CSPS SKSG UI: “Pandemi COVID-19, ‘New Mindset’ Penting Untuk Memasarkan Produk-Produk Pertanian”

0
897
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gXVuEd4BDs0 / Pemuda Tani – HKTI Jateng

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau New Normal di masa pandemi Corona Virus Desease (COVID) 2019 membutuhkan pola pikir yang baru atau New Mindset dalam hal penggunaan teknologi informasi untuk memasarkan produk-produk barang dan jasa, termasuk produk-produk pertanian dan hasil olahannya.

Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., menyatakan hal itu pada Jumat (24/7) malam, dalam rilisnya kepada NEWSCOM.ID.

Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'PHASES OF INDUSTRIALIZATION Guntu SMaha... EQUAL GLOBAL INTERNET COMPUTERS MACHINERY INDUSTRY 1.0 INDUSTRY 2.0 1780 INDUSTRY 3.0 INDUSTRY 4.0 1900 INDUSTRY 5.0 1970 120 years 2000 70 years 2020 years 20 years zoom'
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gXVuEd4BDs0 / Pemuda Tani – HKTI Jateng

Tepatnya saat menjadi narasumber dalam Seminar ‘Farm Talk’ Daring bertajuk Strategi Membangun Branding Produk Pertanian. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pemuda Tani – Himpunan Kerukunan Tani Inodnesia (HKTI) melalui aplikasi Zoom.

Acara ini juga disiarkan secara langsung melalui Youtube di laman Pemuda Tani – HKTI Jawa Tengah / https://www.youtube.com/watch?v=gXVuEd4BDs0.

“Perbedaan antara pola pikir baru atau new mindset dengan pola pikir lama atau old mindset terletak pada integrasi sistem dari berbagai perangkat teknologi informasi di era revolusi industri 4.0,” tutur Guntur Subagja Mahardika yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) itu

Jika pola pikir lama memposisikan perangkat teknologi informasi secara terpisah-pisah, lanjutnya, maka pola pikir baru mengintegrasikan teknologi informasi itu dalam satu sistem smart phone yang dikendalikan oleh manusia sebagai penggunanya.

Gambar mungkin berisi: ‎Guntur Subagja, ‎teks yang menyatakan '‎Industry 4.0 Technological pillars Cybersecurity Cognitive Computing Guntur SMaha... Cloud Computing RFID technologies וווה RFID Internet Things Mobil technologies 4.0 Technology logy M2M Data/ Analytics Machine Machine BIG DATA 心יס 3D 3D Printing Advanced Robotics zoom‎'‎‎
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gXVuEd4BDs0 / Pemuda Tani – HKTI Jateng

“Adapun teknologi informasi di era revolusi industri 4.0 meliputi multi-media, media sosial, website, video, blogs, mobile phone, public relation (hubungan masyarakat), pemasaran lewat electronic mail (e-mail), media-media nyata (cetak) atau offline media, social share (publikasi), print media (media cetak) dan direct mail (surat langsung),” paparnya.

Menurut Guntur Subagja yang juga Direktur Dompet Dhuafa Social Enterprise itu, Produk-produk pertanian dan hasil olahannya berpotensi besar untuk diinformasikan dan dipublikasikan kepada masyarakat dengan pola pikir baru ini.

“Hanya dengan mengaktifkan smart phone, seorang produsen, konsumen, dan distributor produk-produk pertanian dan hasil olahannya dapat mengetahui informasi tentang barang dan jasa itu secara detail dan lengkap,” ujar Guntur Subagja yang juga Asisten Staf Khusus Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Bidang Ekonomi dan Keuangan itu.

Apalagi pandemi COVID-19, ucapnya, telah mempercepat penggunaan teknologi informasi digital di seluruh dunia, termasuk Indonesia. “Jadi kita membutuhkan new mindset di era AKB atau new normal dalam memasarkan barang dan jasa kepada publik, termasuk produk-produk pertanian dan hasil olahannya,” jelasnya.

Gambar mungkin berisi: 4 orang, termasuk Guntur Subagja, teks yang menyatakan 'TEMPO.O Kemenperin: 90PersenProduk Commerce Indonesia Barang Impor GOTONGROYONG IMBANTU SHARING ECONOMY SMaha... + PRODUK NEGERI SOCIAL ENTREPRENEUR TEMPO.CO Direktur Menengah Kementerian erindustrian Vibawaningsih mengatakan marketplace perdagangan commerce Meski industri e-comn impor. tumbuh SOCIAL PACT zoom'
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gXVuEd4BDs0 / Pemuda Tani HKTI Jateng

Menurut Wakil Ketua Umum Ikatan Alumni (Iluni) Program Pascasarjana UI ini, Teknologi informasi di era revolusi industri 4.0 masih belum memberikan manfaat maksimal kepada para nelayan dan petani, jika tidak diikuti dengan konsep Social Preneur atau Bisnis Sosial.

“Seorang pelaku bisnis social atau social entrepreneur di bidang produk-produk pertanian harus mampu melakukan tiga hal. Pertama ialah menjalankan sharing economy atau ekonomi berbagi melalui perilaku gotong-royong dan saling membantu, serta partisipasi aktif di tengah masyarakat,” ungkapnya.

Kedua, lanjutnya, ialah komitmen kuat untuk menggunakan dan memproduksi produk-produk dalam negeri sesuai dengan potensi nasional, kearifan lokal, dan melakukan kemitraan strategis dengan industri rakyat.

Ketiga, imbuhnya, ialah usaha pelaku bisnis sosial harus memiliki dampak sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Dampak sosial itu harus dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat, peduli terhadap lingkungan hidup, berkeadilan, dan memperhatikan distribusi aset secara berkelanjutan.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

Redaktur NEWSCOM.ID / Bendahara CSPS – SKSG UI

LEAVE A REPLY