Wadir SKSG UI: “Indonesia Sebaiknya Bersikap ‘Wait And See’ Saja Terhadap Prancis”

0
1080
Sumber: https://youtu.be/6CIPwKzYduA / CSPS SKSG UI

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Pemerintah Republik Indonesia (RI) lebih baik bersikap wait and see atau menunggu dan melihat saja dalam hubungan bilateral antara Indonesia dengan Republik Prancis. Kira-kira mana yang paling menguntungkan untuk ekonomi dan stabilitas Indonesia, maka sikap itulah yang kita tempuh dalam hubungan bilateral dengan Prancis.

Wakil Direktur (Wadir) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Abdul Muta’ali, M.A., M.I.P., Ph.D., menyatakan hal itu pada Jumat (6/11) siang, saat menjadi narasumber dalam Seminar Daring bertajuk Kontroversi Perancis dan Masa Depan Hubungan Bilateral Indonesia-Prancis.

Berdasarkan pantauan NEWSCOM.ID, seminar daring ini diselenggarakan oleh Center for Strategic Policy Studies (CSPS) SKSG UI bekerja sama dengan Indonesia Review (http://indonesiareview.id/) pada Pukul 14.00 – 16.30 Waktu Indonesia (Barat (WIB).

“Nah kira-kira, sikap Indonesia seperti apa? wait and see saja, bukan kepada (Presiden) Macron-nya, tetapi kepada Prancis-nya. Jadi pemeritahan kita, bangsa kita, negara kita, terkait membangun hubungan bilateral dengan Prancis, lebih baik dengan Prancis-nya, wait and see saja. Kira-kira mana yang paling menguntungkan?” jelas Abdul Muta’ali, Ph.D.

Menurutnya, pemerintah RI dapat menempuh cara yang paling menguntungkan untuk ekonomi dan stabiliitas negara terkait hubungan bilateral dengan Prancis.

“Karena investasi-investasi kita itu lebih banyak. Tahun 2016 saja, investasi Prancis itu hanya mencapai US$ 109 juta atau Rp 1,45 triliun di Indonesia,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini kepercayaan publik kepada Presiden Prancis, Emmanuel Jean-Michel Frédéric Macron, juga sedang turun drastis. Padahan tahun 2022 nanti, Presiden Macron akan kembali mengikuti pemilihan umum di Prancis untuk periode kedua.

“Emmanuel Macron ini, dia 2022 itu akan ikut pemilihan untuk second periode. Pada saat yang bersamaan, public trust kepada Emmanuel Macron ini cukup turun drastis. Bayangkan, baru 20 bulan menjabat sebagai Presiden Prancis, itu ada istilah rompi kuning. Ada namanya kelompok demo rompi kuning di Prancis,” tutur Abdul Muta’ali, Ph.D.

Bahkan survei-survei di Prancis, lanjutnya, mengatakan Presiden Macron ini akan jatuh. Kenapa dia (Presiden Macron) tidak jatuh-jatuh, survive (bertahan)? Lagi-lagi itu memberikan sumbangan yang luar biasa kepada majalah Charlie Hebdo. “Jadi memang ini mungkin salah satu gaya dalam memimpin,” imbuh Abdul Muta’ali, Ph.D.

Berdasarkan pantauan NEWSCOM.ID, Seminar Daring ini dibuka oleh kata sambutan sekaligus pengantar dari Ketua CSPS SKSG UI, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si.

Dalam seminar daring ini, turut hadir dan memaparkan materi dua narasumber lainnya, yakni Ketua Komisi Dakwah Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc., M.A., Ph.D., dan Sekretaris CSPS SKSG UI, Dr. (Candidate) Yanuardi Syukur, S.Sos., M.Si.

Adapun yang menjadi moderator dalam seminar daring ini ialah bendahara CSPS SKSG UI, Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si. Sedangkan pembawa acara (host) ialah Ketua Bidang Teknologi Informasi CSPS SKSG UI, Ir. Ajeng Pramastuty, S.T., M.Si.

Seminar daring ini diikuti oleh sekitar 70 peserta dari berbagai daerah di Indonesia secara virtual. Acara diawali dengan pemutaran lagu kebangsaan Indonesia Raya hasil karya Wage Rudolf (WR) Supratman.

Dalam sesi tanya jawab, terdapat dua orang penanya, yakni Pendiri Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, Drs. H. Thamrin Dahlan, M.Si., dan seorang jurnalis dari Kantor Berita Miraj News Agency (MINA), Rifa Berliana Arifin.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

LEAVE A REPLY