Dimulainya Pilot Project Pengembangan Sorgum Menandai Upaya Substitusi dan Diversifikasi dalam Penguatan Ketahanan Pangan

0
361

NEWSCOM.ID – Pemerintah tengah meningkatkan produksi dan hilirisasi tanaman sorgum dan mengembangkan tanaman pengganti gandum untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers usai Rapat Internal dengan Presiden di Istana Negara, Kamis (4/08), menjelaskan bahwa hingga bulan Juni tahun 2022 realisasi luas tanam sorgum adalah 4.355 ha dan tersebar di 6 provinsi.

Luas tanam sorgum tersebut memiliki perkiraan produksi sebesar 15.243 ton atau dengan produktivitas 3,63 ton/ha. Luasan tersebut akan dipersiapkan oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Bapak Presiden Joko Widodo meminta agar dibuatkan roadmap sampai 2024. Presiden juga meminta Kabupaten Waingapu di Provinsi Nusa Tenggara Timur diprioritaskan,” kata Menko Airlangga.

Lebih rinci terkait roadmap pengembangan sorgum hingga tahun 2024, sasaran luas tanam pada tahun 2023 seluas 30.000 ha yang tersebar di 17 provinsi dengan produksi sebesar 115.848 ton (asumsi provitas 4 ton/ha). Sementara itu, sasaran luas tanam pada tahun 2024 seluas 40.000 ha yang tersebar di 17 provinsi dengan produksi sebesar 154.464 ton (asumsi provitas 4 ton/ha).

“Kita ketahui bahwa sorgum relatif masih terbatas. Oleh karena itu, arahan Bapak Presiden adalah pilot project ini harus diintegrasikan juga dengan peternakan sapi dan juga tentunya dari batang pohon sorgum yang juga bisa dijadikan sebagai bioetanol,” kata Menko Airlangga.

Lebih lanjut, Menko Airlangga menjelaskan bahwa Presiden juga minta kepada Kementerian Pertanian untuk menyiapkan alsintan dan menyiapkan ternak sehingga ekosistem sorgum dapat terbentuk di Kabupaten Waingapu. Terkait hal tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan mempersiapkan roadmap dan Kementerian BUMN beserta Kementerian ESDM menyiapkan pengembangan bioetanol.

“Selain itu, tentu kita harus mendorong kapasitas luasan lahan yang diperluas, kontinuitas produk, dan juga mendapatkan offtaker. Salah satu offtaker yang dipertimbangkan Pemerintah adalah industri pakan ternak dimana industri pakan ternak bahan bakunya 50% jagung dan 50% protein lain. Tentu protein lain ini salah satunya adalah sorgum yang juga bisa dijadikan untuk offtake pakan ternak,” jelas Menko Airlangga.

Terkait dengan offtaker, Menko Airlangga mengatakan sudah ada 8 industri kecil dan menengah yang selama ini menjadi tradisional market dari sorgum. Ke depannya, offtaker untuk industri tersebut akan dibangun sesuai dengan jumlah lahan yang diperluas.

Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Badan Riset dan Inovasi Nasional diharapkan dapat terus mengembangkan varietas sorgum. Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bertugas mempersiapkan kebutuhan air dalam bentuk irigasi ataupun embung di wilayah klaster pertama yang dicoba yakni di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Dalam klaster pertama tersebut diharapkan dalam 100 hari bisa dievaluasi karena tanaman ini adalah tanaman yang sifatnya 3 bulanan,” kata Menko Airlangga.

Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menjelaskan terkait kondisi terkini perekonomian nasional, dimana Pemerintah tetap optimis pertumbuhan ekonomi di Q2 di atas 5%.Terkait dengan inflasi, Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah juga telah diintruksikan untuk menjaga dan memonitor komoditas-komoditas, termasuk komoditas pangan.

Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa di tengah pelarangan ekspor gandum oleh sembilan negara hingga akhir Desember 2022, Pemerintah memutuskan untuk mengembangkan tanaman pengganti gandum seperti sagu dan singkong.

“Arahan Bapak Presiden, seluruhnya perlu dipersiapkan agar kita punya substitusi dan diversifikasi dari produk tersebut,” pungkas Menko Airlangga.* (na-rls)

LEAVE A REPLY