Video: “Dorong Pertanian Terintegrasi, INTANI Produksi Pupuk Berbasis Potensi Lokal”

0
545

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI), Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., menyatakan bahwa INTANI sedang mendorong produksi pupuk untuk pertanian yang berbasis potensi lokal serta pertanian terintegrasi (integrated farming) dari hulu ke hilir.

“Salah satu yang didorong oleh INTANI misalnya, adalah bagaimana bisa memproduksi pupuk dengan potensi lokal, itu pupuk-pupuk organik lokal, kemudian bahan bakunya apa, itu yang bisa dikembangkan, termasuk juga integrated farming,” ujar Guntur Subagja pada Rabu (3/8) pagi, saat diwawancarai CNBC Indonesia.

Seperti dikutip dari Akun Youtube CNBC Indonesia di laman https://youtu.be/tn_iqNV6Vco, dengan judul: “Ini Sebab Petani RI Belum Sejahtera Meski Harga Beras Cs Naik,” Guntur Subagja menjelaskan penyebab meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP).

“Pertama, pemerintah sudah meningkatkan Harga Pokok Pembelian (HPP) Gabah dari Gabah Kering Giling (GKG) dan Gabah Kering Panen (GKP) yang dibandingkan tahun sebelumnya memang cukup signifikan. Sekarang Harga GKP sekitar Rp 5.000 dan GKG-nya sekitar Rp 6.200,” ungkap Guntur Subagja.

Persoalannya, lanjut Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) itu, harga di lapangannya, harga riil-nya itu jauh lebih tinggi dari itu (HPP Gabah).

“Kenapa harga ini (harga riil Gabah) tinggi? karena memang biaya produksinya cukup tinggi. Kenaikan pupuk, kemudian masih langkanya pupuk subsidi, kemudian juga biaya-biaya lainnya, yang (seperti) Saprodi (sarana produksi) dan lain-lain yang bisa mendukung produksi, nah ini juga berpengaruh kepada biaya produksi,” imbuhnya.

Menurutnya, persoalan sekarang ialah bagaimana harga yang cukup tinggi ini dapat memberikan margin yang sebaik-baiknya buat petani. Artinya, perlu efisiensi di (biaya) produksi. “Kalau mengukur tingkat kesejahteraan, sesungguhnya saat ini, petani masih nsibnya belum begitu sejahtera. Nah ini tantangan kita,” ucapnya.

Lebih lanjut, Sekretaris Lembaga Wakaf (LW) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu juga menggarisbawahi problematika harga beras yang dialami oleh petani sebagai produsen dan publik sebagai konsumen.

“Di satu sisi, harga di konsumen melonjak cukup tinggi, apalagi momen-momoen tertentu, ada lebaran, ada nanti akhir tahun, begitu kan, atau nanti hari kemerdekaan RI ada kegiatan apa juga bisa mendongkrak kenaikan harga-harga,” ujarnya.

Tapi di sisi lain juga, ucapnya, petani tidak selalu terkorelasi dengan harga yang ada di pasar. Kenapa ini terjadi? Pertama, petani tidak memiliki akses langsung ke pasar. “Nah, di sini banyak perantara-perantaranya. Perantara yang panjang inilah yang sebenarnya menjadikan rantai pasok menjadi semakin panjang,” ucap Guntur Subagja.

“Petani juga tidak mengetahui informasi harga yang riil yang ada di pasar. Bahkan petani itu banyak juga yang nggak memahami harga HPP riil berapa sih. Nah, salah satunya, ongkos pegawai mereka (petani) enggak hitung karena dia mengerjakan sendiri. Kalau kita hitung-hitung, mungkin bisa jadi saat ini negatif,” jelasnya.

Berikut ini adalah video pada akun Youtube CNBC Indonesia di laman https://youtu.be/tn_iqNV6Vco. Selamat menyaksikan, semoga bermanfaat. Terima kasih.

Sumber: Akun Youtube CNBC Indonesia, “Ini Sebab Petani RI Belum Sejahtera Meski Harga Beras Cs Naik,” https://youtu.be/tn_iqNV6Vco.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

Peneliti CSPS SKSG UI.

LEAVE A REPLY