Umrah MMQ Batch-4: “Restoran Berputar, Millah Ibrahim, Syariat Rasulullah”

0
302

THAIF – Waktu telah menunjukkan Pukul 08.00, hari Ahad (22/12/24) pagi, di Awalif International Hotel, Kota Thaif, Kerajaan Arab Saudi, saat kami mendengarkan taushiyah ba’da (pasca) Shubuh, توشية بعد الصُّبْح dari Ustadz Donny Amir Sagaf. Acara ini mengambil tempat di fasilitas ruangan teater besar di lantai 1, Hotel Awalif.

Hari itu sangat istimewa karena bertepatan dengan momentum Peringatan Hari Ibu di Indonesia. Saat itu, Ustadz Donny mengumumkan bahwa taushiyah dihentikan sementara untuk aktivitas  mandi, sarapan pagi, packing untuk koper besar dan kecil milik jemaah, serta persiapan check out (keluar) dari hotel.

Koper-koper besar dan kecil setiap jemaah harus sudah diletakkan di luar kamar pada Pukul 10.00 waktu Thaif, karena akan langsung diangkut ke bus untuk check out atau keluar dari hotel. Demikianlah pengumuman panitia dari Amari Tour and Travel.

Penyebabnya, pada Pukul 11.00 waktu Thaif, segenap jemaah umrah Majelis Maqbul Qur’an (MMQ) Batch-4 akan berangkat city tour dengan bus. Tujuannya ialah Telefric Al-Hada Cable Car di Thaif, yakni Kereta Gantung Pegunungan Al-Hada. Wahana ini menjadi salah satu destinasi ziarah utama bagi jemaah umrah.

Alasannya, dari atas kereta gantung, jemaah umrah dapat melihat secara langsung jejak perjalanan sejarah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (SAW), رَسُوْلُ اللَّه مُحَمَّد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Tepatnya saat beliau dilempari batu oleh Bani Tsaqif, Penduduk Thaif, pada tahun ke-10 masa kenabian.

Apalagi pemandangan alamnya sangat indah, yakni hamparan bukit-bukit berbatu yang subur dengan aneka tanaman seperti bunga mawar merah, anggrek, ambar, melati, buah anggur, stroberi, semangka dan delima.

  • Restoran Berputar di Hotel Awalif

Alhamdulillahi Rabbil A’lamin, penulis dan keluarga bersama-sama sarapan pagi di restoran pada Pukul 08.30 Waktu Thaif. Restoran ini terletak di lantai 29, Hotel Awalif, dengan pemandangan pusat Kota Thaif yang sangat indah, berlatar lembah Pegunungan pasir Asir dan Al-Hada yang menjulang tinggi.

Restoran di Hotel Awalif sangat unik dan indah karena menerapkan kecanggihan teknologi. Restoran ini dibatasi oleh kaca bening berukuran besar dan tebal yang membuat para pengunjung dapat melihat pemandangan alam kota Thaif dari ketinggian. Bahkan ada area tertentu yang berputar 360 derajat, dengan gerakan lambat, mengelilingi lanskap restoran.

Dampaknya, seseorang yang hanya duduk di atas kursi, sembari sarapan di atas meja, maka ia akan berputar mengelilingi restoran dengan pemandangan alam yang berubah-ubah. Seolah-olah ada gerak fatamorgana kaca restoran berputar mengelilingi kita, padahal lantai di bawah kursi dan meja makanlah yang bergerak mengelilingi restoran.

Selain itu, saat sarapan pagi berlangsung, penulis juga melihat sejumlah menu khas Arab Saudi dan Timur Tengah seperti Nasi Mandhi dan Telur Ayam Arab (jenis White Leghorn) yang berwarna putih, serta aneka roti khas Arabia. Ada pula menu khas nusantara seperti Nasi Goreng, Nasi Putih dan Ayam Goreng.

  • Taushiyah Duha,الضحى, Ustadz Donny Amir Sagaf (Bagian I).

Setelah selesai sarapan pagi, mandi, packing koper besar dan kecil di depan kamar, serta menyiapkan kain ihram yang akan digunakan saat ibadah thawaf dan sa’i di Kota Suci Mekkah Al-Mukarramah, maka kami sekeluarga kembali lagi ke ruang teater di lantai 1 Hotel Awalif.

Lalu Ustadz Donny Amir Sagaf melanjutkan kajiannya selama sekitar 90 menit hingga Pukul 11.30 waktu Thaif. Tema yang beliau bahas fokus pada makna Millah Rasulullah Ibrahim ‘Alaihis Salam (AS), ملة رَسُوْلُ اللَّه إِبْرَاهِيْم عَلَیهِ‌ السَّلام, serta tujuan dari ibadah thawaf, ﻃﻮﺍﻑ, dan sa’i, السعي, dalam rangkaian ibadah umrah, عمرة dan haji.

Hal lain yang juga dibahas secara detail dalam kesempatan ini ialah metode dan tahapan saat Rasulullah Muhammad SQW menyebarluaskan syiar dan dakwah Islam kepada seluruh umat manusia dan golongan jin di alam semesta ini.

Tentunya, metode dan tahapan syiar dan dakwah tersebut telah sesuai dengan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam kitab suci Al-Qur’an dan tuntunan hadits حديث dari Nabi Muhammad SAW.

  1. Millah Nabi Ibrahim AS

Dalam taushiyah-nya, Ustadz Donny Amir Sagaf memaparkan bahwa terdapat sejumlah prinsip dasar dalam millah atau agama dan syariat yang disampaikan oleh Rasulullah Ibrahim AS kepada ummatnya. Antara lain, firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an Al-Karim, القرآن الكريم, Surat Al-Baqarah, البقرة, ayat 129-132.

A. Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah (2) Ayat 129.

١٢٩ – رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْ ۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ۝١٢٩

Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah ayat 129).

Menurut Ustadz Donny Amir Sagaf, ayat ini merupakan bukti nyata adanya konektivitas dan keterkaitan erat antara millah Nabi Ibrahim AS, selaku Abul Anbiya, أبو الأنبياء, Bapak Para Nabi, dengan syariat Islam yang disyiarkan dan didakwahkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, selaku Nabi Penutup dan Rasul Terakhir, Khatamul Anbiya, خاتَم الاَنبیاء.

Merujuk pada Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Ustadz Donny menjelaskan bahwa Surat Al-Baqarah Ayat 129 merupakan doa Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT agar diutus seorang rasul kepada penduduk tanah suci Mekkah dari kalangan mereka sendiri, yakni keturunan Nabi Ibrahim AS, di kemudian hari. Doa Nabi Ibrahim ini mustajab, dikabulkan oleh Allah SWT.

“Faktanya, Nabi Muhammad SAW berasal dari suku Quraisy, kabilah terkemuka di Mekkah, juga keturunan langsung dari Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail, إسماعيل, AS. Kesempurnaan doa Nabi Ibrahim seperti termaktub dalam ayat ini mustajab, dikabulkan oleh Allah SWT,” tutur Ustadz Donny Amir Sagaf.

Nabi Muhammad SAW, lanjutnya, diutus oleh Allah SWT untuk semua bangsa di dunia, termasuk kalangan jin, bukan hanya bagi masyarakat Arab yang saat itu umumnya tidak dapat membaca, ummiy, الْاُمِّيَّ. ” Hal ini merupakan qada, قضاء, dan qadar, قَدْر, ketentuan dan takdir dari Allah SWT, sekaligus jawaban atas doa Nabi Ibrahim AS, ” imbuhnya.

Sumber: Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Baqarah Ayat 129. http://www.ibnukatsironline.com/2014/12/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-129.html?m=1

“Surat Al-Baqarah ayat 129 juga menjelaskan dua fondasi dasar dari Millah Ibrahim yang dilanjutkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, yakni Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Kitab suci Al-Qur’an menjadi kitab suci terakhir yang menyempurnakan kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Kitab Zabur, Taurat, dan Injil,” ucapnya.

Sedangkan Nabi Muhammad SAW, tuturnya, menjadi Rasul penutup dan Nabi terakhir, yang mengajarkan al-Hikmah melalui setiap perkataan (hadist, حديث) dan perbuatan (sunnah, سنة) yang mulia kepada umatnya. “Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW menjadi Uswatun Hasanah, أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ, Suri Teladan Yang Baik, bagi umat manusia di dunia,” imbuhnya.

B. Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah (2) Ayat 130-132

Lalu pada Surat Al-Baqarah Ayat 130, Allah SWT berfirman tentang kebenaran hakiki Millah Nabi Ibrahim AS dan pernyataan tegas bahwa siapa saja yang membenci agama (Diin, دين) dan millah nabi Ibrahim, yakni Islam, sesungguhnya adalah orang-orang yang membodohi dirinya sendiri.

وَمَنْ يَّرْغَبُ عَنْ مِّلَّةِ اِبْرٰهٖمَ اِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهٗۗ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَاۚ وَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ ۝١٣٠

Artinya: “Siapa yang membenci agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri? Kami benar-benar telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh” (Q.S. Al-Baqarah ayat 130).

Bahkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 131 dan 132, Allah SWT menegaskan bahwa agama dan millah Nabi Ibrahim AS adalah Islam, sebagai satu-satunya kebenaran hakiki. Agama Islam mewajibkan para penganutnya, orang-orang yang beriman, untuk tunduk dan patuh serta berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.

اِذْ قَالَ لَهٗ رَبُّهٗٓ اَسْلِمْۙ قَالَ اَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۝١٣١

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَۗ ۝١٣٢

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (Q.S. Al-Baqarah Ayat 131).

Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya‘qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (Q.S. Al-Baqarah Ayat 132).

Menurut Ustadz Donny, Amor Sagaf, ayat di atas jelas merupakan nasihat sekaligus peringatan tegas dari Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ya’qub, يعقوب, AS kepada anak-anaknya.

“Peringatan bahwa agama Islam menjadi satu-satunya agama yang benar, haq, dan diridhai di sisi Allah SWT, serta jangan pernah mati kecuali dalam keadaan sebagai Muslim yang beriman kepada Allah SWT,” ucapnya.

Merujuk Tafsir Ibnu Katsir, lanjutnya, dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa Nabi Ibrahim AS hanya mengesakan Tuhannya dan tidak menyeru kepada siapa pun selain kepada Tuhannya. Dia (Nabi Ibrahim AS) tidak mempersekutu­kan-Nya barang sekejap pun dan membebaskan diri dari semua se­sembahan selain-Nya.

“Allah SWT juga menyanggah hal-hal baru yang mereka, para pembenci agama Nabi Ibrahim, ada-adakan berupa kemusyrikan terhadap Allah SWT, karena ini bertentangan dengan agama Nabi Ibrahim AS,” ujar Ustadz Donny Amir Sagaf.

Sumber: Kitab Tafsir Ibnu Katsir, dalam: http://www.ibnukatsironline.com/2014/12/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-130-132.html?m=1.

2. Metode dan Tahapan Implementasi Syariat Rasulullah Muhammad SAW: Syiar dan Dakwah Islam 

Sebagai Nabi Penutup di akhir zaman, Khatamul Anbiya, Rasulullah Muhammad SAW mengemban kewajiban suci dan tugas mulia dari Allah SWT untuk menyebarluaskan dakwah dan syiar Islam bagi seluruh alam semesta, termasuk kalangan jin dan manusia, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imran (3), اٰل عمران, Ayat 164.

Menurut Ustadz Donny Amir Sagaf, dalam ayat di atas, Allah SWT berfirman tentang sejumlah metode dan tahapan yang harus dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW secara sistematis dalam mengemban kewajiban suci dan tugas mulia dari Allah SWT untuk menyebarluaskan syiar dan dakwah Islam ke seluruh alam semesta.

A. Al-Qur’an, Surat Ali Imran (3) Ayat 164

لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ۝١٦٤

Artinya:

Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur’an) dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Ali Imran (3) Ayat 164).

Dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imran Ayat 164, lanjut Ustadz Donny, sebagaimana dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW, terdapat sejumlah metode dan tahapan yang harus dilakukan secara sistematis oleh setiap guru agama, khatib, da’i, dan muballigh dalam menyebarluaskan syiar dan dakwah Islam kepada umat manusia di seluruh dunia.

Metode dan tahapan tersebut, ungkapnya, ialah sebagai berikut:

Pertama, membacakan dan menyampaikan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an kepada segenap umat manusia di seluruh dunia, khususnya umat Islam, dengan cara qaulan layyinan, قَوْلَانَ لَيِّينَ, atau perkataan yang lemah lembut. Tujuannya ialah agar umat dapat menerima ayat-ayat Al-Qur’an itu dengan lapang dada sehingga memiliki pemahaman yang baik dan benar.

Kedua, menyucikan Fisik dan Jiwa umat setelah mereka mendengar firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an, misalnya dengan mengajarkan cara berwudhu menggunakan air yang suci dan mensucikan, bertayamum jika tidak menemukan air saat barhadas (حدث) kecil, serta mandi wajib saat kondisi tubuh sedang berhadas besar.

Ketiga, Mengajarkan Kitab Suci Al-Qur’an dan Al-Hikmah, الحكمة, atau As-Sunnah kepada seluruh ummat manusia, khususnya ummat Islam, dengan prinsip qaulan karimah, قَوۡلٗا كَرِيمٗا, dan akhlaqul karimah, أخلاق الكريمة.

Tujuannya ialah agar ummat dapat sungguh-sungguh mengerti dan memahami hukum-hukum Allah SWT. Antara lain, dengan menjalankan segenap perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sesuai dengan tuntunan kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hikmah (As-Sunnah) yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

“Itu sebabnya, akhlaqul karimah dan qaulan karimah atau sikap, perilaku dan perkataan yang baik, terpuji dan mulia (mahmudah) dari seorang hamba kepada Allah SWT dan sesama makhluk ciptaan-Nya menjadi kunci utama dari sukses atau tidaknya metode dan tahapan ketiga ini,” jelas Ustadz Donny Amir Sagaf.

B. Al-Qur’an, Surat Ali Imran (3) Ayat 95

Lebih lanjut, Ustadz Donny Amir Sagaf menjelaskan bahwa firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imran Ayat 164 merupakan implementasi dari Millah Nabi Ibrahim AS, sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imran Ayat 95, berikut ini:

قُلْ صَدَقَ اللّٰهُۗ فَاتَّبِعُوْا مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ۝٩٥

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Maha Benar Allah (dalam firman-Nya).” Maka, ikutilah agama Ibrahim yang hanif dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.” (Q.S. Ali Imran (3) Ayat 95).

Dalam ayat ini, lanjut Ustadz Donny, Allah SWT menegaskan bahwa ummat manusia wajib mengikuti agama atau millah Nabi Ibrahim AS yang hanif, yakni agama yang tegak lurus, tidak condong kepada apa pun, kecuali hanya kepada perintah Allah SWT.

“Bahkan kebenaran millah Nabi Ibrahim AS dikonfirmasi langsung oleh Nabi Muhammad SAW melalui lisan beliau, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran Ayat 95. Lalu ayat ini menegaskan bahwa Nabi Ibrahim AS tidak termasuk orang-orang yang musyrik, المشرك, atau menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu,” jelas Ustadz Donny.

C. Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah (2) Ayat 151

Selanjutnya, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah Ayat 151, tentang kebenaran informasi di masa lalu dan di masa depan, yang atas izin dan kehendak-Nya, telah disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kabar masa depan itu meliputi kondisi umat manusia pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW, dan kondisi manusia di akhir zaman.

“Termasuk sejumlah informasi penting tentang kehidupan manusia di alam barzakh dan alam akhirat, serta kehidupan umat manusia saat kiamat tiba,” imbuh Ustadz Donny Amir Sagaf.

Sedangkan informasi penting tentang kehidupan di masa lalu, sebelum era Rasulullah Muhammad SAW, lanjut Ustadz Donny, ialah atas izin dan kehendak-Nya, Nabi Muhammad SAW dapat menegaskan informasi yang benar dan membantah informasi yang salah dari umat manusia di masa lalu, khususnya kalangan ahli kitab.

Berikut ini ialah Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah Ayat 151:

كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَۗ ۝١٥١.

Artinya: Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Kitab (Alquran) dan Hikmah (Sunah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah (2) Ayat 151).

Menurut Ustadz Donny Amir Sagaf, firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah Ayat 151, telah melengkapi kewajiban suci dan tugas mulia Rasulullah Muhammad SAW dalam menyebarluaskan syiar dan dakwah Islam ke seluruh alam semesta, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imran Ayat 164.

“Tepatnya, metode dan tahapan keempat yang harus dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyebarluaskan syiar dan dakwah Islam kepada umat manusia. Misalnya, mempelajari hikmah dari peristiwa yang belum diketahui oleh manusia, yakni hidup sesudah mati di alam barzakh dan kehidupan di alam akhirat kelak,” ujarnya.

Terkait metode dan tahapan keempat ini, ucapnya, Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan al-hikmah kepada kaumnya, Qabilah Quraisy, serta Penduduk Mekkah, Thaif dan Madinah, dengan prinsip Qaulan Sadidan, قَوْلًا سَدِيْدًا, yakni perkataan yang baik, benar, tepat, jujur, dan adil.

“Prinsip qaulan sadidan menjadi kunci kesuksesan dari syiar dan dakwah Islam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Khususnya dalam mengajarkan al-hikmah kepada ummat di lingkungan tempat tinggal nabi Muhammad SAW, yakni Kota Mekah, Thaif, Madinah dan Wilayah Arabia lainnya seperti Negeri Syam dan Mesir, ” jelas Ustadz Donny Amir Sagaf.

Terlebih syiar dan dakwah Islam oleh Rasulullah SAW, paparnya, telah sampai ke penguasa dua imperium adikuasa dunia saat itu, Kisra Persia dan Kaisar Romawi, melalui surat tertulis. Bahkan Nabi Muhammad SAW telah mendapatkan gelar al-Amin, الأمين, yakni orang yang amanah dan dapat dipercaya, sejak berusia muda, dari lingkungan masyarakatnya.

“Gelar al-Amin diperoleh Nabi Muhammad SAW sejak muda, sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT. Karakter jujur, amanah dan terpercaya ini menjadi modal dasar dan fondasi utama dari pribadi Rasulullah Muhammad SAW saat menyebarluaskan dakwah dan syiar Islam terhadap seluruh ummat manusia,” ungkapnya.

D. Al-Qur’an, Surat Al-Jumu’ah (62) Ayat 2

Lebih lanjut, firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Al-Jumu’ah (62) Ayat 62, semakin melengkapi informasi yang kita peroleh seputar kondisi umat manusia yang dihadapi langsung oleh Nabi Muhammad SAW ketika itu. Khususnya, kondisi buta huruf, أُمِّي, yakni qabilah atau kaumnya Nabi Muhammad SAW tidak mampu untuk membaca dan menulis.

“Kondisi buta huruf atau ummi juga dialami oleh Nabi Muhammad SAW sendiri, saat Rasulullah SAW hendak menyebarluaskan syiar dan dakwah Islam, serta menyampaikan firman Allah SWT dalam al-Qur’an, termasuk al-hikmah (as-Sunnah), kepada seluruh umat manusia,” ucap Ustadz Donny Amir Sagaf.

Namun, menurutnya, firman Allah SWT dalam Surat Al-Jumu’ah (62) Ayat 2 juga menegaskan kembali firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imran (3) Ayat 164 tentang tiga metode dan tahapan yang dilakukan secara sistematis oleh Rasulullah Muhammad SAW saat menyebarluaskan syiar dan dakwah Islam.

Berikut ini adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Al-Jumu’ah Ayat 2:

مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ ۝٢

Artinya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad) kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, serta mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Jumu’ah (62) Ayat 2).

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

Jemaah Umrah Majelis Maqbul Qur’an (MMQ) Batch-4