SKSG UI Membedah Buku: 300 Hari di Bumi Syam

0
1099
Sumber: NEWSCOM.ID / Hamdani

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Himpunan Mahasiswa (Hima) Kajian Timur Tengah dan Islam (KTTI) Universitas Indonesia (UI) dan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI telah menyelenggarakan kegiatan Bedah Buku: 300 Hari di Bumi Syam, Perjalanan Seorang Mantan Pengikut ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) pada Selasa (12/2) siang.

Acara ini didukung oleh penerbit Milenia dan menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Febri Ramdani selaku penulis buku, Ketua Program Studi (Prodi) KTTI, SKSG UI, Yon Machmudi, M.A., Ph.D., Ketua Prodi Kajian Terorisme, SKSG UI, Muhamad Syauqillah, S.H.I., M.Si., Ph.D., serta moderator dari Hima KTTI UI.

Berdasarkan pantauan NEWSCOM.ID, acara ini juga dihadiri oleh Kepala Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme SKSG UI, Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi (Pol). Purnawirawan (Purn). Dr. Benny Josua Mamoto, SH., M.Si., serta ratusan akademisi, alumni, dosen, dan sivitas akademika UI.

Saat menjadi narasumber, Febri Ramdani menceritakan isi buku yang ditulisnya, mulai dari identitas diri, situasi dan kondisi keluarga besar, kisah pertama kali kenal dengan propaganda ISIS, dan peristiwa-peristiwa penting yang ia alami saat perjalanan dari Indoensia ke Suriah melalui perbatasan Turki.

Peristiwa penting lainnya ialah pengalaman Febri Ramdani saat 300 hari berada di kota Raqqah, Idlib, Tell Abyad, dan Erbil. Termasuk saat berinteraksi dengan pasukan ISIS, Syrian Democratic Forces (SDF), Jabhat an-Nusrah (JN), Jund al-Aqsha (JA), dan aparat militer Republik Turki.

Lalu proses perjalanan kembali Febri Ramdani ke Indonesia juga diceritakan, termasuk interaksinya dengan pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI serta aparat keamanan Indonesia seperti Detasemen Khusus (Densus) 88, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia (RI), dan Kepolisian RI (Polri).

Menurut Febri, pelajaran penting yang dapat dipetik dari kisah perjalanan hidupnya dan keluarganya selama di Suriah ialah pihak ISIS telah melakukan penipuan dan rekayasa propaganda melalui media sosial dan memanfaatkan kecanggihan teknologi digital.

Janji-janji manis ISIS terhadap kehidupan yang lebih baik di wilayah Daulah Islamiyah versi mereka, ungkap Febri, tidak terbukti sama sekali. Jaminan kesehatan, pekerjaan, serta fasilitas ketersediaan sandang, pangan, dan papan hanyalah rekayasa propaganda ala ISIS yang tidak terbukti kebenarannya.

Penulis: Muhamad Ibrahim Hamdani

LEAVE A REPLY