NEWSCOM.ID, JAKARTA – Pengalaman Jepang dan Korea Selatan, dua negara di Asia Timur, yang untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002, perlu dicermati oleh Negara Qatar yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Seperti dilansir dari laman https://youtu.be/_Ze0HejQwCs, Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., menyatakan hal itu saat menjadi narasumber dalam program Khazanah Timur Tengah di Tawaf TV.
Tepatnya pada segmen pertama dengan tema: “Timur Tengah dan Gaya Hidup Halal di Indonesia.” Video ini diunggah ke akun Youtube Tawaf Talks pada Senin (31/01/22).
“Kita ingat betul tahun 2002, Korea dan Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Saat itu, tahun 2002, Korea baru pertama kali memunculkan diri di dunia. Kondisi ini dimanfaatkan Korea menjadi negara yang sekarang menjadi pusat perhatian banyak negara lainnya,” tutur Guntur Subagja.
Bahkan ekonomi, budaya dan pariwisata Korea Selatan, lanjut Asisten Staf Khusus (Astafsus) Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Bidang Ekonomi dan Keuangan itu, telah mejadi pilihan destinasi global dan pusat perhatian dunia pasca penyelenggaraan Piala Dunia 2002.
“Saya kebetulan ikut fellowship program di Seoul National University pada 2001, di Korea belum banyak petunjuk-petunjuk jalan yang berbahasa Inggris, masih sebagian besar bahasa Korea. Tapi ketika 2002 berubah semua di sana, dengan dua bahasa, yakni Inggris dan Korea,” jelasnya.
Menurut Wakil Ketua Umum (Waketum) Ikatan Alumni (Iluni) Program Pascasarjana (PPs.) Universitas Indonesia (UI) itu, Korea Selatan telah berhasil menjadikan momentum piala dunia untuk menyampaikan pesan kepada dunia bahwa inilah negara Korea Selatan.
“Tentu hal yang akan dilakkan Qatar dan negara Timur Tengah lainnya saat Piala Dunia 2022 nanti mungkin sama dengan Korea Selatan dan Jepang,” papar Sekretaris Lembaga Wakaf Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini.
Selain itu, pada segmen kedua dalam tema “Timur Tengah dan Gaya Hidup Halal di Indonesia” di laman https://youtu.be/Pm6oBfiuDhA, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) itu menyatakan bahwa Indonesia patut berbangga karena dapat mengekspor produk nasional ke Timur Tengah.
Kita sangat berbangga karena di tengah pandemi Coronavirus Desease 2019 (Covid-19), tutur Guntur Subagja, Indonesia bisa melakukan penetrasi ekspor produk asli Indonesia ke pasar Timur Tengah.
“Misalnya, beberapa waktu lalu, PT. Sido Muncul telah melakukan ekspor produk herbal Tolak Angin, yang menjadi pionir untuk masuk ke pasar Timur Tengah di tengah pandemi Covid-19. Ini adalah suatu momentum,” ujarnya.
Acara ini dipandu oleh Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., selaku pembawa acara (host) dan moderator program Khazanah Timur Tengah. Saat ini, ia juga mengemban amanat sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kemitraan Internasional Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI).
“Bahkan Tahun 2018, General Manager Pinehill Arabia Food Ltd., Nur Wahono, mengklaim bahwa Indomie telah menguasai 95 persen pangsa pasar mi instan di Arab Saudi,” ujar Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD-PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu.
Selain itu, lanjutnya, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. telah meresmikan ekspor perdananya ke Arab Saudi berukuran 20 feet atau 1 kontainer. “Semua produk ini telah bersertifikat halal dan terjadi di tengah pandemi Covid-19,” imbuh bendahara dan peneliti CSPS SKSG UI itu.
Tawaf TV dapat disaksikan secara langsung atau live streaming di laman https://tawaf.tv/watch-live/live, di UseeTV pada channel 858, di Indovision pada channel 105, di MNC Vision pada channel 75, dan di Nin Media pada channel 72, serta di Galaxy.id.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani