NEWSCOM.ID – Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam baik di darat maupun laut. Potensi ini pun dieksplor dengan maksimal oleh Humam Kurniadhitama, lulusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro (Undip) hingga diekspor ke beberapa negara.
“Indonesia punya garis pantai terpanjang bahkan di dunia, ini menjadi potensi besar untuk dieksplor. Begitu pula dengan olahan kelapa, seperti cocopeat permintaan di Eropa dan Amerika bisa dibilang unlimited bahkan negara tetangga, Malaysia permintannya cukup tinggi,” terang Humam mengawali paparannya sebagai narasumber webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 81, Rabu (03/08).
Pria kelahiran tahun 1997 ini mendirikan CV. Putra Haryanto Jaya saat masih duduk dibangku kuliah. “Saat pandemi, kuliah online sedangkan saya tipe orang yang tidak bisa diam. Jadi saya mulai eksplor dan tertarik dengan potensi ekonomi yang besar dari rumput laut dan kelapa ini. Setelah itu saya bangun jejaring dan mendirikan perusahaan”.
Jenis rumput laut yang diekspor yaitu rumput laut kering seperti, sargassum, cottoni, gracilaria, dan spinossum. “Ekspor perdanan waktu itu ke Vietnam, 90 ton rumput laut kering senilai USD55.000 atau setara Rp800 juta rupiah,” terang Humam.
Humam menuturkan bahwa perjanjian ekspor rumput laut kering ke Vietnam ini akan berlangsung selama dua tahun. Dalam kurun waktu itu, Humam diminta mengirimkan rumput laut paling sedikit 90 ton dan paling banyak 400 ton setiap bulannya.
Menurutnya, dalam jangka waktu tersebut, bukan tidak mungkin Humam akan melakukan ekspansi bisnis. Ekspansi yang dia maksud adalah pendirian pusat pengolahan rumput laut, yang bertujuan agar produk rumput laut yang diekspor sudah dalam bentuk jadi, bukan hanya bahan baku.
Humam mengaku sempat mengalami kesulitan dalam mencari supplier rumput laut. “Awalnya memang sulit mencari petani rumput laut. Saya datangi langsung di Serang – Banten, Semarang, hingga ke beberapa kota di Jawa Timur. Produk rumput laut untuk komoditas ekspor ini sebagian besar kita ambil dari Jawa Timur, sebagian lagi dari Jawa Barat, dan Jawa Tengah,” paparnya.
Untuk kelapa yang diekspor sudah dalam bentuk olahan seperti desiccated coconut sudah kirim ke Oman dan cocopeat yang sudah kerja sama dengan buyer dari Malaysia. “Permintaan sekitar 200.000 pcs, tapi untuk awal kita akan kirim 70.000 pcs dengan selisih margin 3.500 sampai 5.000 rupiah per pcs,” ujarnya.
Humam mengingatkan sebelum terjun sebagai eksportir penting membangun ekosistem bisnis, mempelajari regulasi, menentukan komoditas & negara tujuan ekspor, budgeting dan marketing. “Saya juga dibina oleh Free Trade Agreement (FTA) Center Semarang, sehingga bisa mendapatkan jaminan buyer yang tepat”.
“Jujur saya itu tidak memiliki modal besar, maka dari itu saya fokus membangun tim dan jaringan serta mencari investor. Ekspor tidak bisa dilakukan sendiri, semakin luas jaringan semakin mudah jalannya,” pungkas Humam.
Ketua umum Intani, Guntur Subagja sangat kagum dengan keberhasilan yang diraih Humam. “Ini satu contoh anak muda yang luar biasa, tidak punya background bisnis apalagi pertanian tapi sukses sebagai eksportir di sektor pertanian”.
Guntur memaparkan pemerintah saat ini sedang gencar untuk tidak mengekspor raw material, tetapi sudah dalam bentuk produk olahan. “Ini penting karena bisa menambah nilai ekonominya, bahkan bisa menjadi lapangan pekerjaan baru dengan adanya industri pengolahan. Seperti rencana Humam membangun pusat pengolahan rumput laut, sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam kita sehingga menjadi kekuatan ekonomi nasional,” tutup Guntur.
Webinar inspirasi bisnis Intani series setiap Rabu ditayangkan daring via zoom dan streaming di TANITV.*