NEWSCOM.ID, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia (RI), Ir. H. Joko Widodo, meminta agar program penurunan angka stunting dan gizi buruk terus berlanjut sebagai salah satu Program Prioritas Nasional, meskipun Indonesia sedang menghadapi pandemi Corona Virus Desease 2019 (COVID-19).
Seperti dikutip dari Lembaga Kantor Berita NAsional (LKBN) Antara, permintaan itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat (29/5).
Tepatnya dalam Rapat Terbatas (Ratas) dengan topik Evaluasi Proyek Strategis Nasional untuk Pemulihan Ekonomi Nasional Dampak COVID-19 di Istana Merdeka, Kota Administrasi Jakarta Pusat.
“Di bidang kesehatan, kita memiliki agenda besar, yaitu menurunkan stunting, pemberantasan TBC (Tuberkulosis), malaria, demam berdarah, HIV (Human Immunodeficiency Virus) /AIDS (Immune Deficiency Syndrome), dan juga berkaitan dengan gerakan hidup sehat yang harus terus kita kerjakan,” tutur Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo pun menekankan agar jajaran pemerintahannya tidak melupakan ancaman stunting dan gizi buruk di tengah masyarakat, meskipun kini pemerintah masih fokus menangani pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).
“Sebab penanganan stunting dan penyakit lainnya seperti TBC, malaria hingga HIV/ AIDS, juga masuk dalam agenda strategis nasional,” paparnya.
Presiden Joko Widodo juga menekankan agar agenda-agenda strategis itu tetap menjadi prioritas bagi kepentingan nasional dan tidak boleh terhenti saat pandemi COVID-19.
Sebelumnya, Presiden pun mengingatkan masyarakat untuk kembali produktif pada saat memasuki keadaan normal baru nanti. Namun kondisi itu tetap diikuti dengan kedisiplinan dalam pencegahan COVID-19.
Sementara itu, Anggota Satuan Tugas (Satgas) Tumbuh Kembang Anak Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika, Sp.A., M.A.R.S, menilai bahwa kebijakan tentang pengurangan program dan layanan kesehatan masyarakat seperti poliklinik, puskesmas, dan posyandu sangat memprihatinkan.
“Upaya Kesehatan Masyarakat atau UKM jangan berhenti, karena kita sudah berhadapan dengan gizi buruk. Sudah ada 8 juta anak balita dengan stunting,” ujarnya.
Karena itu, lanjutnya, sangat penting mengenai pemahaman gizi untuk masyarakat. Pemerintah pun harus ikut serta mengedukasi masyarakat.
Dokter anak ini juga mengingatkan masyarakat agar jangan sampai memberikan makanan dan minuman yang tidak tepat kepada anak seperti susu kental manis.
“Sebab produk susu kental manis memiliki kandungan gula yang tinggi serta hanya sedikit mengandung protein dan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh anak,” paparnya.
Menurutnya, bila seorang anak mengkonsumsi susu kental manis sebagai minuman, maka dapat meningkatkan risiko anak terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, dan gizi buruk atau stunting.
“Di masa pandemi seperti saat ini, konsumsi gula yang berlebihan juga berisiko pada imunitas anak. Misalnya susu kental manis, karbohidratnya lebih dari 46 persen, dan susu kental manis ini sudah dilarang, tidak boleh untuk anak anak di bawah 18 tahun,” jelas Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika.
Bayangkan saja, ucapnya, kalau anak balita diberikan susu kental manis, nanti semua jadi gemuk badannya. “Badannya gemuk, tapi pertumbuhan otaknya tidak optimal,” imbuhnya.
Sumber: LKBN Antara
Editor: Hamdani