NEWSCOM.ID, JAKARTA – Peneliti dan Sekretaris Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Yanuardi Syukur, S.Sos., M.Si., menyatakan bahwa hubungan bilateral antara Republik Indonesia (RI) dan Persemakmuran Australia, secara umum menjadi semakin mesra dalam berbagai bidang.
“Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia menjadi semakin mesra dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, budaya dan pertahanan,” tutur Yanuardi Syukur pada Rabu (5/7), seperti dikutip dari laman https://koridor.co.id/mancanegara/meski-panas-dingin-hubungan-indonesia-australia-masih-mesra/
Meskipun tidak mendukung aliansi militer Australia-United Kingdom–United States of America (AUKUS), lanjutnya, Indonesia tetap menjalin hubungan baik dengan Australia.
“Tentunya dengan diplomasi nilai-nilai yang telah disepakati Associaton of Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk menciptakan kawasan yang aman, damai, stabil dan sejahtera,” ujar Yanuardi Syukur yang juga Presiden Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Rumah Produktif Indonesia (RPI).
Menurutnya, Indonesia dan negara-negara ASEAN juga berharap agar rivalitas antara Republik Rakyat China (RRC) dan Amerika Serikat (AS) tidak sampai menimbulkan instabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
“Artinya, visi Indonesia, ASEAN dan Australia untuk kawasan Indo-Pasifik adalah sama dan itu adalah poin penting untuk terus melangkah. Bahkan Indonesia dan Australia telah menyepakati Lombok Treaty atau Kesepakatan Lombok sejak 2006,” jelas Yanuardi Syukur.
Adapun inti dari Lombok Treaty, ucap Yanuardi Syukur, ialah kedua negara sama-sama berkepentingan untuk mengatasi berbagai tantangan pertahanan, keamanan, anti terorisme dan lain-lain.
Selain itu, ungkapnya, pertemuan antara Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, dengan Perdana Menteri (PM) Persemakmuran Australia, Anthony Norman Albanese, M.A., Ph.D., pada Selasa (4/7), telah menyepakati visi bersama untuk menciptakan kawasan yang terbuka, stabil dan sejahtera.
Pertemuan kedua pemimpin negara ini berlangsung di Sydney, Australia, tepatnya di atas kapal yang berjalan dari Dermaga Admiralty House menuju Dermaga Taronga Zoo.
“Menurut saya, rangkaian kesepakatan tersebut (Indonesia – Australia) tinggal dilanjutkan dalam berbagai relasi yang dirawat secara berkesinambungan. Dalam konteks ini, peran Indonesia dan Australia dalam menjaga keamanan kawasan dapat dilakukan dalam berbagai hal,” jelasnya.
Pertama, ucapnya, Indonesia dan Australia dapat mengimplementasikan kebijakan kawasan Indo-Pasifik yang terbuka, stabil, dan sejahtera, sebagaimana yang telah disepakati kedua negara.
“Indonesia dan Australia perlu terus saling berbagi peluang dan kerja sama yang saling menguntungkan serta berorientasi pada stabilitas kawasan,” papar Yanuardi Syukur.
Kedua, lanjutnya, sebaiknya Indonesia dan Australia perlu meningkatkan berbagai program pertukaran, tidak hanya kalangan militer tapi juga kalangan pemuda. “Tujuannya agar kedua negara dapat saling memahami posisi negara masing-masing. Termasuk bagaimana menjalin kolaborasi di tengah perbedaan yang ada,” jelasnya.
Pengurus dan Anggota Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (HLN-KI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu pun berpendapat bahwa ada banyak sekali sektor ekonomi yang dapat dikembangkan oleh Indonesia dan Australia.
“Jadi pertukaran gagasan terkait potensi bisnis baru di kedua negara patut untuk dikembangkan. Misalnya pengembangan produksi baterai electric vehicle yang lebih substantif dan strategis, produk perikanan, pertanian, dan produk-produk lainnya yang telah berjalan,” kata Yanuardi Syukur.
Kedua negara, jelasnya, perlu saling menginspirasi apa saja kemungkinan untuk membuka atau mengembangkan bisnis baru dari sumber daya yang tersedia di negara masing-masing,” jelas Yanuardi Syukur.
Sumber: https://koridor.co.id/mancanegara/meski-panas-dingin-hubungan-indonesia-australia-masih-mesra/
Editor: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.
Peneliti dan Bendahara CSPS SKSG UI