NEWSCOM.ID, JAKARTA – Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un, sedikitnya 1,5 juta warga di kawasan Timur Tengah telah wafat akibat konflik dan perang terus-menerus hingga kini. Bahkan konflik itu tidak jarang melibatkan sesama Muslim dan sesama orang Arab.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A.,mengkonfirmasi hal itu pada Sabtu (25/1), saat menjadi narasumber dalam Diskusi Panel bertajuk Harapan Baru Dunia Islam: Meneguhkan Hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU, Jakarta Pusat.
“Itu barangkali untuk menanggapi situasi sekarang, terutama di Middle East, yang kita tahu semua sudah satu setengah juta nyawa menghilang. Mesir, Libya Irak, Syiria, Yaman, Sudan, Somali dan seterusnya, (konflik) sesama muslim sesama Arab,” tutur Kyai Said pada Sabtu (25/1), seperti dikutip dari laman https://www.republika.co.id/.
Menurutnya, untuk menanggapi situasi penuh konflik di Timur Tengah, budaya harus dijadikan sebagai infrastruktur agama sehingga Islam dapat menyatu dengan budaya.
“Bahkan bukan hanya menyatu, kultur (budaya) kita jadikan infrastruktur agama. Agama kita bangun di atas fondasi kultur. Budaya kita jadikan fondasi agama,” kata Kyai Said.
Dengan demikian, lanjutnya, Islam Nusantara bukanlah sebuah mazhab, sekte, atau pun aliran baru. “Islam Nusantara merupakan tipologi umat Islam di nusantara, yakni Islam yang menyatu dengan budaya,” imbuh Kyai Said.
Meskipun budaya dapat menjadi fondasi agama, namun Kyai Said Aqil Siradj tetap memberikan batasan dan syarat tertentu tentang jenis-jenis budaya yang dapat menjadi infrastruktur agama. Syaratnya, budaya itu tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam.
“Segala hal yang ada di tengah masyarakat nusantara, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam, tidak dinafikan (ditolak), tetapi harus dilestarikan dan dijiwai dengan spirit (ruh) agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan budaya dan agama di nusnatara telah menyatu,” jelas Kyai Said.
Kyai Said yang juga Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu pun menjelaskan bahwa Islam menyebar di Nusantara tanpa adanya perperangan dan konflik bersenjata. “Kerajaan-kerajaan besar di Nusantara kemudian memeluk Islam karena agama Islam masuk dengan pendekatan akhlak dan budaya,” ungkapnya.
Kyai Said pun menegaskan bahwa tidak ada perbedaan aqidah dan syariah antara umat Islam di nusantara dan di Timur Tengah. “Berbeda dengan budaya, agama tidak boleh berubah dan berbeda terkait aqidah dan syariat, antara satu orang dengan orang lainnya, kendati berbeda negara,” tegasnya.
Kyai Said juga menggarisbawahi definisi budaya sebagai amanat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT), yakni amanah insaniyah, di mana manusia diberi amanat untuk membangun peradaban. “Jadi agama dan budaya merupakan amanah,” tuturnya.
“Jadi yang berbeda antara Timur Tengah dengan Nusantara budayanya, kepribadian, peradabannya. Aqidah syariah sama, budayanya tidak sama,” jelasnya.
Selain itu, Kyai Said mengapresiasi nilai-nilai positif dari budaya yang berkembang di nusantara. “Kita di sini (Nusantara) tidak mudah perang, tidak mudah membunuh. Pilpres (pemilihan presiden) kemarin kayaknya hampir perang saudara, tapi tidak, selesai sudah tidak ada masalah,” ujarnya.
Dalam konteks ini, Kyai Said menyimpulkan bahwa budaya Nusantara untuk mencegah timbulnya perang saudara antar sesama jauh lebih mulia daripada budaya Arab yang mudah tersulut perang saudara. “Budaya kita (nusantara) lebih mulia dari budaya orang Arab (yang mudah perang), lebih bermartabat,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan NEWSCOM.ID, sejumlah narasumber turut hadir dalam Diskusi Panel ini. Antara lain Menteri Pertahanan Persekutuan Malaysia, Yang Berhormat Tuan (YBT) Mohamad bin Sabu, dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukkam) RI, Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U., M.I.P.
Adapun moderator dalam Diskusi Panel ini ialah Direktur The Wahid Foundation, Dra. Hj. Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, M.P.A., (Yenni Wahid), yang juga Komisaris Independen PT. Garuda Indonesia, Tbk.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani