NEWSCOM.ID, JATINANGOR – Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Guntur Subagja Mahardika mengapresiasi penerapan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diterapkan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Nusantata (Uninus) tanpa skripsi.
“Ini merupakan terobosan pendidikan yang menitikberatkan pada peran dan karya nyata mahasiswa mengabdi untuk masyarakat,”ungkap Guntur Subagja Mahardika di sela-sela Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) Fikom Uninus di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Jatinangor, Jawa Barat, Jumat, 28 Oktober 2022.
Guntur memperoleh informasi dari Wakil Dekan Fikom Uninus Ahmad Yani. “Fikom Uninus sudah meluluskan mahasiswa tanpa ujian skripsi, tapi dengab membuat karya nyata sebagai pengganti skripsi,”kata Yani.
Guntur menilai pola pendidikan harus semakin membumi. Perguruan tinggi tidak lagi menjadi menara gading tapi harus membumi mendekat dan memberikan solusi atas kebutuhan masyarakat, industri, dan dunia kerja.
Dilansir website resmi http://uninus.ac.id, pertama kalinya, Fikom Uninus Bandung menyelenggarakan ujian akhir non-skripsi. Ujian ini berupa sidang atas pengkaryaan film pendek sebagai tugas akhir mahasiswa dalam menyelesaikan program S1 kesarjanaan.
Ujian sidang dilaksanakan di Ruang Sidang Pascaarjana, Jumat 30 September 2022 dan dibuka oleh Rektor Uninus Dr. H. Sayid Rifki Noval, S.H., M.H.
Rektor mengatakan, sidang kali menjadi sidang istimewa karena ini merupakan sidang nonskripsi pertama yang diselenggarakan Fikom Uninus. Sidang nonskripsi merupakan implementasi lanjutan dari telah diberlakukannya kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Fikom Uninus.
Selama ini, kata Rektor, untuk menunantaskan perkulihannya mahasiswa harus menempuh penulisan skripsi sebagai karya ilmiah syarat menjadi sarjana. Tetapi dalam kurikulum MBKM, mahasiswa diberi pilihan dalam mengerjakan tugas akhirnya, apakah mau menulis skripsi atau nonskripsi. Untuk nonskripsi ini, mahasiswa dalam memilih tugas akhir pengkaryaan selain skripsi.
“Ini bagus karena akan menjadi kiblat baru, paradigma baru dunia akademik karena mahasiswa tidak hanya dituntut menjadi ilmuwan tetapi juga pencipta atau kreator,” demikian rektor.
Rektor berharap, terobosan Fikom menggunakan kurikulum MBKM dan menyelenggarakan ujian akhir nonskripsi, dapat dicontoh oleh fakultas-fakultas lain di lingkungan Uninus. Sehingga kurikulum yang dipakai dapat lebih mengakomodir beragam peminatan mahasiswa.
Ujian sidang ini menghadirkan mahasiswa atas nama Faisal dengan pengkaryaan film dokumenter berjudul “Daripada Cicing”.
Film ini menggambarkan potret pengangguran pada masa pandemi. Film ini telah mendapat penghargaan harapan dua pada kompetisi film dokumenter versi Watchdoc Documentary. Film ini huga sudah ditayangkan di youtube dengan jumlah penonton dan komentator melebihi 5000.
Ujian sidang menghadirkan tim penguji Dr. Yosal Iriantara, MPd, Dr. Eriyanti Nurmala Dewi, M.Ikom, dan Tansah Rahmatullah, ST, MH. Yosal Iriantara selaku dosen senior Fikom yang juga sedang menulis buku tentang kurikulum MBKM, mengatakan, MBKM itu menjawab kebutuhan bahwa tidak semua orang harus menjadi ilmuwan. Selama pengkaryaan mereka (mahasiswa, red) mengandung unsur kognisi, afeksi, dan psikomotor maka itu adalah karya ilmiah juga.*