alami,” ungkapnya.
Sumber: LKBN Antara
Editor: Hamdani