Perlawanan Jihad Palestina dan Ancaman Serius Terhadap Negara Israel

0
306

Rezim zionis Israel telah mengalami tragedi serius dan ancaman perpecahan bangsa akut pasca invasi darat dan agresi militer Tentara Pertahanan Israel (Israel Defence Force/ IDF) ke Jalur Gaza, Palestina, sejak 27 Oktober 2024. Di bawah pimpinan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, Negara Israel telah memulai ‘Operasi Pedang Besi’ atau Operation Swords of Iron sejak 7 Oktober 2024. Operasi militer ini diawali dengan serangan udara pada 7 Oktober 2024, kemudian meningkat dengan invasi darat dan agresi militer Israel ke Jalur Gaza sejak 27 Oktober 2024.

Invasi darat dan agresi militer zionis Israel, termasuk perang melalui udara, merupakan respon langsung rezim zionis Israel terhadap para pejuang kemerdekaan Palestina, khususnya faksi HAMAS (Harakat alMuqawama alIslamiya), yang telah melancarkan ‘Operasi Badai al-Aqsa’ atau Operation alAqsa Flood‘ ke Israel pada 7 Oktober 2024.

  • Perlawanan Jihad (Intifadah) Bangsa Palestina 

Perlawanan bersenjata dahsyat (Jihad Fii Sabilillah atau Intifadah) dari para pejuang kemerdekaan Palestina terhadap tindakan Teror, Genosida, Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat dan Kejahatan Melawan Kemanusiaan (Crimes Against Humanity) zionis Israel telah menyebabkan 8.298 tentara IDF menjadi penyandang cacat. Mereka merupakan bagian dari total 20.000 tentara IDF yang terluka sejak 7 Oktober 2024, saat berlangsungnya ‘Operasi Pedang Besi’ di Jalur Gaza, Palestina.

Seperti dilansir Republika dari kantor berita Channel 12, media asal Israel, tercatat bahwa sejak 7 Oktober 2023 hingga Ahad, 2 Juni 2024, terdapat 20.000 tentara IDF yang telah terluka di Jalur Gaza, Palestina. Dari jumlah itu, 8.298 tentara IDF menjadi penyandang disabilitas akibat serangan para pejuang Palestina di Jalur Gaza.

Sedangkan kantor berita Al-Mayadeen, Israel, seperti dikutip Republika, mencatat bahwa berdasarkan klausul “Izin untuk Mempublikasikan,” IDF menyatakan 3.657 tentaranya telah terluka sejak 7 Oktober 2023 hingga Sabtu, 1 Juni 2024. Dari jumlah itu, 1.843 di antaranya menderita luka-luka sejak invasi darat rezim zionis Israel ke Jalur Gaza.

“Dengan demikian, perlawanan bersenjata secara keras dan gigih telah dilancarkan oleh para pejuang kemerdekaan Palestina terhadap rezim zionis Israel. Hal ini membuktikan kepada dunia dan komunitas internasional bahwa bangsa dan negara Palestina masih ada,” tutur Anggota Dewan Pakar Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia, Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., pada Kamis (13/06/24).

Bangsa Palestina, lanjutnya, sangatlah kuat, berdaulat dan merdeka seutuhnya. Mereka tidak pernah takluk, apalagi bertekuk lutut, di bawah kaki penjajah rezim zionis Israel pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Selain itu, seperti dikutip kantor berita Cable News Network (CNN) Indonesia dari media Times of Israel pada Selasa (11/06/24), tercatat bahwa sejak Israel melancarkan agresi (militer) ke Jalur Gaza pada 27 Oktober 2023, terdapat 299 tentara IDF yang telah tewas. Bahkan empat tentara Israel yang masih berusia muda telah tewas pada Selasa (11/06/24), dalam pertempuran sengit di Jalur Gaza. Keempat tentara itu bernama al Pshebniski Shaulov (24), Eitan Karlsbrun (20), Almog Shalom (19) dan Yair Levin (19). Mereka bertugas di unit pengintaian Brigade Givati.

“Perlawanan dahsyat (aksi jihad) para pejuang pembebasan Palestina membuktikan bahwa rezim zionis Israel hanya mampu melakukan penjajahan brutal, biadab, kejahatan melawan kemanusiaan, teror dan genosida terhadap warga sipil Palestina yang tidak berdosa. Tetapi negara teror itu (Israel) tidak mampu melenyapkan faksi Fatah, Hamas, Jihad Islam dan pejuang Palestina lainnya hingga saat ini,” jelas Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) itu.

– Genosida di Palestina

Lebih lanjut, seperti dikutip media Kompas TV dari Kantor Berita Anadolu, Turki, pada Senin, 10 Juni 2024, terdapat pernyataan resmi Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, Palestina, bahwa sejak 7 Oktober 2023 hingga Ahad, 9 Juni 2024, sebanyak lebih dari 37.084 orang Palestina telah tewas akibat serangan militer Israel.

Kemudian sebanyak 84.494 orang Palestina lainnya, masih dari sumber medis yang sama, telah terluka akibat serangan militer zionis Israel. Bahkan dalam 24 jam terakhir (hingga 9 Juni 2024), Tentara IDF telah melakukan delapan pembantaian terhadsp keluarga-keluarga Palestina di Jalur Gaza. Akibatnya, 283 orang menjadi martir (syahid) dan 814 lainnya luka-luka.

Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un, turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya para syuhada pejuang kemerdekaan Palestina dan warga sipil yang tidak berdosa, akibat kebiadaban rezim zionis Israel,” ujar Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.

“Sebagai Wakil Sekretaris PD PAB MUI, Saya mengutuk dan mengecam keras berbagai macam tindakan teror, genosida, kejahatan melawan kemanusiaan, pelanggaran HAM berat, penjajahan serta agresi dan invasi militer rezim zionis Israel terhadap bangsa Palestina,” tegas Muhammad Ibrahim Hamdani.

  • Kekalahan Diplomatik Rezim Zionis Israel

Selain itu, fakta tentang invasi darat dan agresi militer rezim zionis Israel yang telah berlangsung selama sekitar delapan bulan terakhir, membuktikan bahwa hingga detik ini, pemerintah Israel gagal total dalam misi melenyapkan pejuang kemerdekaan Palestina.

“Hingga saat ini, Kabinet Perang Israel di bawah kendali PM Benjamin Netanyahu telah gagal total dalam melenyapkan para pejuang kemerdekaan Palestina, khususnya Faksi Hamas. Bahkan Israel semakin terkucil dalam pergaulan internasional. Buktinya, empat negara di Eropa telah mengakui Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh,” ungkap Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Institut Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind Institute) itu.

Keempat negara Eropa itu, ucapnya, ialah Republik Slovenia yang mengakui kedaulatan Negara Palestina pada Rabu,5 Juni 2024, serta Kerajaan Spanyol, Kerajaan Norwegia dan Republik Irlandia yang sama-sama mengakui kedaulatan dan kemerdekaan penuh Negara Palestina pada Selasa, 28 Mei 2024.

“Hal ini tentunya semakin memperkuat posisi Palestina di kancah global dan komunitas internasional. Penyebabnya, empat negara di Eropa itu menjadikan ada 147 negara di dunia yang mengakui Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Alhamdulillah, tentu hal ini harus kita sambut dengan penuh rasa syukur,” ujar Direktur Bidang Media, Komunikasi dan Informasi Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu.

  • Sikap Empat Negara Eropa Terhadap Palestina

Seperti dikutip media Voice of America (VOA) Indonesia dari kantor berita Reuters dan Associated Press (AP) pada Selasa, 28 Mei 2024, Perdana Menteri Kerajaan Spanyol, Pedro Sanchez, menyatakan bahwa Yerusalem Timur adalah ibu kota Palestina. Menurutnya, Palestina adalah negara dengan wilayah mencakup Tepi Barat dan Jalur Gaza yang terhubung melalui koridor, serta berada di bawah pemerintahan Otoritas Nasional Palestina.

“Negara Palestina harus berdiri sendiri dengan Tepi Barat dan Gaza terhubung oleh sebuah koridor, dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, serta harus disatukan di bawah pemerintahan yang sah dari Otoritas Nasional Palestina (PNA),” jelas PM Pedro Sanchez pada Selasa, 28 Mei 2024.

Pernyataan senada diungkapkan oleh Perdana Menteri Republik Irlandia, Simon Harris, menyatakan bahwa pengakuan terhadap kedaulatan Negara Palestina perlu dilakukaan saat ini. Jika tidak, perbatasan tahun 1967 antara Palestina dengan Israel akan semakin terkikis habis di masa depan.

“Jika negara-negara tidak mengambil langkah formal untuk mengakui Palestina, saya khawatir tidak akan ada kesempatan lagi pada masa depan. Sekarang saatnya untuk bertindak. Perbatasan tahun 1967 perlahan terkikis dan hal ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut,” ungkap PM Republik Irlandia, Simon Harris, pada Selasa, 28 Mei 2024.

Sebelumnya, seperti dikutip dari British Broadcasting Corporation (BBC) News Indonesia pada Kamis, 23 Mei 2024, Perdana Menteri Kerajaan Norwegia, Jonas Gahr Støre, menyatakan bahwa pengakuan Kerajaan Norwegia terhadap kedaulatan dan kemerdekaan Negara Palestina bertujuan untuk mendukung kekuatan moderat.

“Kami mendukung kekuatan moderat yang mengalami kemunduran dalam konflik yang kejam dan berkepanjangan (di Palestisa). Ini adalah investasi dalam satu-satunya solusi yang dapat membawa perdamaian berkelanjutan di Timur Tengah,” papar PM Jonas Gahr Støre pada Rabu, 22 Mei 2024.

Menurutnya, rencana Solusi Dua Negara atau Two State Solution merupakan sebuah keinginan untuk melihat Israel dan Palestina hidup berdampingan secara damai.

Kemudian pada Kamis, 6 Juni 2024, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Perdana Menteri Republik Slovenia, Robert Golob, menyatakan bahwa pengakuan kedaulatan terhadap Negara Palestina telah memberikan harapan kemerdekaan terhadap warga di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

“Pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan negara Palestina hari ini mengirim harapan ke warga Palestina di Tepi Barat dan di Gaza,” kata Perdana Menteri Republik Slovenia, Robert Golob di akun X pada Selasa, 4 Juni 2024.

Menurutnya, warga Slovenia telah memimpikan kemerdekaan selama 1.000 tahun, namun baru bisa meraih kemerdekaan sejak 33 tahun lalu. “Sayangnya, bangsa Palestina belum menerima hak-hak ini,” imbuh PM Robert Golob.

“Fakta ini jelas membuktikan bahwa keempat negara Eropa yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, yakni Spanyol, Norwegia, Slovenia dan Irlandia, telah benar-benar mendengarkan hati nurani komunitas internasional dan warga dunia. Mereka telah mengarusutamakan kemanusiaan (HAM) sebagai landasan untuma untuk merespon kebiadaban dan kebrutalan rezim zionis Israel di Palestina,” ucap Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Rumah Produktif Indonesia (RPI) itu.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani

Anggota Dewan Pakar Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia

LEAVE A REPLY