NEWSCOM.ID, YOGYAKARTA – Harga pupuk non-subsidi yang kini mengalami kenaikan tinggi dapat dijadikan momentum untuk menggerakkan petani menggunakan pupuk organik dan pupuk hayati.
Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI, Guntur Subagja Mahardika mengungkapkan, penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati selain lebih efisien dan harganya terjangkau oleh petani, juga dapat mengembalikan kondisi tanah pertanian yang rusak oleh bahan kimia kembali subur sehingga meningkatkan produktivitas pertanian.
“Saatnya kita menggunakan pupuk ramah lingkungan untuk melestarikan lingkungan meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani,”ungkap Guntur Subagja Mahardika, di Yogyakarta Sabtu, 13 Agustus 2022.
Sejak awal tahun ini harga pupuk non-subsidi merangkak naik. Salah satunya adalah memanasnya geopolitik global, seperti perang Rusia-Ukraina berdampak pada kenaikan harga pupuk, selain bergejolaknya harga energi dan komoditas pertanian dunia. “Selain harganya mahal tidak terjangkau petani, keluhan petani barangnya juga sering langka,”ungkap Guntur Subagja yang juga Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani).
Asisten Staf Khusus Wapres yang membidangi ekonomi dan keuangan ini memaparkan, pemerintah sangat konsen dan peduli terhadap petani antara lain dengan menyediakan subsidi pupuk. Tahun 2022, besaran subsidi pupuk untuk petani adalah 9,1 juta ton senilai Rp 22 triliun.
Dengan subsidi pemerintah, petani dapat membeli pupuk dengan harga Rp 2.250 per kilogram untuk pupuk urea dan Rp 3.000 per kilogram pupuk NPK. Sementara harga keekonomian pupuk berkisar Rp.9.000 – Rp 10.000 per kilogram.
Permintaan pupuk subsidi setiap tahun cenderung meningkat. Rata-rata total usulan pupuk bersubsidi melalui elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) berkisar 22 juta ton.
Karena itu, petani disarankan menggunakan pupuk yang berbasis kearifan lokal seperti pupuk organik yang diolah dari kotoran hewan, sampah organik, dan humus, serta pupuk hayati yang ramah lingkungan, terjangkau, dan mampu mendongkrak produksi pertanian.
Guntur Subagja bersama Wiyoto (Direktur Utama PT Mitra Bumdes Nusantara/MBN) dan Ahmad Rifai (Ketua Intani DIY) mengunjungi pabrik pupuk organik dan pupuk hayati cair Extragen dan AdhisVit di Yogyakarta.
Pupuk hayati cair produksi anak bangsa ini memiliki keunggulan dibandingkan produk-produk impor. “Pupuk Extragen sudah diaplikasikan pada ratusan ribu hektar tanaman padi, jagung, dan hortikultura, terbukti mampu meningkatkan produksi signifikan,” ungkap Atik Chandra, Direktur Utama PT Indoraya Mitra Persada 168, produsen pupuk hayati cair Extragen.
Atik memaparkan, perusahaannya tidak hanya memproduksi pupuk, tapi juga mengembangkan riset dan pengembangan secara mandiri dengan mengoptimalkan sumber daya nasional Indonesia. “Kami mengembangkan mikroba untuk pupuk hayati ini langsung dari bahan baku herbal yang kami tanam sendiri,” papar wanita yang sudah 16 tahun mengembangkan pupuk hayati cair hingga mampu menembus pasar ekspor ke Asia dan Eropa.
Direktur Utama produsen pupuk AdhisVit mengungkapkan selain pupuk hayati mampu meningkatkan produksi juga harganya terjangkau oleh petani. Penggunaannya juga efisien cukup 8 sampai 10 botol berkapasistas 1 liter untuk aplikasi produksi pada, dg harga hanya 75.000 per botol.
Sedangkan Atik menjelaskan aplikasi Extragen dalam tanaman padi cukup 4 liter per hektar dengan harga Rp 150.000 per liter.
Direktur MBN Wiyoto menangkap peluang pasar pupuk hayati cair yang besar. Ia menyebut penggunaan pupuk hayati cair dapat menjadi solusi pertanian di desa-desa. “Kita dapat bekerjasama dengan Bumdes dan KUD untuk mendistribusikan pupuk organik ke desa-desa,”ungkapnya.
Ketua Intani DIY Ahmad Rifai mengungkapkan, organisasi yang dipimpinnya berkolaborasi dengan Gapoktan menyiapkan 100 hektar budidaya padi menggunakan pupuk hayati bekerjasama dengan Extragen di Kulonprogo. Pola ini akan dikembangkan di daerah-daerah lainnya.
Rifai juga mengungkapkan Intani DIY juga akan menggandeng AdhisVit untuk program budidaya organik di daerah lainnya di Yogyakarta dan sekitarnya.
Guntur Subagja menyebutkan industri pupuk hayati nasional perlu didorong untuk kemandirian pertanian dan ketahanan pangan Indonesia. “Mari kita gunakan produk-produk yang diproduksi oleh anak bangsa dengan bahan baku asli Indonesia sehingga ekonomi nasional mandiri dan masyarakat sejahtera,” tutur Guntur.*