NEWSCOM.ID, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Periode Kesepuluh dan Keduabelas, Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, M.B.A., telah menjelaskan peran penting Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina selama 77 tahun kemerdekaannya, khususnya dalam bidang politik dan diplomasi internasional.
Misalnya, bagaimana peran diplomasi total pemerintah Republik Indonesia (RI) di balik layar, di bawah koordinasi Wapres Muhammad Jusuf Kalla, dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Bahkan diplomasi global ini melibatkan sejumlah negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) seperti Pakistan, Bangladesh, Turki dan Malaysia.
“Tahun 2007, ada pertemuan di Riyadh, pertemuan Liga Arab. Dia mengundang negara-negara Islam yang besar. Saya hadir mewakili Indonesia. Hadir di luar Arab, ada Pakistan, Perdana Menteri Musharraf, ada Erdogan, waktu itu Perdana Menteri Turki, ada Malaysia, Pak Abdullah Badawi, ada Bangladesh,” tutur H. Muhammad Jusuf Kalla.
Kemudian, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) sejak 2012 itu pun mengambil inisiatif untuk mengumpulkan dan mengoordinasi para pemimpin OKI yang hadir dari luar Liga Arab.
“Saya mengambil inisiatif untuk mengumpulkan. Saya datangi satu per satu. Saya datang ke Erdogan, saya bilang, kita lima negara ini, mewakili lebih 60 persen dari penduduk Islam di dunia ini. Jadi kita berkepentingan untuk Palestina damai, karena unsur konflik ini di Timur Tengah, karena masalah Palestina,” jelasnya.
Lebih lanjut, Wapres yang akrab disapa JK itu melanjutkan pembicaraan dengan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dari Republik Turki, lalu bertemu dengan Presiden Republik Islam Pakistan, Pervez Musharraf, pada 2007.
“Saya bicara (dengan) Erdogan, saya bicara (dengan) Musharraf. Akhirnya saya undang makan di hotel saya. “Bagaimana? Apa rencananya, Wakil Presiden?,” tanya mereka. “Saya bilang begini, kita harus memberikan juga tekanan kepada Palestina, bukan hanya pada Israel, kita harus menekan Palestina agar damai,” ujarnya.
Kalau dia (Palestina) tidak mau damai, lanjutnya, kita tidak bantu. Kita tekan Palestina, karena Palestina tergantung juga bantuan, khususnya dari negara-negara Arab,” ungkap saudagar sukses yang lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, pada 15 Mei 1942 itu.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat ini menjelaskan praktik diplomasi di balik layar Indonesia terhadap Palestina pada Jumat (19/8) siang. Tepatnya saat beliau menjadi narasumber utama (keynote speaker) dalam Seminar Nasional bertema: “77 Tahun Indonesia Merdeka: Peran Indonesia Mendukung Kemerdekaan Palestina”.
Seminar nasional ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) Kajian Timur Tengah dan Islam (KTTI) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan SKSG UI dan Tawaf TV.
Kegiatan ini berlangsung di Lantai 5, Gedung Institute for Advancement of Science Technology and Humanity (IASTH), Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat.
“Karena itu, setelah pertemuan, saya bagi-bagi tugas. Pak Erdogan, tugas anda untuk meng-approach (mendekatkan) Israel dengan Palestina, karena anda dekat di situ. Saya kasih tugas Musharraf, Presiden Pakistan, untuk meng-approach negara-negara Arab. Kemudian Abdullah Badawi, saya minta anda di negara-negara ASEAN saja,” paparnya.
Selain itu, tokoh perdamaian dunia dalam penyelesaian konflik berlarut-larut di Aceh, Poso dan Ambon ini juga menugaskan dirinya sendiri untuk mendekati Uni Eropa guna menyelesaikan permasalahan Palestina. “Saya bertugas untuk meng-approach Uni Eropa. Karena saya bilang, jangan kita pakai Amerika, kita pakai Uni Eropa,” ucapnya.
Menurutnya, Uni Eropa lebih fair (adil) daripada Amerika Serikat (AS) dalam menyelesaikan konflik di Palestina. “Jadi saya sendiri ke Belgia, Uni Eropa, bicara dengan Presiden Uni Eropa, bagaimana agar kita bersama-sama, Uni Eropa dan negara-negara Islam yang besar, mendesak kedua negara ini untuk berdamai, karena tidak ada jalan lain,” jelasnya.
Kegiatan ini disiarkan secara langsung (live streaming) oleh akun Youtube Tawaf TV di laman https://youtu.be/gfd-jnklxg4 dengan durasi 4 jam 18 menit 18 detik.
Adapun narasumber dalam acara ini ialah Aktivis Kemanusiaan Indonesia, Abdillah Onim, S.E.I., yang juga Ketua Pembina Nusantara Palestina Center (NPC), serta Ketua Program Studi (Prodi) Kajian Wilayah Eropa (KWE) – SKSG UI, Dr. Polit. Sc. Henny Saptatia Drajati Nugrahani, M.A.,
Narasumber lainnya ialah Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Palestina, Omar Barghouti, yang juga Pendiri Palestinian Campaign for The Academic and Cultural Boycott of Israel (PACBI). Beliau pun menjadi co-founder Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) Movement dan hadir secara daring.
Hadir juga Direktur Timur Tengah, Direktorat Jenderal (Ditjen) Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Bagus Hendraning Kobarsyih, M.Si., secara daring, sebagai narasumber. Turut hadir Direktur SKSG UI, Athor Soebroto, S.E., M.M., M.Sc., Ph.D., secara luring. Beliau juga memberikan kata sambutan dalam acara ini.
Adapun moderator dalam acara ini ialah Direktur Utama Tawaf TV, Pangeran Arsyad Ihsanul Haq, Lc., yang juga mahasiswa Prodi KTTI SKSG UI. Hadir pula Ketua Prodi KTTI SKSG UI, Yon Machmudi, Ph.D. Beliau pun memberikan kata sambutan dalam acara ini.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.
‘Host’ program Khazanah Timur Tengah di Tawaf TV
Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (Prima) Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind) Institute.
Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Anggota Dewan Pakar Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia.
Peneliti merangkap Bendahara Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Center for Strategic and Global Studies (CSGS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Universitas Indonesia (UI).