Kewirausahaan Sosial: Konsep Jalan Tengah Antara Bisnis dengan Filantropi

0
1450
Sumber: DPKHA UI / Guntur Subagja Mahardika

NEWSCOM.ID, DEPOK – Konsep kewirausahaan sosial merupakan jalan tengah diantara konsep bisnis (entrepreneurship) tradisional dengan konsep kedermawanan (charity) atau filantropi tradisional. Konsep ini berorientasi kepada investasi berdampak sosial yang positif terukur bagi masyarakat, namun dapat mengembalikan finansial dalam jangka panjang.

Chief Executive Officer (CEO) Dompet Dhuafa Social Enterprise, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., menyatakan hal itu pada Kamis (2/7), saat menjadi narasumber dalam Web Seminar (Webinar) Entrepreneur Leadership Career Sharing Session bertajuk Social Entrepreneurship for Millennials.

Gambar mungkin berisi: 5 orang, termasuk Guntur Subagja
Sumber: DPKHA UI / Guntur Subagja Mahardika

Webinar ini diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) Universitas Indonesia (UI) pada Kamis (2/7), Pukul 10:00 – 12:00 Waktu Indonesia Barat (WIB), melalui Aplikasi Zoom.

“Konsep kewirausahaan sosial berfokus pada keuntungan perusahaan yang diinvestasikan kembali pada bidang-bidang sosial yang dampaknya terukur bagi masyarakat. Investasi di bidang sosial itu, dalam jangka panjang, akan kembali finansialnya kepada pelaku wirausaha tersebut,” tutur Guntur Subagja pada Kamis (2/7).

Gambar mungkin berisi: 3 orang, termasuk Guntur Subagja
Sumber: DPKHA / Guntur Subagja Mahardika

Menurutnya, praktik investasi di dalam konsep kewirausahaan sosial juga memiliki sejumlah karakteristik, antara lain, investasi tersebut harus memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan ramah terhadap lingkungan hidup.

Selain itu, lanjutnya, kewirausahaan sosial juga bertujuan untuk mewujudkan investasi yang memiliki kinerja keuangan baik dan investasi yang dapat membiayai proses pembangunan berkelanjutan.

“Adapun pendekatan dalam kewirausahaan sosial haruslah menggunakan portofolio atau rekam jejak perusahaan yang berdampak tinggi (besar) dalam bentuk gagasan-gagasan yang berkelanjutan. Kewirausahaan sosial juga menggunakan pendekatan terbaik di alam, best-in-universe, dalam melakukan investasi,” jelas Guntur Subagja.

Gambar mungkin berisi: 2 orang, termasuk Guntur Subagja
Sumber: DPKHA UI / Guntur Subagja Mahardika

Guntur Subagja yang juga Asisten Staf Khusus Wakil Presiden (Wapres) RI ini pun menggarisbawahi pentingnya ukuran atau standar tertentu terhadap dampak positif dari investasi perusahaan di bidang sosial kemasyarakatan dalam praktik kewirausahaan sosial.

“Khususnya portofolio investasi yang kesuksesannya diukur dari pembangunan berkelanjutan dan keramahan terhadap lingkungan hidup,” ungkapnya.

Ketua Center For Strategic Policy Studies (CSPS) – Center for Strategic and Global Studies (CSGS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Univesitas Indonesia (UI) ini pun menegaskan bahwa konsep kewirausahaan sosial sangat sesuai dengan model koperasi di Indonesia yang memiliki asas kekeluargaan dan gotong royong dalam praktik ekonomi.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Bendahara CPSS – CSGS SKSG UI

LEAVE A REPLY