Indonesia Darurat Stunting, Dompet Dhuafa Menyelenggarakan Diskusi Publik

0
869
Sumber: NEWSCOM.ID / Hamdani

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Dompet Dhuafa bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan Diskusi PublikĀ bertema Kerawanan Pangan dan Tantangan Stunting Anak Negeri pada Jumat (28/2) siang di RBoJ Coffee, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Berdasarkan pantauan NEWSCOM.ID, diskusi publik ini menghadirkan sejumlah narasumber. Antara lain Kepala Seksi (Kasi) Mutu Gizi, Direktorat Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dr. Hera Nurlita, S.Si.T., M.Kes.

Narasumber lainnya ialah Nutrition Specialist (Spesialis Nutrisi) United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia, Sri Wahyuni Sukotjo, Direktur Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Nusa Tenggara Timur (NTT) Dompet Dhuafa, drg. Martina Tirta Sari, dan Peneliti Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), Fajri Azhari.

Adapun moderator dalam acara ini ialah General Manager (GM) Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa, dr. Yeni Purnamasari, M.K.M. Turut hadir dan memberikan kata sambutan GM Corporate Secretary Dompet Dhuafa, Dian Mulyadi, dalam acara ini.

Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan peserta yang mayoritas merupakan para jurnalis dari berbagai media di Indonesia.

Secara umum, diskusi publik ini membahas tentang berbagai program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Kemenkes RI, UNICEF dan Dompet Dhuafa di beberapa daerah dalam upaya penanggulangan stunting di masyarakat. Termasuk varian penyakit lainnya seperti gizi buruk, kurang gizi, obesitas (kegemukan), dan diabetes yang masih terkait stunting.

Secara khusus, dibahas pula penanganan penyakit stunting pada anak-anak di sejumlah kabupaten di provinsi NTT, khususnya daerah yang mengalami kerawanan pangan.

Dalam rilisnya kepada NEWSCOM.ID, Jumat (28/2), Dompet Dhuafa melaporkan bahwa permasalahan pangan, gizi buruk, dan stunting ini menjadi pekerjaan bersama antara pemeirntah pusat dengan pemerintah kabupaten (pemkab), pemerintah kota (pemkot), dan pemeirntah provinsi (pemprov).

Pada 2018, tercatat ada 92 kabupaten / kota dengan prevalensi lebih dari 40 persen bayi lima tahun (balita) mengalami stunting. Jumlah tertinggi balita yang mengalami stunting ada di Kabupaten Nias (61,3 persen), Dogiyai (57,5 persen), Timor Tengah Utara (56,8 persen), Timor Tengah Selatan (56,0 persen), Waropen (56,2 persen).

Satu kabupaten lainnya ialah Pangkajene dan Kepulauan (50,5 persen). Selain itu, pada 2018, 206 kabupaten/ kota juga memiliki prevalensi stunting antara 30-40 persen. Jadi 58 persen kabupaten/ kota di seluruh Indonesia menghadapi masalah prevalensi stunting yang serius.

Adapun 34 kabupaten/ kota lainnya di Indonesia tercatat memiliki prevalensi stunting di bawah 20 persen pada 2018.

Sedangkan Direktur LKC NTT Dompet Dhuafa, drg. Martina Tirta Sari, menyatakan bahwa Dompet Dhuafa telah melaksanakan sejumlah program penanganan dan pencegahan masalah gizi, termasuk stunting, di NTT.

“Misalnya melalui program peningkatan pengetahuan (masalah gizi), pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, pola asuh dan kasih sayang, kesadaran masyarakat, serta peran aktif berbagai pihak terkait,” tutur drg. Martina.

Berbagai pihak terkait itu, lanjutnya, seperti keluarga, tokoh masyarakat, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), dinas kesehatan, dinas sosial, mitra kesusteran, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bapeda), dan elemen masyarakat lainnya.

Pernyataan senada diungkapkan oleh Direktur Utama (Dirut) Dompet Dhuafa, drg. H. Imam Rulyawan, M.A.R.S. Ia menyatakan bahwa Dompet Dhuafa telah bergerak aktif untuk mencegah kerawanan pangan dan stuntingĀ yang dialami oleh anak-anak Indonesia. Caranya melalui pengembangan program pertanian dan kesehatan.

“Dompet Dhuafa telah mengembangkan Program Pertanian Sehat Terpadu (PPST) serta mengimplementasikan program Jaringan Kesehatan Ibu dan Anak (JKIA) dan Saving Next Generation Institute (SNGI). Ketiga program ini berbasis pada pemberdayaan kader dan komunitas masyarakat untuk mencegah kematian ibu dan anak,” tutur drg. Imam.

Selain itu, lanjutnya, Dompet Dhuafa juga menjalankan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk mendorong Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan sekitar berbasis sumber daya yang ada.

Menurutnya, program STBM ini melibatkan berbagai komponen masyarakat, pemerintah daerah (Pemda), dinas terkait, dan mitra-mitra lainnya untuk bekerja sama secara terintegrasi di lapangan.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

LEAVE A REPLY