Waspada Perubahan Iklim, CSPS-SKSG-UI Berkolaborasi Dengan IYCA dan BMKG

0
474
Sumber: IYCA / IRI Indonesia, Sabtu, 13/10/24

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., turut hadir menjadi peserta dalam acara “Ngobrol Iklim: Community Gatheringpada Sabtu (12/10/24).

Kegiatan ini berlangsung di Plant Culture Restaurant, Alam Sutera, Kota Tangerang, Provinsi Banten, serta diselenggarakan oleh Interfaith Climate Youth Alliance (IYCA) atau Aliansi Pemuda Iklim Lintas Agama bekerja sama dengan Interfaith Rainforest Initiative atau Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis.

Dalam acara ini, turut hadir sejumlah narasumber, yakni Peneliti Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto, M.Sc., Ph.D. Ia menjelaskan materi berjudul “Updating Perubahan Iklim di Indonesia“.

Narasumber lainnya ialah Ketua dan Direktur Perkumpulan Mandalika Katalika Indonesia (Manka), Juliarta Bramansa Ottay. Beliau menjelaskan materi berjudul: “Potensi Peran Pemuda dan Kolaborasi Dalam Pengendalian Perubahan Iklim“.

Diskusi panel ini dipandu oleh Margaretha Ningsih selaku moderator, dan dibuka dengan sosialisasi acara oleh Koordinator IYCA, Faiza Fauziah. Lalu acara berlanjut dengan Diskusi Grup yang dipandu Ernisa Nainggolan. Kemudian, acara ini ditutup oleh Koordinator IYCA lainnya, Rana Setiawan.

Di awal kegiatan, Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Dr. Ir. Hayu Susilo Prabowo, M.Hum., turut menyampaikan kata sambutan dan membuka acara melalui rekaman video.

Beliau menegaskan pentingnya peran pemuda sebagai agen perubahan yang mampu menghadirkan solusi nyata untuk menjawab tantangan lingkungan hidup, sampah dan perubahan iklim.

“Sebagai pemuda lintas agama, seharusnya kita memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya menjadi saksi dari berbagai tantangan ini, tetapi menemukan solusi yang berdampak positif dan nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat,” ujarnya.

Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup (LPLH) dan Sumber Daya Alam (SDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu pun berharap agar pertemuan berbagai komunitas ini dapat melahirkan kolaborasi dalam bentuk penggabungan aksi atau program, partisipasi sebagai pembicara, partner media, dan platform pembelajaran.

“Pertemuan ini adalah langkah awal dari perjalanan panjang yang penuh harapan,” imbuh Dr. Hayu Susilo Prabowo, M.Hum., pada Sabtu (13/10/24).

Melalui kolaborasi yang kuat dan semangat pantang menyerah, Dr. Hayu Susilo Prabowo pun optimis bahwa pemuda lintas agama dapat menjadi agen perubahan yang mampu menghadirkan masa depan yang lebih berkelanjutan. “Terutama perubahan dalam upaya pelestarian hutan tropis dan pengendalian perubahan iklim,” ucapnya.

Sementara itu Koordinator IYCA, Faiza Fauziah, menjelaskan bahwa pelaksanaan Community Gathering “Ngobrol Iklim” dapat berfungsi sebagai wadah untuk memperkenalkan IYCA kepada para aktivis penggerak lingkungan lainnya.

“Acara ini juga dapat membuka ruang diskusi serta potensi kolaborasi untuk inisiatif yang lebih besar dan berkelanjutan. Apalagi perubahan iklim merupakan tantangan global yang memerlukan kolaborasi lintas sektoral dan lintas iman,” ucapnya.

IYCA, ungkapnya, hadir untuk mendorong keterlibatan kaum muda dari berbagai latar belakang agama dalam menghadapi perubahan iklim, melalui kolaborasi lintas iman dan komunitas,” kata Faiza Fauziah.

“Kami berharap acara ini dapat menjadi langkah awal untuk membangun sinergi dan kerja sama yang lebih kuat antara IYCA dan komunitas lingkungan lainnya dalam menghadapi perubahan iklim,” imbuhnya.

Selain itu, dalam sesi diskusi grup, Peneliti CSPS SKSG UI, Muhammad Ibrahim Hamdani, memaparkan bahwa sebagai pusat riset di lingkungan SKSG UI, CSPS terbuka untuk berkolaborasi dengan semua pihak yang berjuang dan bergerak di bidang lingkungan hidup, termasuk masalah hutan hujan tropis dan perubahan iklim global.

“Sebagai Pusat Riset di lingkungan SKSG UI, CSPS berfokus dalam penyusunan rekomendasi draf policy paper bagi para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan terkait,” ujarnya.

Misalnya, lanjutnya, pada 17-18 September 2024 lalu, CSPS SKSG UI telah menyelenggarakan Strategic Policy Forum (SPF) dan Krisis Lingkungan menjadi salah satu tema dalam Focus Group Discussion (FGD) yang kami lakukan. “Juga ada tema terkait lainnya, yakni ‘Krisis Energi’ dan ‘Hilirisasi Sumber Daya Alam’ dalam FGD ini,” imbuhnya.

“Adapun Strategic Policy Forum yang diselenggarakan oleh CSPS SKSG UI mengangkat tema: ‘Membedah Program Strategis Pemerintah Baru Dan Solusi Tantangan Menuju Indonesia Emas 2045‘. Kami siap berkolaborasi dengabn IYCA dan semua komunitas maupun organisasi yang hadir dalam pertemuan ini,” jelasnya.

Secara umum, diskusi grup ini membahas seputar rencana program, contoh-contoh aksi, inisiatif ke depan, dan bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan secara terpadu dan intensif.  Adapun tema yang diangkat ialah: “Peningkatan Kapasitas Pemuda dalam Adaptasi Mitigasi Iklim”.

Dalam paparannya di sesi Diskusi Panel, Peneliti  Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Siswanto, MSc., PhD., mengungkapkan bahwa kegagalan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim telah menjadi risiko global terbesar yang dapat mengancam masa depan kemanusiaan.

Ia menjelaskan bahwa emisi gas rumah kaca terus meningkat dan menyebabkan pemanasan global yang semakin cepat. Dampaknya sudah terasa di seluruh dunia, mulai dari gelombang panas ekstrem, kekeringan, banjir, hingga kenaikan permukaan laut.

“Jika kita tidak segera bertindak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim, kita akan menghadapi konsekuensi yang sangat serius bagi kehidupan manusia dan planet ini,” ujar Siswanto.

Menurutnya, data dan informasi iklim dapat digunakan untuk mendukung upaya yang berkelanjutan.Informasi yang akurat dan terkini tentang perubahan iklim, pola cuaca, dan kondisi lingkungan dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan yang lebih tepat dan efektif dalam menghadapi tantangan lingkungan.

Sementara itu, Direktur dan Ketua Manka, Juliarta B. Ottay, menyatakan bahwa perubahan iklim menjadi tantangan global yang membutuhkan aksi kolektif dari semua pihak, termasuk para pemuda.

“Generasi muda memiliki potensi besar sebagai agen perubahan dan inovator dalam pengendalian perubahan iklim. Itu sebabnya, kolaborasi lintas sektor menjadi sangat penting untuk memperkuat peran pemuda dalam mencapai solusi yang berkelanjutan,” ujarnya pada Sabtu (12/10/24).

Juliarta mencontohkan beberapa bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan, misalnya keterlibatan multipihak dalam isu iklim, penguatan undang-undang tentang keadilan iklim, dan pembentukan jejaring pemuda internasional untuk advokasi perubahan kebijakan.

Ia pun menyoroti pentingnya platform digital sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan solusi dalam isu lingkungan dan iklim. “Platform digital dapat menjadi jembatan bagi pemuda untuk saling belajar dan berkolaborasi dalam mencari solusi yang inovatif,” jelasnya.

Ia juga berharap, agar dengan peran aktif dan kolaboratif dari pemuda, perubahan iklim dapat diatasi dan masa depan bumi yang lebih baik dapat terwujud.

Acara ini dihadiri peserta yang terdiri dari perwakilan komunitas lingkungan, pegiat muda, organisasi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat, lembaga riset, serta masyarakat umum yang memiliki ketertarikan pada isu perubahan iklim dan kolaborasi lintas iman.

Sumber: Rilis Media IYCA dan IRI Indonesia, Sabtu (12/10/24)

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

LEAVE A REPLY