Antara Kesejahteraan, Korporasi Petani dan Delapan Sektor Pertanian Terintegrasi

0
557

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI), Guntur Subagja Mahardika, M.Si., menjelaskan tentang keunggulan konsep Korporasi Petani untuk menyejahterakan para petani.

“Konsep Korporasi Petani sebenarnya adalah konsep yang bagus, kalau ini bisa diimplementasikan dengan baik. Nah, yang perlu kita juga pahami sama-sama, petani ini adalah ada di budi daya, tapi dia (pertanian) bukan di industri yang paling hulu. Ada faktor yang tidak ditentukan petani, yaitu disebut faktor input,” jelasnya pada Rabu (3/8) pagi.

Tepatnya saat diwawancarai CNBC Indonesia, seperti dilansir dari akun Youtube di laman https://youtu.be/tn_iqNV6Vco dengan judul: “Ini Sebab Petani RI (Republik Indonesia) Belum Sejahtera Meski Harga Beras Cs Naik”.

Menurutnya, di faktor input itu setidaknya ada dua hal, yakni pupuk dan benih. Para petani sangat tergantung pada dua hal ini sehingga bagaimana kita berupaya agar petani mulai masuk ke faktor input.

“Salah satu yang didorong oleh INTANI misalnya, adalah bagaimana bisa memproduksi pupuk dengan potensi lokal, itu pupuk-pupuk organik lokal, kemudian bahan bakunya apa, itu yang bisa dikembangkan, termasuk juga integrated farming,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) itu pun menyatakan bahwa petani tidak terlipat dalam proses pasca panen.

“Setelah input dan budi daya, petani juga tidak terlibat di pasca panen, yang punya proses penggilingan orang lain. Bahkan yang punya alat pengering juga orang lain sehingga betul-betul dia hanya menjual kondisi padi apa adanya. Nah, kalau (petani) masuk ke pengeringan saja, mungkin ini nilainya akan jauh lebih tinggi,” paparnya.

Kemudian, apa lagi di industri hilirnya? tanya Sekretaris Lembaga Wakaf (LW) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini, yakni industri produksinya, rice milling unit (rmu) tidak dimiliki juga oleh petani. “Berikutnya logistik, distribusi sampai produk nilai tambah dan akhirnya ke end user, (pengguna akhir)” imbuhnya.

“Nah, kalau kami melihat itu ada 8 sektor yang sebenarnya, bagaimana kita ini integrasikan, kemudian dibuat dalam satu ekosistem, dan dimulai dari lingkungan-lingkungan yang kecil, mungkin tingkat desa, kemudian tingkat kecamatan, kabupaten, baru (tingkat) nasional,” jelas Guntur Subagja.

Jadi padi yang diproduksi petani misalnya, lanjutnya, tidak lagi (berupa) Gabah Kering panen yang dijual, bisa saja sudah menjadi beras kemasan. Kondisi ini akan jauh lebih menarik dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani.

Sumber: Akun Youtube CNBC Indonesia, “Ini Sebab Petani RI Belum Sejahtera Meski Harga Beras Cs Naik!,” https://youtu.be/tn_iqNV6Vco.

Penulis / Editor: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

Peneliti CSPS SKSG UI

LEAVE A REPLY