SANTRIPRENEUR, KYAIPRENEUR & ULAMAPRENEUR KADO INDAH HSN TAHUN 2022

0
382
Foto: Uung Ibnu Shobari (UIS), Sekjen FSPP Pandeglang, Ketua PD INTANI PANDEGLANG & Sekkom PEREKAT MUI Pandeglang

Oleh : Uung Ibnu Shobari (UIS)
Sekjen FSPP Pandeglang, Ketua PD INTANI PANDEGLANG & Sekkom PEREKAT MUI Pandeglang
(Khadimul Ma’had Model Noor El-Madeenah)

Kolumnis sengaja lebih awal menulis dengan kata awalan santri, kyai dan ulama, lalu apa kaitannya dengan tambahan kata Preneur yang belum tentu memiliki makna yang sepadan dengan kata yang kita harapkan? Malah yang paling populer di seantero dunia bahwa kata sesungguhnya adalah Entrepreneur dan atau Enterpreneur. Apa perbedaan cara penulisan Entre dan Enter ? Kita bongkar perlahan dan tidak perlu diperdebatkan mana diantara keduanya yang benar, yang paling penting dalam membaca tulisan ini tiada lain harus berkesesuaian dengan judul di atas, yaitu tertulis Santri Enterpreneur, Kyai Enterpreneur dan Ulama Enterpreneur atau digabungkan cara penulisannya menjadi Santripreneur, Kyaipreneur dan Ulamapreneur dipastikan tentu ada hal-hal perbedaan makna kecil lain yang termaktub di dalamnya.

Meminjam istilah aslinya dalam bahasa Perancis kata Entrepreneur tersebut dilafalkan dengan sedikit “suara mengirung dan berdengung besar – ongtrroprongdrre (entreprendre)“ sesuai hasil ajaran akademis Kampus CCF (Centré Culture Francais) saat kolumnis studi di Salemba Jakarta kisaran tahun 1999-2021, disamping itu apabila kita mengutip dari situs resmi maglearning.id tercatat bahwa ini juga merupakan hasil ijtihad (Kesepahaman Ahli Bahasa) sejatinya diambil dari kata kerja bahasa Perancis, yaitu “ Entreprendre “ yang berarti melakukan dan atau menjalankan – dengan bukti mampu menjalankan roda organisasi dan atau sistem manajerial dengan resiko bisnis yang wajib dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan profesional. Tanpa disadari bahwa kata padanan “ preneur “ menjadi terpisah sendirian, padahal asli kata tersebut merupakan satu-kesatuan utuh “ entrepreneur bukan preneur un sich “.

Judul di atas menunjukan, jangan-jangan pandangan kita selama ini kurang tepat dalam memaknainya secara utuh potongan kata “ preneur “. Catatan yang paling penting pada momentum Hari Santri Nasional (HSN, red.) tahun ke-8 ini dan sejalannya waktu telah berlalu bahwa icon Santri, Kyai dan Ulama telah menjadi trendi di pelbagai kalangan sejak Bumi Pertiwi ini berjuang melawan para kolonial, dengan terus membentengi tanah air ini berdasarkan nilai-nilai jihad (perjuangan, red.) yang tak kenal lelah mempertahankan NKRI guna menyajikan kecintaan luhur terhadap norma hukum dan hubbul wathon minal iman – bahwa cinta tanah air merupakan sebagian daripada keimanan.

Memahami sepak terjang para Santri dan Ulama – Kyai di Nusantara tidak akan pernah lekang dari rumpun ke-Indonesiaan yang memiliki sifat kemandirian, percaya diri, sopan santun, kolaboratif dan seabrek nilai-nilai dasar kehidupan yang selalu ingin menjadi yang terbaik dalam memberikan kontribusi terhadap bangsa tercinta ini. Tak ayal, bahwa sejarah membuktikan dari 135-an kitab karya Syeikh Nawawi Banten yang terdeteksi secara ilmiah-empiris telah mampu menjawab akan pentingnya menjadi seseorang yang “ tafaqquh fiddeen “ (totalitas beragama) dengan secara otomatis memberikan tuntunan ilmu pengetahuan hingga detik ini atas karya beberapa Santri, kiprah para Kyai dan atau fatwa Alim-ulama dengan memenuhi isi seluruh kitab-kitab tersebut telah tersusun rapi, sistematis, efesien dan penuh bekal pengetahuan yang berbasis religiusitas, sosial kemasyarakatan, dakwah rahmatan lil’aalamien hingga menggali lebih dalam lagi tentang ubudiyah dan muamalah.

Catatan di atas menandakan bahwa tahun ke-8 Hari Santri Nasional yang dikukuhkan setiap tanggal 22 Oktober ini telah menjadi kado terindah di bumi pertiwi, bahwa Pesantren yang sarat dipenuhi dengan rukun-syaratnya telah diperkuat juga oleh Negara, kini telah hadir UU Pesantren No. 18 Tahun 2019 disertai turunannya Perpres No. 82 Tahun 2021 tentang dana abadi Pondok Pesantren yang tidak lain dan tidak bukan merupakan manifestasi bangsa yang tidak akan jauh dari basis-basis keagamaan. Dalih tersebut, kemudian diestafetkan oleh para pimpinan daerah di Provinsi hingga ke level Kabupaten berlomba-lomba dalam kebaikan dengan lahirnya Perda-perda kepesantrenan, tumbuhnya forum-forum Pesantren dan menguatnya Majelis-majelis Ulama hingga tingkat desa. Pertanda bahwa pengertian Santripreneur, Kyaipreneur dan Ulamapreneur memang telah terpatri dalam jiwa seorang muslim yang sepatutnya telah dan selalu berkiblat kepada Kanjeng Rasul Muhammad SAW sebagai seorang yang memiliki sifat-sifat mutlak Shiddiq, Fathonah, Amanah dan Tabligh (SIFAT, red.).

Merilis dari liputan acara dialog program KAULA MUDA (Kader Ulamapreneur MUI Pandeglang) yang terselenggara di Gedung MUI Pandeglang, tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1444 / 8 Oktober 2022 sekaligus mengisi momentum indahnya Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1444 serta memupuk dan memperkaya semaraknya Hari Santri Nasional ke-8 tahun 2022, telah memberikan nilai-nilai kesantrian, kekyaian dan keulamaan tentu programnya sangat tepat karena saat itu dilaksanakan di Kota Santri Pandeglang, kutipan berita resmi MUI Pandeglang tertulis “ Yang menjadikan dialog ini cukup spesial adalah hadirnya pembicara nasional, yaitu H. Andi Yudi Hendriawan, yang berbagi inspirasi tentang kreatifitas pemuda Islam sebagai kader Ulamapreneur. H. Andi adalah penggiat ekonomi keumatan yang saat ini menjabat Wakil Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI Pusat dan Ketua Departemen Kawasan Industri Halal Himpunan Ekonomi Bisnis dan Pesantren (Hebitren). “

“ Narasumber lainnya yaitu Ratu Tanti Darmiasih, Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga MUI yang juga Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pandeglang yang memaparkan peluang kerja generasi muda di sektor swasta. Hadir pula Epi Hasan Rifai, Sekretaris Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI yang juga Wakil Rektor III Universitas Mathlaul Anwar dengan materi generasi muda Islam mengerti dan taat hukum. Pemateri terakhir H. Abdurrohman Setia Permana, anggota Komisi Informasi dan Komunikasi MUI yang juga praktisi content creator dengan bahan dialog berjudul dakwah ulamapreneur melalui media digital. “

Utamanya, dalam menelaah satu kejadian fakta program enterpreneurship saat ini telah jelas dan terang benerang bahwa definisi umum Enterpreneur secara eksplisit maupun implisit menurut kacamata Kolumnis (UIS, red.) tiada lain selaras dengan firman Allah SWT: “ Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.” (Q.S. Al-Qashah : 77). Atas dasar ayat tersebutlah sangat diyakinkan bahwa keutuhan mental seorang Santri, Kyai dan Ulama sarat dengan cara memaknai dasar kata Enterpreneurship menjadi formula khusus yang perlu dilatih, diinisiasi, selalu inovatif, bekerja keras-cerdas serta menumbuhkan norma-norma kehidupan di masyarakat yang sejatinya harus saling memberdayakan dan memandirikan, guna mewujudkan firman Allah SWT sebagaimana ayat tersebut di atas harus menjadi tolak ukur kita bersama, bahwa berkehidupan ini tiada lain wajib bersandar terhadap ayat-ayat Allah SWT untuk selalu memiliki tujuan ukhrowi dan kebaikan-kebaikan, akan tetapi juga tidak boleh sekali-kali melupakan begitu saja urusan fananya dunia.

Menggarisbawahi usia ke-8 (kedelapan) tahun HSN di 2022 yang diperingati secara seremonial, komunal, personal maupun institusional bahkan bisa jadi secara emosional tanpa batas di negeri tercinta ini, setidaknya telah memberikan edukasi kemerdekaan seutuhnya kepada masyarakat luas bahwa keberadaan Santri, Kyai dan Ulama telah menjadi sesuatu yang tidak perlu lagi disanksikan lagi, melainkan mereka kini telah menjadi aset bangsa yang terintegrasi di semua lini profesi dan di setiap ceruk potensi Sumber Daya Insani (SDI), tiada lain ini merupakan pemerataan hak warga Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam mengisi kebaikan-kebaikan yang semakin utuh, penuh persatuan-kesatuan, peduli dan berprikemanusiaan.

Penelaahan sederhana di lapangan dalam kajian enterpreneurship secara umum yang memiliki basis Santri, Kyai dan Ulama juga tidak semudah membalikan kedua telapak tangan, melainkan perlu jam ekstra untuk membuktikan kepada khalayak ramai bahwa saat ini telah banyak para Santri Kreatif, Kyai Inovatif dan Ulama Inspiratif tiada lain bukan berarti merambah dan mengecoh keadaan profesi lainnya, akan tetapi ini semua telah diajarkan oleh Rasulullah SAW sendiri dalam semua kajian keilmuan dengan salah satu bukti haditsnya yang diriwayatkan Imam Abu Hurairah dalam kitab Ibaanatul Ahkam – Sarah Kitab Bulooghul Maram, bahwa : “ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan.”

Jika kembali menukil makna definitif dasar tentang keberadaan Sumber Daya Insani yang Mandiri tentu bagi yang telah menerima segala kemurniaan Iman, Islam dan Ihsannya akan sangat memiliki peran sesungguhnya menjadi manusia yang seutuhnya sebagaimana Al-Qura’an juga menyajikannya dengan penamaan Suat Al-Insan yang berarti “ manusia “. Tentu masih ada juga sebagian kalangan yang tetap saja merasa jauh dari qanoon (tatanan hukum) yang telah dilansir mutlak kebenarannya secara murni dan lengkap di setiap kajian-kajian keislaman dimanapun berada. Oleh karenanya, di penghujung catatan singkat ini, Kolumnis sedikit menyitir makna Al-Insan (manusia) yang di dalamnya ada kalangan Santri, Kyai dan Ulama mereka kini adalah bagian dari aset bangsa yang telah juga menjadi bagian yang dipentingkan dan telah menjadi Kado Indah di Hari Santri Nasional 2022. Wallaahu A’lamu Bisshowwab.*

LEAVE A REPLY