NEWSCOM.ID – Kesejahteraan petani masih menjadi salah satu isu yang membuat para milenial kurang berminat menjadi petani. Untuk mengatasi isu tersebut, Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia – INTANI setiap minggunya menyelenggarakan kegiatan webinar yang berbagi kisah sukses dan inspiratif narasumber yang terjun di berbagai sektor pertanian.
Pada seri ke 109 kali ini menghadirkan Agus Ali Nurdin atau akrab disapa Kang Guslee, pendiri Okiagaru Farm. “Awalnya Okiagaru hanya sebagai kelompok tani, tapi sekarang sudah berkembang menjadi P4S serta dibangun koperasi & yayasan untuk pengembangan kemitraan,” ujar Kang Guslee mengawali paparannya.
Beragam pengalaman Kang Guslee seperti mengikuti konferensi ASEAN Farmers di Jepang dan India sangat membantu dalam mengembangkan Okiagaru Farm. “Selain di Majalengka, saat ini Okiagaru Farm ada di Cianjur,” ujar Kang Guslee yang juga sebagai Duta Petani Milenial Kementan RI tahun 2020.
Lebih lanjut Kang Guslee menjelaskan sistim kotrak farming yang dijalankan sejak 2019 dengan membangun kemitraan antara petani dan suplier.
“Jadi di dalam kontrak, mitra suplier mendepositkan sarana prasarana yang dibutuhkan petani dengan sistim hak guna pakai, lalu Okiagaru Farm menjamin untuk mensuplai sayuran sesuai spesifikasi dan kualitas yang dibutuhkan suplier,” terangnya.
Kedepannya Kang Guslee juga sedang membuat model kontrak agar mitra suplier tidak hanya mendepositkan alat-alat pertanian tetapi juga kartu deposit dengan nilai beberapa persen kontrak.
“Pembayaran dari mitra suplier itu satu sampai dua minggu, jadi terkadang saat petani ada kebutuhan mendesak mereka kasbon dulu ke kami. Sehingga kartu deposit bagi mitra suplier bisa membantu menjaga keseimbangan,” ujarnya.
Pemasaran produk sudah ke berbagai pasar swalayan, restoran dan hotel. “Paling banyak itu ke restoran ada 25 di Jakarta, lalu 5 hotel dan 3 pasar swalayan”.
Kang Guslee menuturkan 10-15% yang disuplai sayuran Jepang selebihnya sayuran lokal. “Jadi kita ada 3 produk, suplai langsung ke mitra lalu ada produk olahan dan pembuatan pupuk organik,” terangnya.
Jadi saat sayuran tidak memenuhi spesifikasi mitra akan dibuat produk olahan sedangkan sayuran yang gagal panen atau membusuk dijadikan pupuk organik. Dengan sistim seperti ini menurut Kang Guslee sangat efektif sehingga tidak ada produksi sayuran yang terbuang.
Ketua Umum Intani Guntur Subagja sangat mengapresiasi model bisnis kontrak farming yang dibangun Kang Guslee dan anggotanya. “Ini model bisnis yang sangat bagus, karena membantu sekali bagi para petani terutama untuk hal jaminan pasar dan harga yang sering menjadi kendala bagi para petani,” ujar Guntur.
Selain itu menurut Guntur dengan adanya pinjaman alat pertanian menjadi nilai yang sangat positif bagi para petani. “Model bisnis ini sangat layak untuk diduplikasi diberbagai daerah, yang sangat membantu untuk meningkatkan kesejahteraan para petani,” tutupnya.
Webinar dengan tema “Model Bisnis ‘Kontrak Farming’ Sayur Organik” dipandu Ila Failani dapat ditonton kembali di channel youtube TANITV.*