NEWSCOM.ID, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), Prof. Dr. (H.C.) Drs. KH. Ma’ruf Amin, menyatakan bahwa bidang pendidikan keagamaan ikut terkena dampak pandemi Corona Virus Desease 2019 (COVID-19). Pandemi COVID-19 juga berdampak sangat luas dan bersifat multi dimensi.
Seperti dikutip dari laman http://www.wapresri.go.id/, Wapres Prof. KH. Ma’ruf Amin menyatakan hal itu pada Rabu (24/6), saat menjadi Narasumber Utama (Keynote Speaker) dalam Seminal Nasional Virtual bertajuk: Madrasah Diniyah Taklimiyah: Hambatan dan Harapan Menghadapi New Normal.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP) Forum Komunikasi Diniyah Taklimiyah (FKDT) dan ditayangkan secara langsung melalui aplikai Zoom dan kanal Youtube FKDT Pusat pada Rabu (24/6).
“Lembaga yang bertanggung jawab di bidang pendidikan keagamaan seperti FKDT perlu berinovasi dalam mencari solusi secara bersama terkait metode pembelajaran yang lebih efektif bagi para murid dan santri. Khususnya dalam memasuki masa Tatanan Normal Baru (New Normal),” papar Wapres KH. Ma’ruf Amin.
Kita, lanjutnya, mengajak para pengelola pondok pesantren, guru, orang tua, santri dan calon santri, serta pakar pendidikan dan perlindungan anak untuk mencari solusi terbaik bagi pendidikan anak.
“Misalnya dengan inovasi dalam bentuk pembelajaran kelompok-kelompok kecil serta penyesuaian kurikulum dengan format pembelajaran jarak jauh. Hal ini perlu dilakukan karena ada perbedaan karakter antara belajar tatap muka dengan belajar jarak jauh,” ujar Wapres KH. Ma’ruf Amin.
Menurut Wapres Prof. KH. Ma’ruf Amin, ilmu agama tidak bisa hanya didekati semata dengan cara mengalihkan pengetahuan kepada para peserta didik (transfer of knowledge). “Tetapi juga perlu ditekankan pada internalisasi dan penanaman nilai kepada para peserta didik. Karena itu, perlu metode pembelajaran yang lebih efektif,” ungkapnya.
“Ilmu agama yang berupa pengetahuan dapat dicarikan solusinya dengan belajar di rumah melalui internet. Namun hal itu tidak bisa menjadi solusi untuk internalisasi dan penanaman nilai keagamaan,” ucap Wapres KH. Ma’ruf Amin.
Ilmu Agama, lanjutnya, memerlukan tatap muka langsung (muwajahah/ mushafahah) dan keteladanan (uswah hasanah) dari pembimbing rohani (mursyid/ murabbi),” ungkap Wapres Prof. KH. Ma’ruf Amin yang juga Ketua Umum Non-Aktif Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu.
Wapres KH. Ma’ruf Amin pun menekankan pentingnya Madrasah Diniyah Taklimiyah untuk melindungi dan menjamin hak para peserta didik. Apalagi jumlahnya sangat besar, yakni sebanyak 6.369.382 orang santri dari 86.390 lembaga di seluruh Indonesia dengan jumlah tenaga pendidik sebesar 451.823 orang.
“Kondisi tersebut memerlukan perhatian serius dari seluruh pihak terkait. Besarnya jumlah peserta didik, tenaga pendidik, dan lembaga itu menuntut perhatian kita semua dalam menjamin dan melindungi hak-hak mereka agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal,” jelas Wapres KH. Ma’ruf Amin.
Termasuk, ujarnya, upaya Madrasah Diniyah Taklimiyah untuk mematuhi protokol kesehatan di masa New Normal ini sehingga dapat terhindar dari penularan pandemi COVID-19 akibat virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) Corona Virus (CoV)-2.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani