Dari Soeharto Hingga JK: Diplomasi Damai Indonesia di Palestina (Bagian 2 – Habis)

0
489
Sumber: Tawaf TV, https://youtu.be/gfd-jnklxg4 atau Muhammad Ibrahim Hamdani

NEWSCOM.ID, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Ke 10 dan Ke 12, Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, M.B.A., menyatakan bahwa Otoritas Nasional Palestina memiliki empat tuntutan prinsip dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari agresi penjajah zionis Israel, sejak dahulu hingga kini.

“Sebenarnya, tuntutan Palestina itu ada empat. Pertama, bagaimana dia menjadi diakui sebagai negara. Kedua, Yerusalem dibagi dua, jadi ibu kota Palestina tetap ingin di Yerusalem, bukan di Ramallah. Kemudian batas (ketiga), mereka ingin batas kembali ke tahun 1967. Artinya Israel mundur,” tuturnya pada Jumat (19/8) siang.

Keempat, lanjutnya, ialah Right to Return atau Hak Untuk Kembali. Artinya, kalau ada orang Palestina yang dulu tinggal di Haifa, tinggal di Tel Aviv, bisa kembali ke situ. “Right to Return ini tidak disetujui oleh Israel, tentu,” imbuh Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat itu.

“Jadi sebenarnya sederhana kelihatannya, cuma ini prinsip, ya sampai sekarang hal itu menjadi berlanjut. Tapi kalau kita lihat sebenarnya, itu kehidupan di Palestina, income per capita Palestina, baik di Tepi Barat dan juga di Gaza, lebih tinggi daripada di Indonesia, mereka hampir US$ 10.000, tapi sebagian besar dari bantuan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu memaparkan bahwa pemerintah RI telah melakukan sejumlah langkah diplomatik dan peran strategis dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

“Kemudian Indonesia mengadakan dua konferensi besar, Konferensi Islam Sedunia di Indonesia khusus untuk membicarakan Palestina, pada tahun 2008. Kemudian konferensi lagi, dihadiri Mahmoud Abbas, dua kali hadir Mahmoud Abbas. Saya bicara dengan Mahmoud Abbas waktu zamannya Pak Jokowi,” ujarnya.

Menurut Ketua Majelis Etik Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) itu, pemerintah RI juga selalu mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, misalnya dengan menggalang dukungan internasional. “Kita bikin konferensi besar untuk Palestina, tapi terbatas, seperti itu,” katanya.

Lebih lanjut, Tokoh Perdamaian Dunia dalam Konflik Aceh, Poso dan Ambon itu pun menggarisbawahi pentingnya mendekati pihak-pihak yang berkonflik dengan pendekatan kemanusiaan (humanity approach), khususnya Palestina dan Israel, untuk mewujudkan perdamaian di kawasan Timur Tengah.

“Saya bilang sama mereka, kalau ingin kita mendamaikan suatu konflik, harus kenal baik kedua-duanya. Kenapa saya kenal baik Palestina, kenal baik dengan Israel? Kalau saya datang ke Tel Aviv disambut, sama kalau saya ke Palestina. Karena tidak ada cara untuk berdamai tanpa mengenal kedua-duanya, berkawan kedua-duanya,” jelasnya.

Lebih lanjut, pengusaha sukses nasional asal Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) ini juga menjelaskan tentang perubahan geopolitik di kawasan Timur Tengah yang semakin tidak berpihak terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.

“Apalagi sekarang, situasi geopolitik di Timur Tengah sangat berubah. Negara-negara Arab, termasuk Saudi, itu sudah berhubungan dengan Israel. Uni Emirat, Qatar, sudah mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi makin banyak, setidak-tidaknya enam negara Arab sudah punya kemampuan itu,” ungkapnya.

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Khidmat 2015-2020 itu pun memperkirakan konflik Israel-Palestina bisa saja terjadi hingga 100 tahun jika upaya perdamaian tidak diwujudkan dengan sungguh-sungguh.

“Jadi geopolitiknya, mereka (negara-negara Arab) bosan juga, sudah 70 tahun lebih, sudah 72 tahun konflik itu di Palestina dan Israel. Bisa sampai 100 tahun konflik itu tampaknya, tanpa penyelesaian,” ucapnya.

Selain itu, negarawan asal Indonesia Timur yang lahir pada 15 Mei 1942 ini pun secara khusus memberikan apresiasi terhadap masyarakat, khususnya umat Islam di Indonesia, yang terus-menerus memberikan bantuan sosial, kesehatan dan kemanusiaan terhadap warga Palestina.

“Tentu juga kita berterima kasih kepada masyarakat, khususnya, waktu itu Bang Onim (Abdillah Onim) di situ tapi sudah keluar, apa nama organisasinya, MER-C, teman saya almarhum, dokter siapa (almarhum dr. Joserizal Jurnalis), yang membangun rumah sakit di Gaza. Itu juga salah satu upaya masyarakat untuk membangun itu,” tuturnya.

Wapres RI Ke-10 dan Ke-12 itu menjelaskan kondisi Palestina pada Jumat (19/8) siang. Tepatnya saat beliau menjadi narasumber utama dalam Seminar Nasional bertema: “77 Tahun Indonesia Merdeka: Peran Indonesia Mendukung Kemerdekaan Palestina”.

Seminar nasional ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) Kajian Timur Tengah dan Islam (KTTI) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan SKSG UI dan Tawaf TV.

Kegiatan ini berlangsung di Lantai 5, Gedung Institute for Advancement of Science Technology and Humanity (IASTH), Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat.

Acara ini disiarkan secara langsung (live streaming) oleh akun Youtube Tawaf TV di laman https://youtu.be/gfd-jnklxg4 dengan durasi 4 jam 18 menit 18 detik.

Adapun narasumber dalam acara ini ialah Aktivis Kemanusiaan Indonesia, Abdillah Onim, S.E.I., yang juga Ketua Pembina Nusantara Palestina Center (NPC), serta Ketua Program Studi (Prodi) Kajian Wilayah Eropa (KWE) – SKSG UI, Dr. Polit. Sc. Henny Saptatia Drajati Nugrahani, M.A.,

Narasumber lainnya yakni Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Palestina, Omar Barghouti, yang juga Pendiri Palestinian Campaign for The Academic and Cultural Boycott of Israel (PACBI). Beliau pun menjadi co-founder Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) Movement dan hadir secara daring.

Hadir juga Direktur Timur Tengah, Direktorat Jenderal (Ditjen) Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Bagus Hendraning Kobarsyih, M.Si., secara daring, sebagai narasumber.  Turut hadir Direktur SKSG UI, Athor Soebroto, S.E., M.M., M.Sc., Ph.D., secara luring. Beliau juga memberikan kata sambutan dalam acara ini.

Sedangkan moderator dalam acara ini ialah Direktur Utama Tawaf TV, Pangeran Arsyad Ihsanul Haq, Lc., yang juga mahasiswa Prodi KTTI SKSG UI. Hadir pula Ketua Prodi KTTI SKSG UI, Yon Machmudi, Ph.D. Beliau pun memberikan kata sambutan dalam acara ini.

Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.

‘Host’ program Khazanah Timur Tengah di Tawaf TV

Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (Prima) Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind) Institute.

Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Anggota Dewan Pakar Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia.

Peneliti merangkap Bendahara Center for Strategic Policy Studies (CSPS) – Center for Strategic and Global Studies (CSGS) – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Universitas Indonesia (UI).

LEAVE A REPLY