NEWSCOM.ID, JAKARTA – Saat ini, Indonesia sedang mencatat penurunan neraca perdagangan dengan negara-negara di Asia dan Eropa. Neraca perdagangan Indonesia juga paling rendah di antara negara-negara Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations / ASEAN).
Berdasarkan pantauan NEWSCOM.ID, Ketua Pusat Kajian Stratejik Indonesia – Afrika (PKSIA) – Centre for Strategic and Global Studies (CSGS) Universitas Indonesia (UI), Dr. (Candidate) Adipati Rahmat Gumelar, B.A.Sc., M.Si., menyatakan hal itu pada Selasa (17/3) siang di Lantai 4, Gedung Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI.
Tepatnya saat memberikan kata sambutan, usai dilantik dan diambil sumpahnya sebagai Ketua PKSIA – CSGS UI oleh Direktur SKSG UI, Athor Subroto, S.E.,M.M.,M.Sc.,Ph.D.
“Namun posisi tawar Indonesia jauh lebih baik di Afrika. Karena itu, Indonesia harus melihat Afrika sebagai emerging market, pasar yang sedang tumbuh, untuk Indonesia sendiri,” tutur Adipati.
Menurutnya, Afrika tidak hanya penting untuk perbaikan neraca perdagangan Indonesia, namun juga untuk hubungan konservasi sumberdaya hayati, demokrasi, sosial, perdamaian dan keamanan, serta segi-segi lainnya.
“Indonesia pun memiliki keuntungan khusus. Secara historis, Kita punya nilai sempurna dalam buku-buku sejarah negara-negara di Afrika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS), China, Inggris, dan lainnya,” ungkapnya.
Namun hal ini, lanjutnya, tidak lantas memudahkan Indonesia dalam membuka kerja sama dengan negara-negara di Afrika. Pada dasarnya, Afrika memang cukup rumit. “Berdasarkan mapping (pemetaan) konstelasi tematik yang kami susun, Afrika dapat dibagi-bagi kepada Afrika Utara, Barat, Timur, Tengah, dan Selatan,” jelas Adipati.
Menurutnya, Semua bagian dari Afrika dapat dibagi berdasarkan tipologi masing-masing. Penyebabnya, dahulu Afrika dijajah oleh bangsa yang berbeda-beda seperti Inggris, Perancis, Portugal, Belgia, dan Spanyol.
“Masyarakat Afrika juga menganut sistem demokrasi yang berbeda-beda, agamanya pun berbeda-beda. Bahkan ummat Islam di Afrika juga memiliki ciri perbedaan tertentu,” ungkap Adipati.
Kerumitan ini, jelasnya, menjadikan Afrika kurang dipandang oleh Indonesia. Dan hal inilah yang ingin PKSIA lakukan mediasi. “PKSIA akan berupaya membangun komunikasi dengan negara-negara Afrika melalui para Duta Besar,” imbuhnya.
“Kami akan membangun jaringan akftif melalui para diaspora negara-negara Afrika yang sedang dan pernah kuliah di UI. Tujuannya untuk bersama-sama melakukan riset dan pengabdian masyarakat dengan tema-tema Afrika yang bermanfaat bagi para stakeholders,” jelasnya.
Adipati pun memandang Kajian Indonesia Afrika belum banyak dilakukan di Indonesia. Namun kami merintisnya bukan atas dasar anti-mainstream atau menghindari persaingan.
“Kami merintis atas dasar peluang untuk mengabdi dan berkarya atas nama UI,” ucap Adipati mengakhiri sambutannya.
Selain itu Direktur SKSG UI, Athor Subroto, Ph.D., juga menandatangani Surat Keputusan (SK) Tentang PKSIA – CSGS UI dan SK Tentang Centre for Strategic Entrepreneurial Leadership (CSEL) – CSGS UI pada waktu dan tempat yang sama.
Selain menandatangani SK, Athor Subroto, Ph.D., juga mengambil sumpah Ketua PKSIA – CSGS UI, Dr. (Candidate) Adipati Rahmat Gumelar, B.A.Sc., M.Si., dan Ketua CSEL – CSGS UI, Prof. Roy Darmawan, S.E., M.Si., untuk masa jabatan 2020-2021.
Dua pusat riset baru ini berstatus Unit Kegiatan Khusus (UKK) di bawah koordinasi CSGS – SKSG UI. Dua Ketua UKK yang baru juga menyampaikan kata sambutannya dalam acara ini dengan disaksikan para pengurus UKK dan Ikatan Alumni (Iluni) Sekolah Pascasarjana (SPs) UI.
Termasuk Ketua Umum Iluni SPs. UI, Dr. Audrey Gamaliel Dotulong Tangkudung, M.Si., yang juga menyampaikan kata sambutan. Ia juga menjadi Ketua Dewan Pengarah PSKIA – CSGS UI. Sedangkan Ketua Dewan Penasihat PKSIA – CSGS UI ialah Dr. Muhammad Luthfi Zuhdi, M.A., adapun Sekretaris PSKIA – CSGS UI ialah Tyo Sianipar, M.Si.
Adapun pembacaan do’a dipimpin oleh alumnus Program Studi (Prodi) Kajian Timur Tengah dan Islam (KTTI) SKSG UI, Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani