Jangan Anggap Remeh Dampak Ekonomi dari Virus Corona

0
1271

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organozation (WHO) sudah mengumumkan bahwa virus korona sudah mencapai seluruh wilayah China dan WHO menetapkan Global Health Imergency (Siaga Satu Kesehatan Dunia). Korban meninggal 213 orang, kasus terinfeksi 9,844 per 31 Januari 2020 pukul 14.30. Untungnya kematian dari kasus terinfeksi virus korona di luar China belum ada.

Selain kematian, dampak ekonomi dari virus korona juga tidak boleh dianggap remeh. Bagi China, virus korona akan mengganggu pertumbuhan ekonomi secara langsung. Sebelum terjadi outbreak virus korona, International Monetary Fund (IMF) telah memprediksi ekonomi China akan tumbuh melambat 5.8% di akhir tahun 2020. Angka 5.8% adalah angka terendah sejak China menerapkan kebijakan ekonomi Deng Xiaoping 1978. Sebelumnya pada tahun 2018 China tumbuh 6.6% dan 2019 tumbuh 6.0%.

Setelah outbreak virus korona, China diprediksi hanya tumbuh 4.2-5.3% pada 2020. JP Morgan merevisi pertumbuhan ekonomi China triwulan 1/2002 dari 6.3% ke 4.9%. Perlambatan tersebut akan menyebar ke negara mitra dagang China lainnya. Ekspor dan Impor China diprediksi menyusut sebesar 3-4% tahun ini. Hal tersebut artinya bisnis dan rantai pasokan global menyusut menambah pelemahan permintaan dunia yang masih belum pulih dari Krisis 2007/2008.

Pemerintah China telah memperpanjang liburan tahun baru imlek dan menyarankan tidak keluar rumah sebagai bagian dari langkah pencegahan penyebaran virus lebih lanjut, langkah tersebut diyakini akan menghantam bisnis dan rantai pasokan dalam negeri. Sektor jasa berkontribusi terhadap 59% Produk Domestik Bruto (PDB) China. Tentu ini sangat memukul ekonomi China.

Perusahaan kapal pesiar terbesar dunia, Royal Carribbean Cruise, telah membatalkan puluhan perjalanan dari dan ke China. Norwegian Cruise Line menolak penumpang asal China dalam kapal pesiarnya. Pemerintah China juga sudah melarang warganya melakukan perjalanan ke luar negeri. Hal itu artinya tidak ada lagi turis dan pemasukan devisa dari sektor pariwisata. Jumlah turis China tahun 2019 yang masuk ke Bali sebesar 1,2 juta wisman. Total Wisman China ke Indonesia sekitar 2 juta. Sektor pariwisata akan mengalami penurunan karena penyebaran virus ini.

Indikator investasi China mengalami penurunan tajam yang ditunjukan dari pasar saham berbagai negara. Dilansir Reuters, indeks S&P 500 berakhir terkoreksi 0,26 persen pada level 3.320,8, sementara indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,52 persen ke posisi 29.196,04, dan indeks Nasdaq Composite ditutup turun 0,19 persen pada level 9.370,81. Ketiganya melemah rerata hampir 1.5%. Salah satu yang paling anjlok adalah saham Wynn Resort, pemilik berbagai kasio di Macau yang anjlok 8%. Harga minyak mentah dunia jatuh ke posisi terendah dalam 3 bulan. harga minyak brent turun 3% ke US58.88/ barel, minyak WTI melemah 2% ke US53.14/ barel.

Pemerintah Indonesia terus memantau secara ketat potensi dampak negatif penyebaran virus korona terhadap ekonomi domestik. Saat ini virus korona telah menyebabkan kematian mengerikan, penyusutan pasar saham AS, turunnya harga minyak dunia, lemahnya permintaan China dan potensi turunnya turis China. Hal tersebut semua akan berdampak langsung kepada Ekonomi Indonesia, penurunan devisa dari sektor pariwisata dan potensi melemahnya investasi infrastruktur dari China. Realisasi investasi china dalam proyek eksisting infrastuktur diduga akan terhambat atau mungkin tertunda. Oleh karena itu, tim ekonomi Indonesia tidak boleh secara sederhana menilai dampak virus korona ini.

Pelemahan ekonomi tersebut perlu diantisipasi dengan memberikan stimulus-stimulus fiskal dan moneter guna membantu ekonomi dalam negeri. Penguatan nilai tukar rupiah di level Rp13.662 per 31 Januari 2020 sore bukan petanda meredanya penyebaran virus korona, namun disebabkan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menahan suku bunga acuannya. Penguatan nilai rupiah tersebut perlu diwaspadai karena memberatkan eksportir yang akhirnya dapat menambah beban pertumbuhan ekonomi.

Akhirnya,kemunculan virus korona berdampak pada perubahan ekosistem ekonomi dunia harus dinilai serius dan bijak jangan dianggap sepele oleh tim ekonomi agar ekonomi tidak mengalami penyusutan lebih dalam yang akan melahirkan krisis baru di tahun 2020.

Sumber: Kultwit oleh; @hidayatmpp, Jumat, 31 Januari 2020

Penulis: Achmad Nur Hidayat, Pengamat Kebijakan Publik

Editor: Muhammad Ibrahim Hamdani

 

LEAVE A REPLY