NEWSCOM.ID, JAKARTA – Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., telah menerima kunjungan audiensi dan wawancara dari sejumlah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) pada Senin (4/11/24) sore.
Dalam kunjungan ini, turut hadir Ketua CSPS SKSG UI, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si. Beliau menyambut langsung para mahasiswa, lalu memberikan sambutan di kantor Sekretariat CSPS SKSG UI, Gedung Mochtar Lantai 2, Kampus UI, Cikini, Jakarta.
Adapun materi wawancara dari sejumlah mahasiswa di Program Studi (Prodi) Keuangan dan Perbankan Syariah, Jurusan Tata Niaga – PNJ itu mengangkat tema Kebudayaan, tepatnya soal ‘Klaim Budaya’ khas Minangkabau oleh sejumlah pihak dari negeri jiran, Malaysia.
Wawancara ini merupakan tugas penelitian kelompok dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, yang dipandu oleh Ustaz Sayyid Muhammad yusuf Aidid, S.Pd., M.Si., selaku dosen. Proses wawancara ini direkam dengan kamera video, lalu akan diedit dan diunggah ke media Youtube yang ber.
Terdapat lima orang mahasiswa dalam satu kelompok tugas, yakni: 1. Alya Hera Fauziah (Nomor Induk Mahasiswa (NPM): 2304411017), Arka Balascosa Argyndra (NPM: 2304411038), Melani Payrina (NPM: 2304411004), Teuku Muammar Rifat (NPM: 2304411036) dan Nadia Mulia (NPM: 2304411026).
Dalam prosesnya, wawancara berlangsung dengan tanya jawab, setiap mahasiswa menanyakan satu atau dua pertanyaan kepada penulis, selaku narasumber, secara bergantian. Terdapat sembilan pertanyaan utama yang diajukan para mahasiswa dalam waktu wawancara sekitar 60 menit itu.
Sembilan pertanyaan tersebut ialah: 1. Mengapa budaya Indonesia sering menjadi target klaim oleh negara lain? 2. Bagaimana cara mencegah dan mengatasi masalah pengklaiman budaya? 3. Apa saja dampak negatif dari pengklaiman budaya terhadap negara asal?
4. Apa peran pemerintah dalam melindungi dan mempromosikan budaya Indonesia di kancah internasional? 5. Apakah klaim-klaim budaya ini murni karena kebetulan atau ada agenda politik di baliknya? 6. Apa saja dampak sosial dan budaya dari klaim-klaim ini terhadap masyarakat Minangkabau dan hubungan bilateral Indonesia-Malaysia?
7. Bagaimana upaya masyarakat Minangkabau dan pemerintah Indonesia dalam menghadapi klaim-klaim budaya ini? 8. Apa pelajaran yang dapat diambilĀ dari kasus Minangkabau untuk melindungi warisan budaya lainnya di Indonesia? 9. Bagaimana pendapat narasumber terhadap isu klaim budaya yang selalu dilakukan oleh Malaysia?
Dalam wawancaranya, Peneliti CSPS – SKSG UI, Muhammad Ibrahim Hamdani, menjelaskan bahwa ada pertalian dan keterkaitan erat antara tradisi, adat istiadat dan budaya penduduk di Negeri Sembilan, Malaysia, dengan etnik Minangkabau, khususnya Pagaruyung, di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
“Bahkan Yang di-Pertuan Agong Malaysia, Tuanku Abdul Rahman, dengan nama lengkap Tuanku Abdul Rahman Ibni Tuanku Muhammad, adalah Kepala Negara Pertama Malaysia, yang merupakan keturunan etnik Minangkabau dari Pagaruyung. Tepatnya sebagai keturunan kelima dari Sultan Abdul Jalil dari Kerajaan Pagaruyung,” jelasnya.
Tuanku Abdul Rahman, Yang di-Pertuan Agong Malaysia pada 1957-1960, ungkapnya, juga mengemban amanat sebagai Yang Dipertuan Besar Ke-VIII Negeri Sembilan sejak tahun 1923 hingga wafat tahun 1960. “Saat itu, beliau memerintah Negeri Sembilan Darul Khusus,” imbuhnya pada Senin (4/11/24).
Menurutnya, klaim budaya dalam kasus Miss Cosmo Malaysia 2024, Saranya Rajani Naidu, yang menggunakan ciri khas baju adat Minangkabau, tengkuluk talakuang, sesungguhnya merupakan promosi tidak langsung kebudayaan dan tradisi khas etnik Minangkabau di kancah global dan pentas internasional.
“Saya melihat sisi positifnya, bahwa fenomena penggunaan baju adat Tengkuluk Talakuang oleh Miss Cosmo Malaysia 2024, sebenarnya menjadi ajang promosi gratis budaya dan tradisi etnik Minangkabau di pentas internasional,” ujarnya.
Soal klaim budaya, ungkapnya, tentu para juri kompetisi internasional itu dapat mengakses dan menelusuri berbagai sumber informasi dan fakta-fakta bahwa baju adat Tengkuluk Talakuang berasal dari Etnik MInangkabau, Sumatera Barat, Indonesia.
Penulis: Peneliti CSPS SKSG UI, Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.