JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) telah menyelenggarakan “Pengajian Entrepreneur” pada Jumat (07/02/25) siang, bertepatan dengan 8 Sya’ban 1446 Hijriah, di Gedung DMI Pusat, Jakarta. Acara ini mengangkat tema: “Membangun Semangat Kewirausahaan dan Kiat Menjadi Pengusaha Muslim“.
“Pengajian Entrepreneur” DMI menghadirkan narasumber utama, yakni Anggota Majelis Mustasyar PP DMI, Prof. drg. H. Chairul Tanjung, M.B.A., yang juga pengusaha Muslim sukses nasional serta pendiri dan pemilik CT Corp (Chairul Tanjung Corpora). Acara ini dibuka secara langsung oleh Wakil Ketua Umum PP DMI, H. Rudiantara, S.Stat., M.B.A.
Turut hadir Wakil Ketua Majelis Pakar PP DMI, Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, D.E.A., serta para Ketua PP DMI, yakni Prof. Dr. dr. H. Fachmi Idris, M.Kes., Drs. K.H. Abdul Manan A. Ghani, dan Drs. H. Andi Mappaganti, M.M. Hadir pula Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PP DMI, Kolonel TNI (Purn.) Dr. H. Mukhtadi El-Harry, M.M., M.Sc., dalam kegiatan ini.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua Umum PP DMI, H. Rudiantara, S.Stat., M.B.A., menyatakan bahwa hingga hingga saat ini, DMI telah membenahi akustik di sekitar 80 ribu masjid di seluruh Indonesia. “Pembenahan akustik masjid menjadi fokus utama DMI dalam 10 hingga 11 tahun terakhir,” tuturnya pada Jumat (07/02/25) siang.
“Ada 100 mobil akustik masjid DMI yang beroperasi tiap hari untuk membenahi akustik masjid. Penyebabnya, 80 hingga 90 persen orang yang datang ke masjid menggunakan telinga saat berada di masjid. Sedangkan yang menggunakan mulut di masjid itu hanya imam, khatib dan mubaligh,” ucap H. Rudiantara.
Menurutnya, secara umum, terdapat tiga permasalahan utama antara bangunan fisik dengan akustik masjid di Indonesia. Masalah pertama, semakin bagus masjid, semakin kaya pengurus masjid, maka suara akustiknya semakin buruk. “Kenapa? karena lantainya pakai marmer yang dapat menyerap suara,” imbuhnya.
“Masalah kedua, masjid itu pakai kubah, ini juga menimbulkan masalah bagi akustik masjid karena dapat menimbulkan gema. Di Indonesia, masjid pakai kubah itu karena meniru bangunan masjid di Turki dan Arab Saudi,” paparnya.
Masalah ketiga, ungkap H. Rudiantara yang juga Ketua Pengurus Yayasan Pengembangan Tata Kelola Indonesia (YPTKI), ialah teknisi masjid tidak memahami bagaimana cara mengoperasikan akustik sehingga kualitas akustik masjid tidak baik.
Selain permasalahan akustik, lanjutnya, tema pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid juga menjadi fokus utama program DMI. Faktanya, dari 10 orang terkaya di Indonesia, hanya ada satu orang yang Muslim, yakni Bapak Prof. drg. H. Chairul Tanjung, M.B.A. “Sedangkan sembilan orang terkaya lainnya ialah non-Muslim,” ujarnya.
“Itu sebabnya, beberapa pekan lalu, DMI bersama Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah bertemu dan berdiskusi untuk fokus bagaimana cara memberdayakan dana umat dan mengembangkan ekosistem kewirausahaan jemaah berbasis masjid,” jelasnya.
Sebelumnya, Waketum I PP DMI itu juga menjelaskan bahwa Gedung DMI saat ini didirikan dengan cara bergotong-royong antara pengurus pusat, pengurus wilayah, dan semua mitra-mitra strategis DMI, baik pemerintah maupun swasta.
“Alhamdulillah, saat ini, DMI telah menempati gedung baru, yang tadinya dari Masjid Istiqlal dan hanya dapat satu ruangan, lalu pindah ke Jalan Borobudur, kemudian pindah lagi ke kantor di Jalan Surabaya, dan akhirnya ke Jalan Matraman. Gedung DMI Pusat ini didirikan dengan cara bergotong-royong,” tuturnya.
Lebih lanjut, dalam taushiyah-nya, Prof. drg. H. Chairul Tanjung, M.B.A., menegaskan bahwa musuh bersama umat Islam di Indonesia dan di dunia ialah kebodohan, kemiskinan, kesenjangan dan ketertinggalan ekonomi, ketidakpedulian dan kemalasan.
“Musuh bersama ini harus kita perangi kalau kita ingin agar umat Islam dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, di Indonesia,” tegasnya pada Jumat (07/02/25) siang.
Pemilik CT Corp itu pun mengungkapkan realita umat Islam saat ini, sesuai dengan hadis Nabi Muhammad Shallallahu A’laihi Wa Sallam (SAW), bahwa jumlah umat Islam itu besar tetapi bagaikan buih di lautan.
“Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa umat Islam itu besar jumlahnya, tetapi bagaikan buih di lautan. Buih itu mudah terombang-ambing dan terbawa arus di lautan, karena umat Islam tidak bersatu. Jumlah kita besar, 230 juta umat Islam di Indonesia, namun terfragentasi. Karena itu, umat Islam harus bersatu,” jelasnya.
Umat Islam, ucapnya, harus mulai membangun usaha dari kita, oleh kita, untuk kita. Kalau umat Islam misalnya belanja saja di Toko Muslim, maka umat Islam akan sukses dan berjaya. “Kita harus solid, kesamaan atau equality dalam perekonomian itu harus berbasis proporsionalitas jumlah umat,” imbuhnya.
Acara ini turut dihadiri oleh Direktur Brigade Masjid PP PRIMA DMI, Masrur Mustofa, S.Pd.T., M.M., Gr., Direktur Literasi Digital PP PRIMA DMI, Indra Syahfirman, S.H., C.P.L.A., serta Direktur Bidang Pemuda dan Olah Raga PP PRIMA DMI, Hotmartua Simanjuntak.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.
Direktur Bidang Media, Komunikasi dan Informasi PP Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) DMI.