Keuntungan Petani Lengkuas Merah di Lebak Rp 100 Juta

0
2009
Sumber: Kantor Berita Antara

NEWSCOM.ID, LEBAK – Sejumlah petani lengkuas merah di Kabupaten Lebak, Banten, berhasil meraih keuntungan sekitar Rp 100 juta per hektare dengan produksi 13-15 ton per hektare dan harga di tingkat penampung Rp 8.000 per kilogram.

“Kami memperkirakan panen lengkuas merah miliknya pada Maret 2020, namun (saat ini) sudah dibeli tengkulak seharga Rp 100 juta,” tutur Engkos (50 tahun), seorang petani di Desa Cibubur, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, pada Sabtu (22/2), seperti dikutip dari Kantor Berita Antara.

Pendapatan lengkuas merah menjadi andalan pendapatan ekonomi petani di Lebak karena harga di tingkat penampung yang mencapai Rp 8.000 per kilogram.

Harga lengkuas meningkat tajam karena pasokan dari berbagai daerah terhenti akibat dilanda banjir. Akibatnya, banyak petani yang mengalami gagal panen.

Karena itu, pihaknya (petani lengkuas merah) sangat diuntungkan dengan harga Rp100 juta per hektare  sehingga mampu membangun rumah.

“Kami menanam lengkuas merah itu seluas satu hektare dengan mengeluarkan biaya Rp20 juta, dengan menanam sebanyak 10 ribu pohon dan harga Rp 2.000 per benih pohon,” tutur Engkos pada Sabtu (22/2).

Petani lainnya, Abah Sarman (55 tahun), yang juga warga Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, mengaku bahwa panen lengkuas merah di sini baru dimulai sekitar Maret hingga April 2020 mendatang, karena baru ditanam pada 2019.

Panen tanaman lengkuas itu bisa menghasilkan pendapatan ekonomi selama 12 bulan, bahkan produksinya bisa mencapai 10 kilogram per rumpon atau per batang. “Petani di sini (Kecamatan Curugbitung) telah secara turun temurun mengembangkan budi daya tanaman lengkuas merah,” papar Abah Sarman.

“Kami, para petani, mengembangkan tanaman lengkuas dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur milik perusahaan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” ujarnya.

Sebab lahan tidur tersebut, lanjutnya, jumlahnya mencapai hingga ribuan hektare dan masyarakat memanfaatkan dengan bercocok tanam palawija, hortikultura dan padi huma.

“Kami mengembangkan lengkuas merah sejak harga Rp400 per kilogram hingga kini meraup keuntungan besar dengan harga Rp 8.000 per Kilogram dan bisa menghasilkan Rp 100 juta per hektare,” ucapnya.

Sedangkan seorang petani warga Desa Cipining, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Sarif (55 tahun), mengakui bahwa harga lengkuas merah saat ini relatif baik hingga ditampung Rp 8.000 per kilogram. “Padahal, dua tahun sebelumnya harga lengkuas merah pernah anjlok hingga Rp3.000/Kg,” ungkapnya pada Sabtu (22/2).

Menurutnya, produksi lengkuas merah di Desa Cipining telah dipasok ke sejumlah perusahaan dan pasar, yakni Pasar Induk Kramat Jati, Angke, Kebayoran Lama, Duri, dan Palmerah. “Kami berharap harga lengkuas itu dapat menguntungkan petani,” katanya.

Sementara itu Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak, Ade fahrulwadi, menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak mendorong petani untuk mengembangkan tanaman lengkuas atau laja merah.

“Penyebabnya, permintaan pasar cenderung meningkat. Produksi lengkuas selain digunakan untuk bahan baku sayuran, juga berfungsi sebagai obat-obatan herbal. Saat ini, penghasil produksi pertanian lengkuas merah ada di Kecamatan Maja, Curugbitung, Sajira, Rangkasbitung dan Cibadak,” jelasnya.

Pemkab Lebak, lanjutnya, juga meminta para petani untuk dapat meningkatkan mutu dan kualitas benih sehingga produksi lengkuas merah cukup tinggi.

Sumber: Kantor Berita Antara

Editor: Hamdani

LEAVE A REPLY