CSPS-SKSG-UI: “Pentas Seni Muslim Xinjiang Memadukan Unsur-Unsur Budaya Global”

0
397
Festival hijriah: "Pentas Seni Muslim Xinjiang" Sumber: Republika

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Universitas Indonesia (UI) menyambut baik dan memberikan apresiasi positif perhelatan Festival Hijriah: Pentas Seni Muslim Xinjiang yang diselenggarakan oleh Republika pada Rabu (19/7) malam.

Kegiatan ini berlangsung di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, serta didukung oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Komite Tiongkok, dan Kedutaan Besar (Kedubes) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Republik Indonesia (RI).

Acara ini juga menghadirkan dua orang penceramah, yakni Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Habib Ir. Nabiel Al-Musawa, M.Si., yang juga Pimpinan Majelis Rasulullah, serta KH. Prof. Dr. Othman Omar Shihab, Lc., M.A.

Turut hadir secara luring Menteri Koordinator (Menko) Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukkam) RI, Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U., M.I.P., dalam acara ini. Hadir juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) RI, Abdullah Azwar Anas, S.Pd., S.S., M.Si.

Hadir pula Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI, Dr. H. Erick Thohir, B.A., M.B.A., serta Penanggung Jawab/ Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi, serta Duta Besar (Dubes) RRT untuk RI, Yang Mulia (YM) Dubes Lu Kang.

“Kegiatan ini sangat baik, unik dan istimewa karena menampilkan sejumlah tradisi, budaya dan kesenian Muslim dari sejumlah etnik di wilayah Xinjiang, China, seperti Uighur dan Kazakh,” tutur Peneliti CSPS SKSG UI, Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

Apalagi sejumlah tradisi, budaya dan kesenian Muslim yang dikenal di Indonesia, lanjutnya, secara umum berasal dari negeri Turki, Arab, Persia, dan kawasan Timur Tengah lainnya.

“Di Indonesia, kita sangat jarang menyaksikan berbagai tradisi, budaya dan kesenian Muslim yang berasal dari kawasan Asia Tengah, termasuk Daerah Otonomi Uighur Xinjiang di RRC. Acara ini menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk lebih mengenal aneka ragam tradisi, budaya dan kesenian Muslim dari kawasan Asia Tengah,” jelasnya.

Selain itu, ungkapnya, terdapat juga lagu ‘Bengawan Solo’ yang diciptakan oleh Gesang pada 1940, namun dinyanyikan dalam bahasa Mandarin oleh salah seorang penyanyi dalam acara itu.

“Saya hadir langsung dan melihat acara ini di Taman Ismail Marzuki,” imbuh Muhammad Ibrahim Hamdani yang juga Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu pada Rabu (19/7) malam.

“Aneka ragam tarian, lagu, alat musik tradisional dan nyanyian serta akrobat tradisional khas Xinjiang, China, pun ditampilkan dalam acara ini. Kesan saya, terdapat perpaduan gerak tari, nada dan alat musik yang indah serta harmonis,” ujar Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Institut Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind Institute) itu.

Penampilan para seniman asal Xinjiang ini, ungkapnya, mengandung unsur-unsur budaya dari Arab, Persia, Turki, India dan Tiongkok serta wilayah nusantara seperti Aceh.

“Luar biasa, pertunjukan yang sangat menarik dan spektakuler,” imbuh Muhammad Ibrahim Hamdani yang juga Direktur Departemen Media, Komunikasi dan Informasi Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Peneliti CSPS SKSG UI

LEAVE A REPLY