NEWSCOM.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum (Waketum) Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Dr. Marsudi Syuhud, M.A., menyatakan bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika terbukti mampu mempersatukan berbagai pemeluk agama di Indonesia seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Khonghucu dan agama lainnya.
“Dengan semangat Bhineka Tunggal Ika, lakum diinukum waliyadiin, (bagiku agamaku, bagimu agamamu), bangsa Indonesia dapat mempersatukan berbagai pemeluk agama di Indonesia, yakni Islam sebanyak 86,70 persen, dan Kristen sebanyak 10,72 persen, yang terdiri dari Protestan sebanyak 7,60 persen dan Katolik sebanyak 3,12 persen,” tuturnya.
Seperti dikuti dari laman https://mui.or.id/, KH. Dr. Marsudi Syuhud menyatakan hal itu pada Ahad (21/3) malam, saat menyampaikan kata sambutan dalam bahasa Inggris. Tepatnya saat membuka acara pendahuluan (soft opening) Konferensi Internasional Tentang Agama, Perdamaian dan Peradaban.
Konferensi internasional ini diselenggarakan oleh MUI bekerja sama dengan Rabithah al-A’lam al-Islami (Liga Dunia Islam) sejak Ahad (21/5) hingga Selasa (23/5) di Hotel Sultsn, Jakarta.
Selain itu, lanjut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Khidmat 2017-2020 ini, semangat Bhineka Tunggal Ika juga mampu mempersatukan pemeluk agama Hindu sebesar 1,74 persen, Budha sebesar 9,77 persen dan Khonghucu sebesar 0,03 persen, serta aliran kepercayaan lainnya sebesar 0,04 persen di Indonesia.
“Semangat Bhineka Tunggal Ika terbukti mampu menyatukan negara terpadat keempat di dunia, Indonesia, dengan jumlah penduduk mencapai 270.203.917 jiwa pada 2020. Bahkan Indonesia merupakan negara paling Muslim (berpenduduk terbesar) di dunia dengan lebih dari 230 juta penganut,” jelas KH. Dr. Marsudi Syuhud, M.A.
Menurutnya, dengan semangat Bhineka Tunggal Ika, kita dapat mempersatukan lebih dari 700 bahasa daerah menjadi satu bahasa, yakni Bahasa Indonesia. “Dengan semangat Bhineka Tunggal Ika, kita juga dapat mempersatukan 1.340 suku bangsa menjadi satu bangsa, yaitu Bangsa Indonesia,” ujarnya.
“Dengan Semangat Bhineka Tunggal Ika, kita dapat menyatukan 16.771 pulau di Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ucap KH. Dr. Marsudi Syuhud, M.A.
Lebih lanjut, KH. Dr. Marsudi Syuhud pun menjelaskan bahwa Konferensi internasional Tentang Agama, Perdamaian dan Peradaban digelar sebagai bentuk kontribusi MUI dalam mengarusutamakan keberagamaan sehingga dapat berkontribusi nyata bagi perdamaian dan peradaban dunia.
“Pertama, konferensi internasional ini bertujuan untuk berbagi dan mengkaji ajaran nilai-nilai agama yang dianut Indonesia sehingga dapat hidup bersama dengan damai sebagai satu bangsa,” tuturnya.
Kedua, lanjutnya, pasca konferensi ini, semoga bangsa Indonesia dapat (terus) saling menjaga dalam hidup berdampingan secara berkesinambungan sehingga tercipta kehidupan yang rukun, saling menghormati, saling memahami, dan hidup bersama secara damai untuk mencapai kehidupan yang berbudaya sebagai Bangsa yang beradab.
“Ketiga, konferensi internasional ini mencari dan mencoba menemukan model serta strategi untuk menghadapi tantangan bersama di era globalisasi, guna meminimalkan dan menghentikan perpecahan, permusuhan antaragama, dan konflik atas nama agama,” jelas KH. Dr. Marsudi Syuhud.
Tujuan lainnya, papar Pendiri dan Pengasuh Pesantren Barokatur Rohman di Sukabudi, Tambelang, Bekasi itu, ialah untuk mengembangkan model pengajaran moderasi beragama yang sesuai dengan ajaran nilai agama kita masing-masing.
Kemudian, seperti dikutip dari akun Youtube Official MUI di laman https://youtu.be/7_jC3f4glWU, turut hadir dan menyampaikan kata sambutan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan MUI Pusat, Buya Dr. H Amirsyah Tambunan, M.A., dalam acara pembukaan pendahuluan (soft opening) konferensi internasional ini.
Hadir pula Wakil Rabithah Al-A’lam Al-Islami untuk Asia Tenggara dan Australia,Yang Mulia (YM) Syaikh Dr. Abdurrahman Mohammad Amin al-Khayyat, yang juga mantan Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk RI., dalam acara ini.
Lalu berlangsung Pleno Sesi I yang mengangkat tema: “Agama, dari Model-Model Transformasi dan Kerukunan Teologi hingga Moderasi Beragama sebagai Solusi.”
Pleno Sesi I ini menghadirkan sejumlah narasumber secara luring, antara lain Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Mayor Jenderal TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya, S.I.P., dan Direktur Pusat Kristen Timur Tengah di Seminari Prebisterian, Kairo, Dr. Wageeh Mikhail.
Narasumber lainnya yang hadir secara luring ialah Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU, Dr. H. Muhammad Najib Azca, M.A.
Sejumlah narasumber juga hadir secara daring dalam Pleno Sesi I ini melalui video konferensi, yakni Presiden Civilization Exchange and Cooperation Foundation (CECF) Amerika Serikat (AS), Imam Mohamad Bashar Arafat, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI, Dr. (H.C.) H. Erick Thohir, B.A., M.B.A.
Adapun moderator dalam Pleno Sesi I ini ialah Dr. Ubaidillah Ubaid dengan reporter Dr. Hj. Amirah Nahrawi, Lc., M.E.Sy., yang juga Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (HLN KI) MUI.
Selain itu, acara ini dimeriahkan dengan penampilan Tari Saman asal Aceh oleh para mahasiswa dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani