Rencana Strategis Diplomasi JK Terhadap Konflik Israel-Palestina: Respon Global

0
439
Sumber: SKSG UI

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia Periode Ke-10 dan Ke-12, Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, M.B.A., mengungkapkan bahwa tanggapan dunia internasional terhadap upaya mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina sangat beraneka ragam. Ada negara yang setuju, ada pula yang acuh tak acuh.

Realitas geopolitik global ini terungkap dari respon sejumlah negara terhadap rencana aksi dan strategi perdamaian yang dirancang oleh Wapres Muhammad Jusuf Kalla sejak 2007. Rencana ini dilakukan bekerja sama dengan sejumlah pemimpin negara Dunia Islam seperti Republik Turki, Republik Islam Pakistan, Malaysia dan Republik Rakyat Bangladesh.

“Satu bulan kemudian, kita kumpul lagi lewat telepon. Musharraf lapor kepada saya. Jadi saya Wapres, tapi koordinasi empat preside, gitu. Wah, negara Arab dingin sambutannya, kata Musharraf. Saya ke Saudi, ke Kuwait, ke Abu Dhabi, ke Yaman, dingin. Jadi dia jalan, sesuai dengan saya punya pembagian tugas, jalan dia” ujarnya pada Jumat (19/8).

Wapres RI yang akrab disapa JK ini pun merespon pernyataan Presiden Pakistan saat itu, Pervez Musharraf. “Ya, saya lapor, Uni Eropa siap, saya bilang, diwakili oleh Spanyol,” ujarnya. “Kemudian, saya tanya Erdogan, bagaimana Turki? ‘Ya, tapi Israel tetap pesimis,’ jawab Erdogan,” ungkapnya.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat itu pun menegaskan kepada pemerintah Palestina untuk berdamai dengan Israel. Apalagi kapasitas Indonesia tidak memungkinkan untuk terlibat dalam perang fisik melawan Israel.

“Seperti saya jelaskan ke Perdana Menteri Palestina, kalau You tidak damai, You habis, saya bilang. Kita capek untuk, saya bilang, mau minta maaf, negara saya isinya demo dan pernyataan, capek kita. Sekarang sudah lumayan, sudah kurang demo-demo itu. Nggak ada gunanya juga. Israel itu tidak peduli,” tutur Muhammad Jusuf Kalla pada Jumat (19/8).

Selain itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini juga menjelaskan mengapa peran Turki sangat strategis dalam mendekati Israel. “Kenapa Turki? karena Turki itu punya kedutaan di Tel Aviv. Jangan lupa, negara yang punya pengakuan, kedutaan di Israel itu tentu Yordania, Turki. Ada tiga itu, punya kedutaan” ucapnya.

Saudagar sukses kelahiran Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) ini pun menceritakan kenangannya saat berada di Tel Aviv, Israel, dan melihat bendera bulan sabit merah milik Turki dari kamar hotelnya.

“Suatu kali, saya ke Tel Aviv, tidur di Hotel Hilton. Begitu saya bangun pagi, saya buka jendela, eh saya lihat ada bendera, bulan sabit, di depan hotel. Saya bilang, kemudian saya lihat, siapa di, Gedung apa di depan itu? Ternyata Turki. Jadi Turki punya kedutaan besar di sana. Jadi itulah, upaya seperti itu,” jelasnya.

Tapi, lanjutnya, kemudian Musharraf turun, Erdogan mengatakan sulit Israel. Tapi kita masih terus melanjutkan lobi itu. “Jadi kalau saya ketemu Erdogan masih ingat, bagaimana upaya kita dulu menghadapi (Israel). Iya, You gagal, saya bilang, mengamankan Israel dengan Palestina. Tapi tetap kita konsisten bahwa ini harus ditekan,” ucapnya.

Menurut Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Khidmat 2015-2020 itu, Israel dan Palestina harus ditekan untuk berdamai. “Palestina juga tidak bisa dimanjakan,” ujar H. Jusuf Kalla.

“Kalau sidang New York, saya tinggal di hotel yang bintang empat lah. Tapi Mahmoud Abbas tinggal di hotel bintang lima. Jadi mereka juga menikmati bantuan, sebenarnya. Yasser Arafat waktu meninggal, ternyata uangnya, kekayaannya US$ 250 juta. Jadi dengan konflik itu, mereka makmur juga dengan bantuan negara-negara Arab” jelasnya.

Misalnya, ungkap tokoh perdamaian dunia dalam konflik Aceh, Poso, dan Ambon, Gaza dibantu oleh Iran, sekarang seperti itu. Sedangkan Indonesia tetap membantu secara politik dan diplomatik. “Indonesia secara diplomasi, politik, tetap membantu. Tapi memang tidak mudah,” katanya.

Tokoh nasional representasi Indonesia Timur itu menjelaskan respon geopolitik global terhadap konflik dan agresi Israel di Palestina pada Jumat (19/8).

Tepatnya saat beliau menjadi narasumber utama (keynote speaker) dalam Seminar Nasional bertema: “77 Tahun Indonesia Merdeka: Peran Indonesia Mendukung Kemerdekaan Palestina”.

Seminar nasional ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) Kajian Timur Tengah dan Islam (KTTI) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan SKSG UI dan Tawaf TV.

Kegiatan ini berlangsung di Lantai 5, Gedung Institute for Advancement of Science Technology and Humanity (IASTH), Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat.

Acara ini disiarkan secara langsung (live streaming) oleh akun Youtube Tawaf TV di laman https://youtu.be/gfd-jnklxg4 dengan durasi 4 jam 18 menit 18 detik.

Adapun narasumber dalam acara ini ialah Aktivis Kemanusiaan Indonesia, Abdillah Onim, S.E.I., yang juga Ketua Pembina Nusantara Palestina Center (NPC), serta Ketua Program Studi (Prodi) Kajian Wilayah Eropa (KWE) – SKSG UI, Dr. Polit. Sc. Henny Saptatia Drajati Nugrahani, M.A.,

Narasumber lainnya ialah Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Palestina, Omar Barghouti, yang juga Pendiri Palestinian Campaign for The Academic and Cultural Boycott of Israel (PACBI). Beliau pun menjadi co-founder Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) Movement dan hadir secara daring.

Hadir juga Direktur Timur Tengah, Direktorat Jenderal (Ditjen) Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Bagus Hendraning Kobarsyih, M.Si., secara daring, sebagai narasumber.  Turut hadir Direktur SKSG UI, Athor Soebroto, S.E., M.M., M.Sc., Ph.D., secara luring. Beliau juga memberikan kata sambutan dalam acara ini.

Adapun moderator dalam acara ini ialah Direktur Utama Tawaf TV, Pangeran Arsyad Ihsanul Haq, Lc., yang juga mahasiswa Prodi KTTI SKSG UI. Hadir pula Ketua Prodi KTTI SKSG UI, Yon Machmudi, Ph.D. Beliau pun memberikan kata sambutan dalam acara ini.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

‘Host’ program Khazanah Timur Tengah di Tawaf TV.

Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (Prima) Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind) Institute.

Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Anggota Dewan Pakar Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia.

Peneliti merangkap Bendahara Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Center for Strategic and Global Studies (CSGS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Universitas Indonesia (UI).

LEAVE A REPLY